07. alasan
Setelah sarapan bersama, Solar langsung pamit pergi keluar. Katanya ada urusan, padahal tadi dia berniat bangun siang.
[Name] bisa saja berpikir jika Solar lupa kalau dirinya ada janji. Namun, pemikiran seperti itu [Name] buang jauh-jauh. Karena ia tahu jika Solar bukan tipe orang yang lupa dengan pekerjaan atau perjanjian.
Apalagi, tadi ia sempat melihat kakaknya datang dengan satu amplop di tangannya.
Pasti ada hubungannya.
"Solar tumben keluar pas libur, biasanya juga ngurung diri di kamar."
Ini namanya memancing. Memancing untuk kakaknya buka suara.
"Kenapa nanya ke kita? Kamu kan istrinya."
Iya juga.
Haish, [Name] tahu jikalau kakaknya ini bukan tipe orang yang mudah terpancing. Berbeda dengan adiknya, disogok dengan uang lima ribu rupiah saja langsung buka mulut.
"Jangan-jangan, Kak Lar mau ketemu cewek lain!?"
... selain itu, adiknya ini selalu berhasil membuat orang kepanasan dan naik pitam karena ucapannya yang suka mengada-ada.
"Hush, mulutmu, [Your Young Brother]. Gak mungkin Solar kayak gitu, abang kenal banget Solar itu tipe orang yang kayak gimana. Buaya gitu juga cuma luarnya doang. Dalemnya sih setia banget."
Kakaknya [Name] ini, selalu membela Solar, bahkan lebih sering membela Solar daripada [Name]. Apapun yang terjadi, kakaknya ini selalu membela Solar.
Padahal, sih, tanpa dibela juga Solar sudah memiliki enam penjaga yang galak-galak. Lah, [Name]? Cuma tiga. :(
"Ya tapi kan, Bang ...."
"Apa tapi-tapi?"
"Gak menutup kemungkinan, lah. Apalagi Kak Lar itu dipaksa ayah buat—"
Setelah itu, mulut sang adik langsung ditutup menggunakan tangan kanannya si kakak tertua. Wajahnya sedikit panik ketika si bungsu ingin menyebarkan rahasia negara.
"... Solar dipaksa ayah buat apa?"
Gulp.
Oke, kedua saudara laki-laki [Name] sekarang saling bertatapan dan menyalahkan. Berbeda dengan [Name] yang menatap mereka serius dan meminta jawaban secepatnya.
"Kakak, sih."
"Loh, kok aku!? Kamu, lah."
"Jawab. Solar dipaksa ayah buat apa?" nadanya sedikit mengintimidasi. Membuat kedua laki-laki itu saling berpelukan dan merutuki ucapan mereka yang seenaknya itu.
"H-Hahaha! Gak usah seserius itu, lah, [Name]. Solar cuma dipaksa ayah buat eum apa tuh namanya, oh, nginep! Ayah pengen banget Solar nginep di rumah kita."
"Gak mungkin. Ayah aja gak akrab sama Solar. Kalian pasti nyembunyiin sesuatu, kan?"
"Adek engga nyembunyiin sesuatu, kok. Ayah sama kakak aja yang main rahasia-rahasiaan. Adek, sih, cuma disuruh tutup mulut aja karena gak sengaja denger." Si adik membela dirinya sendiri—ayolah, dia masih ingin dipeluk kakak perempuannya itu. Jangan sampai dirinya tak dapat pelukan hangat lagi karena masalah ini.
"Kalo gitu, kenapa?"
"Sebenarnya Kak Lar kan dipaksa ayah buat ceraiin kakak setelah nikah tiga bulan. Tapi ditunda karena kakak hamil Cahaya. Memangnya kakak engga tau? Waktu itu ayah bilang bakal ngasih tau ke kakak."
Satu detik setelah itu juga, aura [Name] langsung berbeda. [Name] dari awal sudah terlihat menyeramkan, apalagi ketika ia tahu jikalau sebenarnya suaminya jadi seperti ini karena ayahnya.
Sedangkan si kakak sulung, hanya pasrah sambil mengusap wajah tampannya itu. Dia tak menyangka jikalau adik bungsunya ini tidak bisa diajak kerjasama.
"Alasannya?"
Si adik menggeleng, "engga tau. Kan adek cuma nguping, terus ketahuan."
Mendengar jawaban adiknya, [Name] langsung menoleh pada kakak laki-lakinya yang hanya diam seolah tak terlibat.
"Apa liat-liat? Ganteng, ya?"
"Kak."
Dari nadanya saja, si sulung tahu jikalau adik perempuannya ini sedang mengajak dirinya untuk serius.
"[Name], ini gak sepenuhnya salah ayah. Walau memang ayah maksa Solar, tapi ayah punya alasan kenapa kayak gitu."
"YA APA ALASANNYA??!"
Meja makan dipukul oleh [Name], emosinya saat ini semakin meniadi-jadi. Tinggal bilang hal yang sebenarnya, apa susahnya, sih?
"Ini semua karena orang itu, [Name]."
[Name] mengerutkan keningnya, "siapa?"
"Orang dari masalalu. Orang dari kejadian lima tahun lalu."
"Tinggal sebut nama apa susahnya, sih!?"
"Namanya itu ...."
❛❛Lembut tutur katamu, merdu tawamu, parasmu yang menawan ... buat diriku tak bisa lupa.❜❜
"Solar? Masuk, duduk disini."
Pria itu sedikit merasa tidak nyaman, namun, dirinya tetap melangkah masuk ke dalam ruangan yang selalu ia hindari.
Dia duduk di salah satu sofa yang dekat dengan pemilik ruangan ini. Setelahnya, dia hanya diam menunggu kata yang keluar dari mulut si pemilik ruang.
"Putriku pasti menolak perceraian ini, kan?"
"Iya. Sebenarnya aku―maksudnya saya, juga kurang setuju dengan perceraian ini."
Astaga, Solar lupa. Jika sudah berhadapan dengan ayah mertua harus memakai bahasa formal. Sejauh itukah hubungan mereka?
"Apa yang kurang disetujui?"
"... Saya tidak mau memberikan putri Anda ke tangan pria lain. [Name]―putri Anda―saya cintai dengan tulus. Kami sudah bersama selama enam tahun lebih."
Pria yang lebih tua itu tersenyum remeh kepadanya, "egois sekali kamu."
"Apa bedanya dengan Anda? Bukannya kita berdua sama? Sama-sama egois."
Berani sekali Solar.
"Aku tidak peduli. Kalian harus bercerai."
Solar menggertakkan giginya. Dia bangkit dari duduknya dan menatap pria yang lebih tua itu dengan tatapan kesal.
Awalnya pria itu pikir ia akan dipukul atau hal lainnya. Namun, Solar—menantunya—malah berlutut di depannya dengan tubuh di bungkukan. Membuatnya sedikit terkejut.
"Saya mohon, jangan paksa saya berpisah dengan [Name]. Saya―Solar―orang yang selalu Anda sebut egois dan tak berperasaan ini, mencintai putri Anda dengan sepenuh hati."
Masa bodo dengan harga dirinya sekarang. Solar hanya ingin ia dan cintanya tetap bersama. Hidup bersama hingga akhir waktu.
Pria tua itu nampak mengerutkan keningnya, dalam hati ia juga merasa tak enak jika lelaki ini sampai bungkuk memohon agar bisa tetap bersama putrinya.
"... Bangun. Aku tak suka melihat orang seperti itu kepadaku."
"M-maaf,"
Sang pemilik ruangan hanya mengangguk, ia menghela napasnya panjang sebelum akhirnya melirik menantunya yang nampak begitu ketakutan.
"Ternyata, rasa sayangmu pada putriku itu lebih besar daripada rasa sayangku sebagai ayahnya."
Astaga, apa yang harus dilakukan sekarang?
❛❛Semua kenangan tak mungkin bisa ku lupakan, ku hilangkan. Takkan mungkin ku biarkan cinta kita berakhir.❜❜
_________
Halo guys aku balik lagi ygy, stelah kmarin hilang krn kgiatan skolah
pakabar niee, btw ini satu-satu sudah mulai kebongkar.
Hari ini aku kasih jawaban dikit dan clue lagiii, yuk semangat yuk menuju ending.
See u besok, ya! Maaf minggu ini cuma bisa up 2x hheheee
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top