Chapter 28

Sarada Pov

Saat musim gugur seperti ini, biasanya hujan jarang sekali turun. Entah, dewi hujan yang tak berpihak padaku atau karena aku selalu ditimpah kesialan.

Hari itu, hujan turun dengan deras. Membasahi tanah di Kota Suna, sekaligus baju milikku. Risih memang, tapi aku tak punya pilihan lain. Daripada berhenti untuk sekedar berteduh, aku lebih baik memilih terus menerobos hujan dengan tubuh mungilku.

Masa bodoh sudah dengan kesehatanku. Jika memang aku akan demam, aku akan menerimanya. Lebih baik demam daripada merasakan sakit hati ini lebih lama.

Jika kalian semua berpikir, mengapa aku menghabiskan waktu dan tenagaku, sampai - sampai mengabaikan kesehatanku hanya untuk pemuda itu. Jawabannya hanya satu.

Aku mencintainya.

Dan takkan pernah berubah.

Pernah dengar tentang cinta dapat membuatmu buta ? Benar. Kalimat itu cocok untukku. Dan kini, aku ada di balik awan. Yang hanya harus kulakukan adalah keluar dari balik awan dan melihat pelangiku.

Takut ? Jujur, iya. Aku takut. Takut tersakiti lagi. Tapi, untuk apa terus memendamnya. Lebih baik utarakan saja, benar 'kan !?

Selama ini, aku berpikir sudah mengenal Mitsuki. Namun, aku salah. Ada banyak hal yang aku tak ketahui tentang Mitsuki. Aku tak pernah memahami perasaannya. Juga prilakunya.

Aku bodoh memang. Minta di pahami, tapi malah tak bisa memahaminya.

Aku terkekeh miris. Mengingat usahaku sebelumnya yang sia - sia, hanya karena tak memahaminya.

"Ah, dasar. Bodohnya aku ini,"

Tap.

Kuhentikan langkahku, saat sudah berada di area kuil yang Yodo maksud tadi. Segera saja, kulangkahkan kakiku masuk ke area kuil itu lebih dalam.

Tepat disana, di sebrang jembatan itu. Dia berdiri, dengan wajah menghadap ke langit. Saat seperti saja, ia sudah sangat tampan. Membuat wajahku tanpa sadar meronah.

Sarada POV END.

.

"Misketa...Mi...tsuki...,"

Mendengar suara yang tak asing baginya, membuat pemilik surai putih kebiruan berbalik. Wajah datarnya memandang tajam ke arah gadis di sebrang jembatan yang memandangnya.

"Sarada...,"

Gadis itu sejenak menghela nafas. Serta, mengendalikan dirinya. Ia lalu memandang Mitsuki lagi. Dengan wajah serius. "Aku...harus mengatakan sesuatu padamu, lagi !,"

Tak ada tanggapan darinya. Namun, Sarada dapat melihat ekspresi yang agak sedikit terkejut mendengarnya. Namun, tak bertahan lama. Ia kembali memasang ekspresi datarnya.

Ia menghela nafas, sebelum membuka mulutnya. "Sudah kubilang bukan ? Semua sudah selesai. Lupakan saja soal hubungan kita itu,"

"Mana bisa !," tanpa sadar, Sarada berteriak. Membantah perkataan Mitsuki. "Mana bisa ! Mana bisa aku melupakan semua itu !,"

Saat melihat Mitsuki mulai berjalan menjauh darinya, Sarada segera menyamai langkah kaki ketua osis itu. Sambil terus berteriak, mengatakan semua unek-unek yang ia pendam.

"Kau yang tiba-tiba datang ke KHS dan menjadi ketua osis. Mana bisa kulupakan !,"

"Persainganku dengan Sumire setiap hari, hanya karena dirimu. Bagaimana bisa aku lupakan begitu saja !,"

"Permasalahan kita sore itu, juga perjuanganku mendapatkanmu kembali, takkan pernah bisa kulupakan !!,"

Walaupun terlihat tak memperdulikan semua itu, telinga Mitsuki masih menyimak dengan baik setiap perkataan Sarada. Sembari mempercepat langkahnya menjauhi gadis itu.

Sampai, satu kalimat yang dikatakan Sarada menghentikannya.

"Kau juga merasakannya 'kan !?,"

Tak ingin membuang kesempatan, Sarada menghalangi jalan. Ia menangis, tapi ia bersyukur karena hujan menutupi tangisannya. Mungkin, hujan ini merupakan suatu anugrah plus kesialan baginya, pikir Sarada.

"Aku...mencintaimu...,"

Tetap hening, tak ada jawaban dari makhluk biru itu. Sementara, sang gadis hanya bisa diam membisu.

Tanpa sadar, senyum terukir diwajahnya. Ia mengangkat wajahnya dan menyamakan tingginya dengan Sarada. Ia tersenyum dan menjitak kening lebar Sarada.

"Ittai ! Apa yang kau lakukan !? ," tanya Sarada dengan suara masih serak. Namun, tak ada jawaban. Yang ada hanya wajah serius Mitsuki.

"kau yakin, mau menjalani hubungan ini lagi ?," Sarada mengangguk lemah. Dengan wajah menunduk. "Hai',"

"Kau sudah tahu bukan, jika hubungan yang akan kita jalani ini takkan seperti dulu lagi ?," tanya Mitsuki lagi. Pemuda itu menenggelamkan wajahnya di salah satu bahu Sarada. Menghirup bau stroberry dari badan gadis itu.

Masih dengan wajah yang sama. Badan Sarada bergetar, matanya memanas. Menahan air matanya.
"Aku tahu...tapi, beri aku kesempatan satu kali lagi. Aku akan memulai semuanya dari awal lagi,"

Masih tak puas dengan jawaban Sarada, Mitsuki kembali memberi pertanyaan. Guna meyakinkan dirinya untuk menerima cinta gadis ini. Karena tak bisa dipungkiri, jika ia tak ingin tersakiti lagi.

"Bagaimana jika tak ada kesempatan kedua ?,"

"....maka...aku akan menyerah...," Sarada berujar lirih. Lirih sekali, namun masih bisa didengar oleh Mitsuki. "Aku akan merelakanmu...,"

Tak bergeming. Suasana diantara Keduanya tiba-tiba senyap. Hanya ada suara hujan yang mrnjadi backgruond kejadian ini. Masih dengan posisi yang sama, tak ada suara diantara keduanya.

Sampai, Mitsuki mengangkat wajahnya dan memandang lekat kedua permata onyx Sarada. "Tak perlu,"

"Karena...aku juga masih mencintaimu,"

Grep!

Sarada tak dapat menahan kebahagiaannya. Ia langsung menyambar tubuh Mitsuki, dan berhambur di pelukannya. Ia menangis, menangis karena bahagia.

Di tengah hujan keduanya saling berpelukan, dengan senyum dan kebahagiaan yang saling menyelimuti keduanya.

"Aishiteru...,"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Oh, itu mereka !,"

Pemuda bersurai kuning itu tampak melambai-lambaikan tangannya pada kedua sahabatnya yang berjalan menghampirinya. Di sampingnya, ada sang kekasih yang ikut menyambut kedatangan mereka berdua.

"Sarada ! Mitsuki ! Ayo berangkat sekolah bersama !," ujar sang gadis violet. Tampak dari kejauhan Sarada mengangguk dan ikut berteriak.

"Hai'...!!," jawabnya.

"Kecilkan suaramu itu, kau bisa membuatku tuli tahu," Sarada menoleh kesamping. Mendengus pada sang kekasih biru yang tak secara langsung menyindirnya. "Terimah kasi atas pujiannya ! Tu-an mu-da !,"

Dengan sedikit terkekeh, Mitsuki mengacak rambut Sarada. Gemas. Dan perlakuannya itu sukses membuat sang primadona sekolah tersebut memerah padam.

"Hoi ! Kalian berdua ! Berhenti bermesraan disana !," teriakan Boruto, sukses membuat momen romantis mereka terganggu. Ingatkan Sarada untuk menghajar kepala kuning itu. Ah! Sekarang saja, tangannya sudah gatal ingin memukul pemuda menyebalkan itu.

"Hai'-hai'," jawab Mitsuki santai. Dan segera menggandeng tangan Sarada untuk memasuki sekolah mereka.

"Hayaku ! ( cepatlah ),"

"Hai' !,"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Apakah ini akhir dari perjalanan cinta kami ?

Tidak, ini bukan akhir. Melainkan awal dari kisah yang akan menjadi sejarah yang baru yang akan kami ukir.

Dan sekarang...

Hambatan apa lagi yang menantiku di depan sana ?-----Sarada Uchiha.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

[ End ]

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hai ! Hai !
Lama gak update ya ? Sekali update langsung tamat 😅

Gomenasai minna, author baru selesai ujian.

Sekali lagi maafkeun author ya !

Dan makasih kepada readers setia Fic ini 😁

Sekali lagi saya ucapkan terimah kasi sudah membaca 😁

Mata ne~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top