MW 02 || Jessica Anger
Lala la yeye ye~ chapter 2 is here~
Visual Jessica nanti ya 😂😂😂 aku belum dapat yang pas soalnya 😅
Enjoy reading~
.
.
Gadis itu berdiri sembari menyandarkan tubuhnya di tiang besi berwarna putih tepat di depan bandar udara Birmingham, menatap jengah jalanan dihadapannya dari balik kacamata hitamnya. Liburan musim panas belum usai jadi keadaan bandara saat ini masih lumayan sepi, ditambah terik mentari yang cukup membuatnya merasa agak gerah membuatnya berdecak pelan.
"Lama sekali."
Saat hendak mengeluarkan ponsel, matanya menangkap seorang pria berambut tembaga sedang berlari kecil menuju tempatnya berada, dia mencibir menatap galak pria itu setelah melepas kacamatanya.
"Sudah kukatakan jangan membuatku menunggu Nick!"
Nicholas menyengir melihat raut wajah masam gadis itu, "ayolah Jess, aku hanya telat 10 menit—dad menunggu di rumah."
Memutar bola matanya malas, Jessica berlalu meninggalkan pria itu bersama dua kopernya yang besar.
"Astaga! Apa yang kau bawa? Seingatku kau tidak membawa benda sebesar ini sebulan yang lalu," Nicholas mendengus menarik dua koper dimasing-masing tangannya, mengikuti langkah Jessica yang seolah-olah tidak mendengar gerutuannya barusan.
"Semua itu perlu ku bawa Nicky, jangan protes." Jessica sudah duduk manis di dalam Range Rover metalic dan Nicholas hanya mampu mendesah panjang sambil menggerutu, Jessica mengintruksikan agar pria itu segera memasukkan barang-barangnya.
"Jadi bagaimana liburanmu?" Nicholas sudah duduk dibalik kemudinya lalu memilih membahas topik lain dibandingkan harus berdebat masalah barang bawaan Jessica—yang jelas tidak akan pernah ada akhirnya. "Kupikir kamu akan pulang minggu depan. Liburan belum berakhir," sambungnya lagi, Jessica hanya menghela nafas lalu bersandar dengan nyaman dijok mobil.
"Why? There's any problem?"
"Nothing, just—" Jessica menghentikan kalimatnya, memilih diam membuat Nicholas semakin merasa penasaran dengan alasan gadis itu pulang lebih awal dari waktunya. Padahal sejak dua tahun hidup di sini, gadis itu selalu tidak sabar untuk pulang ke kampung halamannya dan bertemu orangtua serta adik-adiknya.
"Jess? Kamu bisa cerita padaku. Masalah dengan uncle Kim?" Nicholas memelankan laju mobilnya saat memasuki jalan besar, sesekali ia melirik Jessica—dan menemukan gadis itu sedang tersenyum getir.
"Kau tau ayahku seperti apa Nick. Aku tidak menyangka jika dia sampai tau semua yang telah kulakukan di sini." Jessica mulai berbicara, dari suaranya ia terdengar jengah. "Bayangkan, dia yang hidup di Seoul bisa mengetahui apa yang kulakukan di sini. Di sini Nick, di Birmingham! Yang jarak dari Korea sampai beribu-ribu mil! Bagaimana bisa!" Nicholas mendesah, jika Jessica sudah mulai berteriak seperti ini berarti jelas sesuatu yang besar telah terjadi di Korea dan itu sepertinya berakhir buruk.
"Jadi apa masalahnya? Ayahmu tau kau ke club malam?"
"Absolutely Nick! Absolutely!" Jessica menjawab dengan marah, "tapi dia tidak mempermasalahkan itu, karena aku selalu datang ke sana bersamamu."
"Lalu?" Nicholas menaikkan alisnya, melirik Jessica bingung.
"He knows about Peter."
"Peter?" Pria itu membeo, seolah nama Peter sangat terdengar asing ditelinganya.
"Yup, Peter—you know, my boyfriend." Jawab Jessica dengan lesu membuat Nicholas melebarkan matanya lalu mengangguk mengerti.
"Yeah! That dumb ass Peter!"
"Nicholas! Watch your mouth!"
Nicholas hanya menyengir melihat kemarahan Jessica karena telah meledek kekasihnya, lagipula dia tidak salah—Peter memang seorang brengsek dan ia tidak mengerti mengapa Jessica bisa jatuh hati pada pria itu. Padahal Nicholas tau sangat jelas bahwa gadis itu sangat sulit dekat dengan seorang pria.
"Biar kutebak, uncle Kim menyuruhmu untuk memutuskannya?"
Jessica mengangguk lalu membuang pandangannya keluar jendela, "parahnya lagi saat Peter menelponku, Daddy langsung mengambil ponselku dan memarahinya—aku sangat kesal. Makadari itu aku memilih untuk pulang."
Nicholas mengangguk mengerti, dia menghentikan mobilnya tepat di depan halaman rumah, tempat mereka tinggal lalu menoleh pada gadis itu.
"Dengar cantik, aku sepenuhnya setuju pada ayahmu. Peter tidak pantas untukmu, ayahmu tau apa yang baik untukmu." Ujarnya.
Jessica mendengus menatap Nicholas tajam, "apa yang dia tau? Dia hanya tau mengekang hidupku!"
Setelah berteriak Jessica langsung meloncat turun dari mobil dan melintasi teras rumah dengan cepat, dia bahkan mengabaikan Sam yang sudah berdiri di depan pintu menanti kedatangannya.
"What's wrong Nick?"
Nicholas mengangkat bahunya sambil menarik koper-koper Jessica, dia menatap ayahnya dengan malas.
"Like ussual, father and daughter war."
Sam hanya berdecak lalu menggeleng pelan setelah mengerti apa yang terjadi pada keponakan tersayangnya itu.
"Masuklah—biarkan dia sendiri dulu." Nicholas hanya menangguk lalu melangkah bersama ayahnya ke dalam rumah.
_____
Jessica menggigit bibirnya gusar, sudah dua hari sejak dia kembali ke Birmingham tapi Peter sama sekali tidak dapat dihubungi, terakhir ia berbicara pada pria itu saat berada di bandara menuju ke Birmingham. Pembicaraan mereka bahkan berakhir alot yang membuatnya semakin merasa cemas.
"Pete, ayolah—" Jessica bergumam penuh harap saat menempelkan ponsel ketelinganya—nada sambung terdengar tapi lagi-lagi panggilannya dialihkan sehingga membuatnya menggeram.
"Astaga! Kenapa dia tidak mau mengangkat panggilanku?"
"Jessie?"
Gadis itu menoleh dan menemukan pamannya sedang mengintip dari balik pintu kamar, pria itu tersenyum lalu mendekatinya yang sedang duduk bersila di atas ranjang.
"Kamu ada masalah?" Tanyanya saat bergabung bersama gadis itu, Jessica mendesah panjang lalu menggeleng kecil.
"Hei, kamu bukan gadis yang pandai berbohong sayang," Sam mencolek hidung bangir Jessica membuat gadis itu menatapnya cemberut.
"Uncle selalu tau kalau aku bohong!" Ujarnya kesal membuat Sam tertawa.
"Tentu saja sayang! Ingat siapa yang mengajarimu berbicara—sudah jelas aku tau kapan kau berkata jujur dan bohong."
"Peter tidak mengangkat teleponku," Jessica mendesah panjang menatap ponselnya dengan tatapan sedih.
"Ah, Peter? Nick sudah menceritakannya. Jadi benar daddymu memarahi Peter?"
Jessica menganggukan kepalanya menatap Sam, seolah sedang mengadu perihal perlakuan Myungsoo kepadanya saat berada di Seoul. Sam tersenyum lalu mengusap kepala gadis itu.
"Sudah berapa lama kamu kenal Peter?" Tanya Sam, Jessica menunduk untuk berpikir.
"Tiga bulan."
"Lalu sejak kapan kalian berpacaran?"
Sam bertanya lagi, Jessica menggerakkan jari-jarinya sambil berhitung dalam hati "Hampir satu bulan," jawabnya lagi, Sam mengangguk mengerti.
"Dan berapa kali kalian bertemu? Umm—mungkin kencan?" Jessica kembali berpikir dan Sam menunggu dengan sabar.
"Dua kali, pertama waktu dia mengajakku berpacaran dan yang kedua kali malam sebelum aku pulang ke Seoul. Tiga minggu yang lalu."
"Kau mencintai Peter?"
Jessica langsung menatap Sam saat mendengar pertanyaan itu, alisnya berkerut saat tidak menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.
"Jessie, kau mencintai Peter?" Ulang Sam membuat Jessica semakin terlihat bingung.
"Aku menyukainya," jawabnya dengan yakin membuat Sam tersenyum.
"Aku bertanya, apa kau mencintai Peter?"
Sekarang Jessica diam, dia menundukan kepalanya benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Sebenarnya dia bukannya tidak tau jawaban atas pertanyaan itu, dia hanya bingung mendeskripsikan konteks ‘mencintai’ yang dimaksud oleh pamannya itu seperti apa.
"Oke, pertanyaan terakhir. Apakah peter mencintaimu?" Jessica menaikkan alisnya kembali menatap Sam, pria itu terlihat tegas saat menatapnya.
"Peter menyukaiku." Gumamnya pelan, Sam tertawa lalu mengacak rambut gadis itu dengan menatapnya geli.
"Kamu kesal karena daddy yang sangat mencintaimu memarahi pria yang tidak kamu cintai dan tidak mencintaimu? Apakah itu benar Jessie?"
Jessie menggigit bibirnya lagi, tidak menyangka jika Sam akan menyerangnya dengan pertanyaan telak itu. Dan sekarang dia menjadi menyesal karena tindakan bodohnya, memusuhi ayahnya sendiri—padahal ia tau dengan jelas ayahnya melakukan itu hanya untuk mengetes Peter, apakah benar-benar serius padanya atau tidak.
"Kamu tau ayahmu selalu melakukan apapun untuk menjagamu kan? Begitupun denganku, Nicholas juga. Jadi—selesaikan masalahmu dengan Peter, lalu hubungi ayahmu dan minta maaf. Oke?"
"Uncle, aku menyukai Peter." Jessica berucap yakin membuat Sam tersenyum padanya.
"Aku tidak menyuruhmu untuk berpisah darinya Jess. Kupikir kalian sedang bertengkar, hanya selesaikan masalah kalian." Ucap Sam, "ayo, sudah waktunya makan malam,jangan ngambek terus. Nick sangat frustasi karena kamu mendiaminya." Sambungnya lagi sambil tertawa kecil, mengingat putranya selalu mengeluh karena didiami oleh Jessica.
"Dia pantas mendapatkannya." Gerutu Jessica, namun dia ikut tertawa bersama pamannya saat memikirkan Nicholas, melupakan perihal Peter yang tidak mengangkat teleponnya sejak dirinya kembali ke Birmingham, memilih ikut bersama Sam keluar dari kamarnya untuk makan malam.
____
[Mistaken Wedding pt. 2 | 18/03/17]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top