MW 05 | Broke Him Up

Cerita ini umurnya udah hmpir setahun 😅 gk tau masih ada yg ingat ato lupa... tpi aku hrap semoga masih pada ingat ya 😁

Happy reading...
.
.
.

"Kau tau kalau besok istri perdana menteri akan datang ke kampus kita?"

Jessica yang sedang sibuk dengan ponselnya menoleh pada salah satu teman akrabnya di kampus, Leonora. Seorang wanita hispanik dengan rambut coklat gelap sebahu, berbicara menggunakan dialeg Amerika Selatan yang cukup kental. Nora, begitu panggilan akrabnya adalah salah satu dari beberapa primadona kampus, Jessica tidak akan menyangkalnya karena iapun berpikiran sama. Dengan wajah khas wanita Spanyol dan kulit coklat tembaga yang berkilau eksotis bersama dengan aura seksualitasnya yang tinggi, jelas akan membuat para pria manapun rela tunduk di bawah kakinya. Berbeda dengannya yang berwajah oriental, sangat Asia dengan kulit putih pucat dan rambut hitam legam. Jessica tidak akan kecewa ketika berdiri bersama Nora dan wanita itu lah yang akan mendapatkan lebih banyak perhatian para kaum adam.

Karena kenyataannya, kulit eksotis Nora jauh lebih mengundang dibandingkan kulit putih pucatnya.

Dulu Jessica sempat berkeinginan untuk tanning agar bisa tampil semenarik Nora dan meminta bantuan wanita itu yang menyarankannya untuk berjemur saja, biasanya orang-orang melakukan tanning dengan cara alami seperti itu. Tapi masalahnya Jessica adalah wanita yang aneh, sudah berkali-kali berjemur, bukannya kulit tembaga eksotis yang didapatkannya melainkan ruam-ruam merah yang tidak hilang selama beberapa hari di seluruh tubuhnya, ia bahkan harus menggunakan masker demi menutupi wajahnya yang merah akibat terbakar oleh sinar matahari. Setelah itu, ia memutuskan untuk menerima takdir saja, Jessica memang tidak berjodoh dengan kulit seseksi milik Nora. Ia hanya akan berpuas diri dengan kulit putihnya.

"Jess, kau dengar tidak sih?"

"O--oh? Ya aku dengar," Jessica mengerjap, meringis saat melihat wajah cemberut Nora, "istri perdana menteri akan ke kampus kita, itukan yang kau katakan?"

Nora yang gemas tidak tahan untuk menarik pipi chubby Jessica. Meskipun wanita itu tergolong ramping namun, pipinya seperti memiliki hidupnya sendiri. Terkadang Jessica sering mengeluh karena tubuhnya langsing, tapi malah memiliki pipi tembem, padahal kan seharusnya ia memiliki wajah yang tirus dengan garis tegas, seperti ayahnya yang tampan itu, bukannya wajah bulat ibunya.

"Sakit Nora!" Serunya dengan wajah cemberut.

"Makanya, kalau aku bicara perhatikan," Nora bersungut-sungut, "aku memang mengatakan kalau istri perdana menteri akan datang, tapi ada lagi info setelahnya."

"Oh ya? Apa itu?" Jessica telah berusaha, meskipun sangat terlihat jelas, tapi gadis itu mencoba untuk terlihat antusias terhadap cerita Nora. Karena jika tidak, sahabatnya itu akan merajuk dan jangan tanyakan seberapa susahnya membujuk seorang Leonora Pepita Valborg yang sedang merajuk.

"Kudengar dia akan memberikan kuliah umum tentang pertahanan diri bagi seorang wanita," tukas Nora dengan semangat, "dan kita dianjurkan untuk ikut, apa kau berminat?"

Jessica menimbang sesaat, sebenarnya ia sudah memiliki cara untuk mempertahankan diri. Belajar bela diri bersama ayahnya sejak berusia belasan tahun membuatnya cukup percaya diri untuk tidak perlu mengikuti kuliah semacam itu, karena ia yakin bahwa hanya akan ada teori-teori omong kosong yang dibicarakan istri perdana menteri kepada mereka dibandingkan mempraktekannya langsung.

Tapi melihat bagaimana antusiasmenya Nora karena hal ini, ia sedikit tidak yakin jika ingin menolak. Nora pasti akan kesal padanya.

"Hmm...kau bisa mengikutinya tanpa aku, Nora," ucap Jess dengan sangat hati-hati, tidak ingin membiarkan Nora menyadari bahwa ia tidak tertarik pada kuliah tersebut.

"Kau akan menyesal Jess. Ibu perdana menteri kita membawa satu pasukan keamanan dari corporation yang terkenal itu," Nora bergumam meremehkan, "yang kudengar mereka sangat tampan dan panas," lanjut wanita itu dengan kikikan cabulnya ketika membayangkan tubuh para pria yang akan di bawa oleh ibu perdana menteri.

Bukannya tertarik, Jessica malah memutar bola mata, "kapan kau bisa berhenti meneteskan air liur setiap melihat laki-laki, sih!"

"Tidak akan pernah! Selama populasi pria tampan masih lebih langka daripada pria jelek, maka aku tidak akan berhenti ngiler pada mereka."

Nora mengucapkannya dengan percaya diri, seolah apa yang dikatakannya adalah sesuatu yang patut untuk dibanggakan namun, Jessica hanya mendengus akan ketidakwarasan temannya itu.

"Kau memang sudah gila."

"Jadi, kita ikut ya? Kau tau aku tidak akan mau mendengarkan celotehan ibu perdana menteri tanpa dirimu," Nora membujuk, memasang wajah memelas yang sialnya pasti selalu bisa membuat Jessica luluh.

"Kalau kau tidak sudi mendengar ceramahannya, terus kenapa ngotot mau ikut sih?"

Nora menggerling, mengibaskan rambut pendeknya lalu tersenyum penuh makna, "kau tau alasannya darling. Kita akan melihat pria-pria panas!"

Jessica mendesah dramatis, kegilaan temannya itu atas pria-pria tampan memang tidak pernah memudar. Pernah sekali ada kejadian di mana Nora rela mematahkan heelsnya demi membuntuti seorang pria yang mereka lihat di restoran cepat saji. Saat itu si pria panas versi Nora hanya berjalan kaki untuk kembali ke kantornya yang berada lima blok dari restoran, dan wanita gila itu mengikut sertakan dirinya dalam aksi mengintili si pria panas. Beruntung saat itu ia memakai flat shoes, berbeda dengan Nora yang menggunakan heels mematikan setinggi 10 cm yang tentu saja patah tepat setelah mereka mendapati si pria panas memasuki salah satu gedung Bank swasta yang mereka tebak adalah tempat kerja pria itu.

Saat itu Nora mengomel dan menangis tersedu-sedu karena salah satu koleksi sepatunya rusak, tapi tidak berlangsung lama karena keesokan harinya Nora sudah berdiri di hadapannya dengan tersenyum culas sembari menggandeng si pria panas yang mereka buntuti kemarin. Jessica hanya bisa tercengang, jurus apa yang dipakai temannya itu sehingga bisa menggaet pria dalam waktu kurang dari 24 jam?

Jadi, kalau sekarang Nora melakukan segala cara untuk membujuknya bisa ikut kuliah umum itu demi mendapatkan pria panas baru, maka Jessica tidak akan heran.

"Ayolah Jess...hanya kau temanku, masa kau tega membiarkanku sendirian. Ingat pertemanan kita selama dua tahun, hmm?" Nora mengerjapkan mata, membujuk sekali lagi. Melihat wajah datar Jessica, ia kemudian merengek agar sahabatnya itu setuju.

"Jessie...ayolah.."

"Nora.."

"Jessica cantik anak kesayangannya Daddy Kim, mau ya? Hanya satu setengah jam kok, mau ya?"

Jessica memejamkan mata, ia memang tidak pernah bisa menolak keinginan Nora, "oke."

"Yes! That's my girl!"

___

Keesokan harinya, Jessica dan Nora sudah berada di salah satu auditorium kampus mereka yang besar. Duduk di tengah-tengah para mahasiswi yang juga terlihat antusias mengikuti kuliah ini. Tapi Jessica yakin, jika kebanyakan para wanita-wanita itu pasti memiliki tujuan yang sama seperti Nora, yaitu melihat para pria-pria panas.

Ia mendengus, pemikiran itu membuatnya dongkol sendiri, sepertinya hanya dirinya saja yang sama sekali tidak tertarik dengan para pasukan keamanan yang dibawa oleh ibu perdana menteri.

"Jess, jangan cemberut begitu...siapa tau ada pria tampan yang menaksirmu," Nora berbisik pelan kepadanya, Jessica hanya mencibir.

"Oh aku lupa, kau sudah punya Peter," seruan Nora membuat wajahnya semakin menekuk. Gadis di sampingnya membuat ia terpaksa mengingat tentang Peter lagi.

Dasar pria brengsek!

Jessica tidak akan melupakan penolakan yang dilakukan Peter kepadanya, ya dia memang sudah bertemu Peter. Itupun secara tidak sengaja, ketika menemani Nick berburu sepatu olahraga keluaran terbaru. Mereka bertemu di pusat perbelanjaan, saat itu ia sedang menunggu Nick yang akan membayar belanjaannya di depan pintu sementara Peter berada di sebuah restoran tepat bersebrangan dengan toko sportif yang di datanginya, dan parahnya si Peter brengsek berpura-pura tidak mengenalnya saat mereka saling bertukar pandangan.

Oh tentu saja dia tidak akan mengenalmu Jessica! Dia sedang menggandeng seorang wanita.

Saat itu amarah Jessica sudah mencapai puncaknya, jadi dengan geram ia mendekati Peter dan wanita jalangnya yang sedang asik makan di restoran tersebut lalu tanpa ragu langsung menarik gelas di atas meja dan menyiramkannya di kepala Peter.

"Shit! What the hell are you doing!"

Jessica hanya tersenyum miring melihat reaksi Peter yang luar biasa kaget, pria itu berdiri dari kursi lalu membasuh wajahnya yang basah akibat anggur merah, beberapa orang melihat ke arah mereka dengan raut penasaran dan Jessica tidak memperdulikan itu.

"Bajingan! Aku bahkan belum sempat memutuskanmu dan kau sudah keluar dengan jalang ini?" Desis Jessica marah. Wanita yang bersama Peter merasa tersinggung karena dirinya disebut jalang olehnya.

"Tunggu...siapa yang kau katakan jalang di sini? Dan kau ini siapa, beraninya mengacau di meja kami?"

"Dia hanya orang sinting. Ayo keluar."

Jessica memejamkan matanya ketika Peter menarik tangan wanita jalang itu lalu berjalan keluar dari restoran dengan cepat, ia mengambil napas lalu berteriak dengan kencang.

"Peter Albern! Berhenti di tempatmu sekarang juga!"

Tiba-tiba suasana menjadi hening, Jessica membalikan badan dan menemukan Peter melakukan sesuai yang diinginkannya. Pria itu berdiri kaku di pintu masuk sementara wanita di sampingnya terlihat risih.

"Jessie...ini tidak..."

"Keparat kau!"

"Ooh!"

Jessica tidak ingin mengingat adegan selanjutnya, karena selain mendengar gumaman pengunjung restoran itu yang uniknya terdengar seragam, ia langsung melenggak pergi dari tempat terkutuk itu. Setidaknya dia sudah puas karena keinginannya menendang selangkang Peter terkabulkan dan dia berani bertaruh bahwa pria itu tidak akan bisa berjalan setidaknya selama tiga hari.

___

Peter meringis pelan sebelum kembali melangkahkan kakinya, sementara Arzen hanya menatapnya dengan bingung.

"Ada apa dengan gaya berjalanmu?"

"Diamlah! Ini semua karena gadis kurang ajar itu."

Arzeb menaikkan alisnya, "kali ini gadis mana lagi yang kau jebak hmm?"

"Sialan kau!" Peter ingin meninju Arzen, tapi pria itu sudah mundur lebih jauh darinya dan butuh tenaga ekstra untuk melangkah agar selangakangnya tidak nyeri.

Melihat tingkah sahabatnya, Arzen hanya tertawa, "gadis itu sangat hebat! Dia sampai membuatmu tidak bisa berjalan bung...."

"Ini bukan seperti yang kau pikirkan Zen," Peter menyerah, dia langsung membaringkan tubuhnya di sofa terdekat lalu menatap Arzen yang kini sedang bersedekap ke arahnya.

"Dan apa tepatnya yang sedang aku pikirkan?"

"She fuck me. Hard." Arzen terkekeh geli, "kau akan semakin tertawa kalau mendengarnya."

"Jadi ceritakan padaku."

Peter menghela napas panjang, "dia Jess..." Arzen menaikkan kedua alisnya seperti tidak asing dengan nama itu, "ya dia Jess yang itu, pacarku. Kemarin dia memergokiku jalan bersama Theana, dia menyiramku dengan anggur dan sebagai salam perpisahannya dia menendang selangkanganku dengan kekuatan penuh!" Peter melanjutkan dengan bersungut-sungut sementara Arzen meringis nyeri membayangkan bagaimana rasanya ditendang sekeras itu oleh wanita yang sedang murka.

"Owh....aku hanya bisa mengucapkan rasa simpatikku kawan, itulah karmanya kau selalu mempermainkan wanita," Arzen bergumam prihatin, menggelengkan kepala lalu menatap Peter seolah pria itu adalah seorang gelandangan yang butuh dikasihani.

"Brengsek! Katakan siapa yang lebih sering membawa wanita berbeda setiap malamnya."

"Oh itu jelas beda," Arzen tersenyum kecil, "aku dan para wanita itu memiliki kesepakatan bahwa tidak akan ada hubungan lain selain di atas ranjang. Mereka cukup dewasa untuk mengerti."

Peter mengumpat, "terserah kau!"

"Jadi kau tidak akan ikut?"

Peter langsung bangkit, "tentu saja aku ikut!" Serunya sembari memasang wajah penuh makna, Arzen tau maksud dari sahabatnya, kali ini mereka akan menemani istri seorang perdana mentri yang akan mengadakan penyuluhan di salah satu universitas terbaik kota ini. Dan beruntungnya, perusahaannya ditunjuk langsung oleh sang perdana mentri untuk mengawal dan sang istri yang memerintahkan dia untuk turut serta dalam pengawalan ini karena mereka lebih percaya padanya daripada anggota-anggotanya yang lain.

"Yah kau dan nafsu bejatmu!"

Dan kesempatan ini, tentu saja Peter tidak akan melewatkannya begitu saja. Pria itu selalu menyukai gadis-gadis muda yang polos seperti seorang maniak, Arzen hanya berharap sahabatnya tidak akan pernah bertemu dengan adiknya, Kim, karena jika itu terjadi sudah dapat dipastikan Peter akan tergila-gila pada adiknya dan dia jelas akan membunuh pria itu.

____

[Mistaken Wedding pt. 5 | 11/02/18]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top