06
Malam itu, Flora tak menyangka bahwa sang raja akan mengunjunginya di ruang tahanan.
Ngomong-ngomong ruang tahanan ini jauh lebih baik daripada cell yang semula ditempatkan Pangeran Barrack. Ada ranjang mungil di sini, cukup nyaman. Ada juga jendela berjeruji yang memperlihatkan dunia luar yang hijau dan indah. Flora sempat terpana selama beberapa detik begitu ia sampai kemari. Ia tahu, ada sesuatu yang hebat di luar tembok kerajaan ini.
Usai terpana saat itu, dia kembali murung saat mengingat dua hal yang menyedihkan tengah terjadi padanya.
Pertama, tangan kanannya sudah mati rasa sampai di bawah sikut. Dia tidak bisa menggerakan satupun jari di tangan kanannya. Bekas aneh yang memutari sekujur tangannya semakin jelas dan sudah berubah menjadi warna ungu.
Kedua, dia akan digantung mati besok malam, kurang dari dua puluh empat jam--kalau seandainya di sini siang dan malam juga terjadi dalam waktu yang sama.
Berbicara tentang gantung mati, Flora dulu pernah melihat satu film yang menceritakan tentang bagaimana pembunuh berantai ditembak mati dari dua puluh arah yang berbeda, pencuri dan perampok yang dipotong kedua tangannya hingga ke siku, pemerkosa yang dipacung kepalanya, dan pembawa ajaran sesat yang digantung, lalu dibakar.
Menurut sebagian besar orang, hukuman itu mungkin pantas didapatkan mereka, walau sebenarnya tidak ada seorangpun yang boleh menghakimi ajal orang lain.
Masalahnya, Flora tidak melakukan apapun yang merugikan sehelai daun pun di kerajaan ini, malah sebaliknya, dia yang paling dirugikan di sini.
Sebenarnya Flora ingin menangis dan memprotes keputusan tidak adil yang menimpanya, tetapi tentu saja dia tahu bahwa melakukan itu hanya akan memperpendek umurnya. Kalau memang seandainya infeksi serat tumbuhan itu akan membunuhnya, itu artinya Flora memang tidak diizinkan hidup lebih lama lagi.
Tetapi, sedetik, semenit, dan sejam sangat berharga untuknya. Dia ingin kembali, ingin pulang, ingin mengadu pada siapapun tentang ketidakadilan yang menimpanya.
Kebetulan saat Flora tengah berpikir tentang bagaimana cara melarikan diri dari sini, tiba-tiba saja sosok sang raja muncul dari balik pintu.
Ruang tahanan ini terletak di lantai teratas, mengingatkan Flora pada salah satu cerita dongeng. Ya, kebetulan pula rambut Flora memang panjang—walau tak sepanjang rambut Rapunzel—dan kebetulan pula ada Pangeran di sini.
Tapi sungguh, Flora tidak pernah mengharapkan Pangeran Barrack.
Flora membencinya.
"Ada apa gerangan, Yang Paduka raja?" tanya Flora mencoba seramah mungkin.
Kondisinya, Flora sedang merenung dan berusaha untuk kembali di dunianya—Flora entah mengapa langsung yakin ini adalah dunia lain begitu mendengar kata 'penyihir' tadi pagi—tapi sayangnya hal yang ia lakukan tidak membuahkan hasil.
"Kau terlihat sangat awam dengan dunia ini," jelas sang raja. "Penyihir kepercayaanku mengatakan bahwa ada sihir penyihir Archellia di sekitarmu, yang membuatmu lupa pada kejadian baru-baru ini, jadi kau tidak akan ingat dengan kejadian sebelum kau keluar dari pintu itu."
"Yang Paduka raja mempercayai saya?" tanya Flora girang. "Saya pikir saya hampir gila."
Dia sama sekali tidak paham dengan sihir Archellia atau apapun yang dikatakan raja, tapi setidaknya seseorang yang memiliki kekuasaan tertinggi di kerajaan ini telah memihak padanya setidaknya sedikit.
Raja melangkah mendekat cell Flora. "Aku percaya, tapi aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja. Lagipula kau sudah melihat wajah Barrack."
Bahu Flora menegang, "Saya tidak tahu tentang itu," Flora mengigit kedua pipi dalamnya sebelum melanjutkan, "Kalau boleh saya tahu memangnya kenapa tidak ada yang boleh melihat wajah pangeran?"
Raja berdeham begitu melihat Flora yang ketakutan, "Karena kau akan mati."
Flora paham bahwa semua manusia, cepat atau lambat akan mati, tapi ini terlalu cepat. Flora belum siap.
"Penyihir Archellia juga menyihir Barrack. Tiga hari setelah mereka melihat Barrack, dia akan datang."
"Dia ... Penyihir itu?" tanya Flora.
Raja mengangguk.
"Dia telah bersumpah akan mengambil energi kehidupan siapapun yang melihat Barrack."
Energi kehidupan ...
Flora kurang mengerti, tapi ia tetap mendengarkan.
"Bukankah dia sudah menyerap sebagian energi kehidupanmu?" Raja menatap ke arah lengan Flora yanh masih terbungkus lengan panjang putih. "Kau harus tahu, serat yang memutari tanganmu itu bukan melilitmu tanpa alasan."
Flora terbungkam. "Maksudnya ..."
"Ya, itu ulah Archellia," terang raja. "Barrack yang memotong seratnya saat serat itu mencoba membelitimu."
Pangeran Barrack?
Kening Flora mengerut bingung.
"Mungkin menurutmu ini tidak adil, tapi kalau Archellia sampai mengambil semua energi kehidupanmu, kau akan mati dan dia akan semakin kuat." Raja pelan-pelan melangkah kembali ke pintu. "Karena itu, berkorbanlah untuk kerajaan ini, walaupun kau tidak tahu apapun tentang ini."
Flora nyaris membuka mulutnya untuk menghanturkan protes, sang raja egois itu lebih dulu memotong.
"Oh, kecuali kau sangat percaya diri bahwa kau adalah pasangan jiwa Barrack. Archellia mungkin tidak bisa membunuhmu semudah itu."
Pintu tertutup.
Flora merenungi semua ucapan raja dalam kegelapan.
tbc
8 Mei 2018
a/n
Ceritanya mulai gelii.
Btw ini world buildingnya gajelas banget yak. Bakal aku revisi kalo udah tamat yaaa.
Ini naskah mentahnya, belom matang samsek ahaha.
Btw makasiih #66 FANTASEEY.
Ihhh kalian jahat. Kalian gapekaaaa. Iya, jadi yang bakal jadi konflik ini si Penyihir Archellia.
Kalian jahaaat.
Bye.
See ya tomorrow.
-Cindyanaa
.
.
Hanya 800 kata dong ini wkwkwkw
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top