10
Pangeran Barrack meminta Flora berdiri di depan gerbang tanpa ada seorang pengawal pun yang boleh mengancungkan tombak mereka ke Flora.
Tidak ada yang menyapa Flora. Mereka hanya memerhatikan Flora dari atas beton tinggi yang sepertinya berfungsi sebagai menara untuk memeriksa keadaan luar.
Flora juga tidak berani bergerak sedikit pun meskipun telah menyadari bahwa dia kini tengah menjadi pajangan di sana. Dia pikir, selama tidak ada yang meloncat turun ke bawah dan mendekat, seharusnya dia akan baik-baik saja.
Para pengawal tampaknya diam, tapi ada satu dari mereka yang sudah berlari masuk ke dalam istana untuk melaporkan hal ini pada raja.
Flora mengetatkan jubahnya. Walaupun tipis, setidaknya dia tidak bersentuhan langsung dengan angin malam yang mengigit kulit dan membuatnya menggigil kedinginan.
Beberapa saat kemudian, Pangeran Barrack muncul dari satu arah dengan menunggangi seekor kuda berwarna coklat tua.
Flora hampir saja mengulurkan tangannya pada kepala kuda itu, kalau saja Pangeran Barrack tidak lebih dulu mengulurkan tangannya pada Flora, memintanya mengambil tangannya.
"Ayo ...."
Flora tidak langsung menerima uluran tangan Pangeran Barrack bukan tanpa alasan. Ada beberapa hal yang membuatnya tiba-tiba menjadi seorang pemikir yang cepat.
Pertama, Flora belum pernah menaiki kuda secara langsung--di atas pelana, di punggung kuda. Flora hanya pernah naik di kereta kencana saat dia dan sekeluarganya bertamasya di puncak beberapa tahun silam.
Kedua, Flora tidak yakin kalau dia bisa langsung berhasil meloncat dan duduk dengan selamat tanpa jatuh.
Ketiga, Flora merasa ....
"Flora, ayo," tegur Pangeran Barrack.
Flora mau tak mau pun menerima tangan Pangeran Barrack yang akan membantunya naik. Namun belum sempat dia meloncat lebih tinggi, pangeran Barrack melepaskan tangannya dan memutuskan untuk turun.
"K-kenapa?"
Pangeran Barrack menyatukan kedua tangannya dan membungkuk, sehingga akan memberikan memudahan bagi Flora untuk naik dan duduk di atas pelana. Tapi masalahnya, kaki Flora sangat kotor, dan tangan yang bermaksud untuk menjadi alat bantu bagi Flora untuk naik adalah tangan pangeran. Menjadikan telapak tangan pangeran sebagai tangga sangatlah ... Mengerikan.
"Ayo, kau bisa melakukan ini."
Pangeran Barrack malah menyemangatinya seolah Flora memang keturunan putri mahkota yang tidak bisa melakukan hal semudah ini.
Hanya ada satu hal yang membuat Flora ragu, selain kaki kotornya, tentu saja.
"S-saya tidak ringan," cicit Flora.
Pangeran Barrack menaikkan setengah alis.
"Maksudmu, kau berat?"
JLEB.
Tidak punya hak dan sedikit pun keberanian untuk membentak, Flora hanya bisa terdiam.
"Kau tidak terlalu berat. Aku yang membawamu masuk, saat kau pingsan setelah dililit serat Euforose," ujar Pangeran Barrack, entah hanya sekedar menghiburnya belaka atau memang itulah kenyataannya.
Terakhir saat Flora menimbang berat badannya, dia sudah ringan. Tapi itu setelah dia diet beberapa minggu. Dan dalam beberapa hari ini, Flora memakan makanan pemberian istana yang bisa dikatakan cukup enak untuk ukuran tahanan penjara. Jadi, Flora tidak kuat untuk menahan dirinya untuk makan, dan sepertinya dia sudah naik dua kilo.
Hanya butuh waktu yang singkat bagi Flora untuk duduk di pelana. Sementara Pangeran Barrack tampaknya naik dengan sangat mudah, sepertinya dia sudah terlalu sering melakukannya.
Pangeran Barrack memerintahkan pegawal untuk membuka gerbang dan mereka melakukannya dengan agak berat hati. Belum ada kabar dari pengawal yang mewakili mereka melapor dan belum ada titah dari raja yang meminta mereka melarang pangeran Barrack untuk keluar dari istana bersama penyusup istana.
Dia menjalankan kudanya dengan cepat. Flora nyaris terbang ke belakang jika seandainya tidak ada Pangeran Barrack yang duduk di belakangnya.
Bukan hanya canggung, tapi Flora juga merasa bahwa Pangeran Barrack akan berubah pikiran untuk membantunya, kalau saja dia berbuat kesalahan lagi.
Beberapa saat setelah mereka melewati gerbang tadi, mereka sampai di depan tembok yang tinggi. Flora yakin tembok ini jauh lebih tinggi daripada tembok yang pertama kali dilihatnya saat bertemu dengan Pangeran.
Obor yang menyala di tembok-tembok membuat Flora ketakutan untuk beberapa alasan. Ia merasa sedang diawasi dari tempat yang tinggi, karena ia sempat melihat beberapa obor kerlap-kerlip dari atas sana yang tiba-tiba menghilang.
"Ini perbatasan kerajaan. Aku akan minta mereka membuka pintunya. Tenang saja, kita tidak akan dipanah."
Kalimat itu semakin membuktikan bahwa apa yang dipikirkan Flora tentang beberapa orang yang tengah mengawasinya, semakin nyata. Itu berarti, sekarang ada banyak orang yang sedang menargetkan kepalanya atau malah jantungnya. Ia dalam bahaya yang luar biasa.
"Pangeran akan membawa saya keluar istana? Apa tidak apa?" tanya Flora.
"Percayalah, tetap berada di kerajaan lebih berbahaya daripada binatang buas di luar sana," ucap Pangeran Barrack mencoba menyakinkan, namun semua ucapannya malah berhasil membuat nyali Flora semakin menciut tipis.
"Jadi kita akan keluar?"
"Iya."
"Tapi kita akan ke mana?"
Gerbang mulai diangkat pelan-pelan. Rantai-rantai saling beradu dan suara besi yang menjerit seolah menandakan bahwa gerbang istana telah lama tidak dibuka.
"Kita akan ke ujung jalur rahasia."
tbc
15 Mei 2018
a/n
Oke fix malah makin mendekati jam 12 updateannyaaa /keringat dingin/
Aduh, seriusan. Aku tadi kerja dari pagi sampe sore non-stop. Kuliah dari jam 6-10 dan belum ngetik satu pun kata.
Minggu tenang hanya hoax argh.
Eh eh, makasih buat yang udah ingatin ada typo di chapter lalu. Akan aku perbaiki di revisi bersama dengan detail, world building, narasi dan sebagainya.
Btw guys, aku lupa bilang semalam, karena terlalu kecapean.
Stay safe, guys. Be aware and always good. Aku harap teman-teman yang ada di sana, semuanya baik-baik saja.
Lastly but not least, i love you!
Aku tidur dulu yaaa.
-Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top