01. iri


Pria itu memandang dirinya di cermin, dia sedikit membenarkan rambutnya yang bisa dibilang sudah cukup rapi. Setelah dirasa semuanya sudah sempurna, dia membuat senyum puas.

"Sip, udah cakep."

Dia keluar dari kamarnya. Kakinya melangkah ke arah dapur yang tak ada satu orang pun di sana. Matanya melirik sepiring nasi goreng di meja makan, ada pesan kecil di sebelahnya. Lalu di dekat kompor juga ada satu kotak bekal yang pasti itu untuknya.

Solar; pria itu, mengambil pesan tersebut untuk dibaca.

"Pagi. Aku tau kamu masih emosi. Hari ini aku ke rumah Kak Upan bareng Cahaya, gak usah jemput atau nyusul, aku bisa pulang sendiri. Itu sarapan sama bekalmu. Kalo kamu gak mau makan nasi gorengnya, gapapa. Gak usah dibuang, taro aja di kulkas. Bekalnya juga, kalo kamu gak mau bawa ya gapapa. Aku gak maksa kamu buat makan masakanku, kok."

Ibunya Cahaya.

Solar mengusap kasar wajahnya. Helaan napas lolos keluar dari mulutnya.

Dia duduk di kursi, menyuap sesendok nasi goreng buatan wanita itu ke dalam mulutnya. Setelahnya, ia langsung kembali berdiri dan membawa piring itu ke dalam kulkas.

Bekalnya dia lihat sebentar, keraguan tentang ingin membawanya atau tidak sedang ia rasakan sekarang. Hingga ia memilih untuk membawanya dan segera ke arah pintu rumah untuk berangkat ke kantor.

Selama di dalam mobil, ingatannya kembali memutar tentang kejadian tadi malam. Membuat Solar menjedotkan kepalanya ke setir mobil dah merutuki kebodohannya.

Tadi malam itu, keduanya bertengkar lagi, masalah Cahaya; anak mereka. Oh, atau haruskah Solar menyebutnya anak [Name]? Wanita itu membuatkan jarak antara Solar dan Cahaya, seolah-olah Solar itu orang jahat yang membahayakan Cahaya.

Solar pikir, [Name] tak ingin mengakui dirinya sebagai ayah dari Cahaya—karena tingkah lakunya juga perkataan seperti ia menolak kehadiran Cahaya.

"Haish ... kenapa makin ribet, sih."

❛❛You kept me like a secret, but I kept you like an oath.❜❜


Bayi berusia satu bulan itu mencoba menggapai ibunya. Tangan kecilnya terulur ke atas, meminta sang ibu untuk diangkat.

"Cahayaaa, bentar, ya! Mami masih mainin rambut sama Aunty."

Istri Taufan, yang sedang mengepang rambut [Name] hanya memutar bola matanya malas. Rasa jijik sedikit ia rasakan sekarang.

Bukannya apa dan kenapa, tapi—

"Kamu beneran pake Mami-Papi?"

"Jangan salahin aku. Itu dia yang minta."

"Oh,"

Tanpa disebut namanya juga, wanita di belakang [Name] ini tahu siapa dia. Iya, ayahnya Cahaya.

"Kalian beneran mau cerai?" tanyanya. Raut khawatir tercetak jelas di wajahnya, berbeda dengan [Name] yang malah terkekeh.

"Ya enggak tau, aku ragu ... tapi dari awal juga kayaknya aku gak cocok sama Solar, ya, kan?"

"[Name], kalian berdua awalnya gak ada masalah, loh. Aku bukannya mau ikut campur atau gimana, tapi apa sih yang bikin kalian sampe kepikiran pisah?"

[Name] menghela napasnya panjang, ia juga bingung sebenarnya. Apa yang membuat Solar minta pisah? Padahal sebelumnya, mereka tak ada masalah.

"Enggak tau. Waktu itu, Solar ngajak ngomong berdua sebelum tidur. Disitu, tiba-tiba dia ngomong kayak gitu."

"Tanpa alasan?"

"Iya. Tanpa alasan."

Sungguh, wanita di dekat [Name] ini tak paham kenapa Solar tiba-tiba berubah.

Sebenarnya ia menyadarinya dari awal, saat hari pernikahan Solar dan [Name]. Raut wajah Solar nampak ketakutan, tangannya gemetar hebat, seperti ... seolah-olah ia berpikir menikahi [Name] adalah kesalahan besar yang pernah dia lakukan.

"Solar itu ... agak misterius, ya. Aku gak pernah bisa tau isi pikirannya. Apa karena aku sebego itu, ya?"

"Akhirnya ngaku juga."

"IIIISH KAMU!"

[Name] memukul bahu temannya dengan cukup keras, membuat si korban meringis kesakitan dan mendelik ke arahnya. Di saat [Name] memukulnya, tiba-tiba suami temannya datang dengan wajah panik.

"Ets, ets! Apa ini??!?? Istri saya kok dipukul!"

Itu Taufan, yang baru saja pulang ke rumah untuk istirahat siang. Nanti balik ke kantor.

"Yang, yaaaang! Kamu gapapa, kan? [Name] mukulnya kenceng banget, ya?? Ish, [Name], kalo mukul tuh jangan keras-keras!"

"Lebay ah."

Sang istri menepis tangan suaminya dari kedua bahu dia, lalu menyuruhnya untuk duduk di bawah dan diam hanya menonton.

"Kak Upan, astaga. Aku mukul juga karena salah dia, ya. Siapa suruh ngomong gitu."

Taufan mendelik ke arah [Name], dia seperti berkata, "Punyaku jangan kamu apa-apain!"

Namun, tak lama lirikannya melembut begitu melihat sosok Cahaya yang tak rewel.

"Oooh??? Ada Cahaya juga disini. Kok gak bilang, sih, kalo bawa Cahaya? Kan Cahayanya jadi bisa main sama Beliung."

Istri Taufan memutar bola matanya malas, "Fan, Cahaya jangan disatuin sama Beliung. Kamu gak inget? Minggu lalu Beliung gigit pipi Cahaya sampe nangis."

"Kan Beliung gemes sama Cahaya. Jadi wajar, dong."

"Jangan diwajarin! Haish ... kulit bayi tuh sensitif soalnya, Fan."

Istrinya itu mengacak-acak rambutnya, sudah kesal dan lelah menghadapi tingkah Taufan. Lagila, kenapa ia mau, sih, menikahi pria seperti Taufan? Tapi Taufan memang berhasil membuat dirinya nyaman, sih.

Taufan terkikik, ia memeluk istrinya gemas tanpa memedulikan [Name] yang memandang iri mereka berdua. Memang dasar Taufan, tak tahu tempat.

"Taaauufhaan! Seshaak!" istrinya itu mendorong Taufan ke belakang, ia jalan mendekat ke arah [Name] dan bersembunyi di balik badannya.

"Maaf, ya, [Name]. Taufan lagi kumat."

[Name] menggelengkan kepalanya, "gapapa, malah kalian berdua itu lucu banget. Hahaha, kalian selalu begini, ya?"

"Iyaa dong! Kan Upan udah janji ke Blaze, bakal manas-manasin Bang Hali kayak begini. Intinya, misi utama tuh, bikin iri Bang Hali."

Sasarannya Hali, tapi yang iri malah ibunya Cahaya—alias [Name].

"Lucu banget kalian berdua. Aku iri."

❛❛What happened? Please, tell me. Cause one second it was perfect, now you're halfway out the door.❜❜

__________

Haloooo aku balik lagii

Aku kayaknya bakal gak banyak kasih clue sih, kenapa solar bisa begini begitu.

Tapi, mungkin lirik lagu yang kuselipin di setiap chapter kayaknya bisa jadi clue.

Ini masih awal sih, bakal kebuka semua pastinya pas mau ending ya kaan,

Pokoknya gitu deh ya. Yang Solar kayaknya aku bakal up 3x seminggu, deh?? 🤔 soalnya niatku semua bbb series tamat pas tanggal 30 Desember. Deket-deket tahun baru.

Oke, upnya jumat-sabtu-minggu.
Karena jumat kemarin aku gak up, jdi hari ini dobel ✋✋

Makasii kalian yang mau bacaaa, see u next chap!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top