Part 8 (Revision)
Publish on : Jumat, 30 Agustus 2019 [12.30]
MISSION IN SCHOOL
°°°
"Arrghh!"
Teriakan Krystal teredam oleh bantal yang menutupi mukanya. Wajah gadis itu memerah. Ia malu, ternyata yang akan menjadi bodyguard-nya selama di sekolah adalah pria itu.
Daniel.
Krystal jadi senyum senyum gak jelas dan mikir, 'Untung gue pilih opsi yang ini.'
Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya kuat kemudian kembali berteriak, namun teriakannya teredam oleh bantal. Aksinya itu membuat kasurnya menjadi amburadul, bahkan rambut Krystal awut-awutan (berantakan).
"Lo?!"
Krystal menunjuk Daniel dengan tatapan tak percaya.
"Ngapain lo kesini?!" tanyanya setengah berteriak, atau ... membentak?
Daniel justru tersenyum miring, "Jadi penggantinya dia."
Untung aja otak Krystal encer. Jadi, gadis itu sangat paham dengan makna dari kalimat Daniel. Namun tetap saja, Krystal masih terlihat bingung.
"Siapa, Sayang? Kenapa tidak disuruh masuk?" Tiba-tiba saja Gabriel datang, membuat kedua pelajar SMA itu menoleh.
Daniel menyalami tangan Gabriel dan menyapa pria paruh baya itu. Sementara Krystal masih ternganga, tak mengerti dan tidak paham dengan semua ini. Bukankah yang mengawasinya adalah seorang polisi? Namun, kenapa yang datang malahan remaja SMA yang datar, dingin, cuek, menyebalkan, dan hanya pelajar biasa seperti Daniel ini?
Gak mungkin, kan, Daniel itu polisi?
"Daniel, ada urusan apa kamu ke sini?"
Fyuh, ternyata Gabriel ikut-ikutan bingung dengan kedatangan Daniel di rumah ini. Macam tamu yang tak diundang. Atau bisa di samakan seperti, tamu diundang namun bukan tamu itu sendiri yang datang.
"Maaf, Om, sebelumnya. Pak Rafka tidak bisa datang dan menepati janji dikarenakan tengah ada tugas untuk menuntaskan kasus pembunuhan berantai di luar kota. Kemungkinan beliau berada di luar selama tiga bulan," jelas Daniel yang sama sekali tidak dimengerti oleh Krystal.
"Oh, ya sudah, tidak masalah jika kamu yang menggantikannya. Saya percaya sama kamu, lagipula kamu juga bisa diandalkan. Mohon kerjasamanya," ujar Gabriel tegas.
"Siap, Om."
Krystal menampar pelan pipinya yang digigit nyamuk. Tuh kan, dia emang jadi kayak nyamuk di situ. Kayak gak dianggap gitu, dikacangin terus dari tadi.
Gabriel yang melihatnya terkekeh, "Krystal, perkenalkan, dia Daniel Zeandra."
"Udah tau, kok. Daniel sekelas sama Krystal di sekolah, Yah."
"Ayah juga tau itu. Bagus, kan, kalau begitu, Daniel jadi lebih leluasa mengawasi kamu."
"Tapi, kenapa Daniel?"
"Karena dia ...." Gabriel melirik sekilas pada Daniel, seolah meminta persetujuan akan kalimat yang hendak ia sampaikan.
Cowok itu menggeleng pelan, "Biar saya saja yang menjelaskannya nanti, Om."
Gabriel mengangguk sekilas dengan senyum tipisnya, "Ya sudah. Jangan diluar saja, dingin. Ayo masuk."
Daniel menurut. Ia mengikuti langkah Gabriel. Sementara Krystal menutup pintu rumah. Gadis itu mengetuk-ngetuk pelan kepalanya, seolah berusaha menghilangkan kebodohannya, yaitu saat dirinya tadi memasang wajah bingung dan kaget yang menurutnya ... sangat lebay.
"Anu, Yah, Krystal ke kamar dulu."
Gadis itu langsung melesat menuju kamarnya. Meninggalkan kerutan di dahi Gabriel yang baru saja duduk dan Nadya yang barusan datang dari arah dapur dengan membawa beberapa camilan dan jus jeruk.
"Gue malu!" erang Krystal
Tok tok tok ....
"Krystal."
"Iya, Bun, bentar!" Krystal turun dari ranjang Ia membuka pintu kamarnya.
"Astaga, Krystal! Kamu kenapa, Sayang?" panik Nadya kala melihat wajah Krystal yang kucel. Rambut gadis itu berantakan.
"Krystal gak papa, Bun. Kenapa Bunda manggil Krystal?"
"Eh, itu ada Daniel di bawah. Kamu temuin, gih, kasihan dia sendirian."
"Kan, ada Bunda sama Ayah."
"Ya kali Daniel nyaman ngobrol sama orang tua kayak Bunda Ayah. Udah cepet sana, kamu turun. Katanya Daniel mau bicarain sesuatu sama kamu," titah Nadya mengibas -ibaskan tangannya pada Krystal.
Gadis itu mendecak sejenak, lalu berjalan pelan. Namun, Nadya menahan kembali tangan Krystal.
"Rapiin dulu tuh muka kamu sama rambut. Udah kayak orang gila aja," kekeh Nadya.
"Oh, iya!"
Krystal langsung memasuki kamar. Gadis itu menyisir rambutnya supaya rapi, lalu mencuci muka. Setelah dirasa cukup, ia turun ke bawah karena ibunya tadi bilang untuk langsung turun saja.
Di bawah, Krystal melihat Daniel tengah berbincang dengan Gabriel. Seperti perbincangan yang sangat serius. Nadya nyatanya berbohong, liat aja tuh, si Daniel adem ayem aja ngobrol sama Gabriel.
"Ayah, Daniel."
Kedua pria berbeda umur itu menoleh.
"Ada Krystal tuh, selesain urusan kalian berdua dulu. Nanti dilanjut lagi," ujar Gabriel. Pria 40 tahunan itu bangkit berdiri lalu meninggalkan mereka berdua.
"Di teras depan aja, yuk!" ajak Krystal. Tanpa menunggu tanggapan Daniel, gadis itu melesat pergi menuju depan rumah. Diikuti oleh Daniel yang memang sedari pria itu datang, tidak pernah berbicara dengan Krystal.
Krystal mendudukkan dirinya, memberikan ruang juga agar Daniel bisa duduk di sampingnya. Hening melanda. Hanya ada angin malam yang tidak bersuara, melainkan hanya mengantarkan udara dingin. Untung saja Krystal memakai sweater.
"Jadi, apa yang mau lo omongin?" tanyanya langsung pada Daniel.
Pria itu menoleh sejenak lalu berdehem, "Pertama, pertanyaan kenapa gue bisa ditunjuk sebagai wakil buat awasin lo."
Ah ya, Krystal ingat itu sekarang. Ia masih bingung kenapa Daniel bisa ditugaskan sebagai pengganti pengawas yang sebenarnya. Tidak mungkin, kan, Daniel seorang polisi? Iya, sih, Daniel itu cakep plus jenius. Tapi, tetap saja usianya masih dibawah umur untuk menjadi seorang polisi.
"Gue detektif."
"Hah?!" Krystal menoleh cepat dengan ekspresi terkejut dan herannya. Tak percaya juga dengan apa yang dikatakan oleh pria di hadapannya ini.
"Gak percaya juga terserah lo."
"Iya-iya, gue percaya! Tapi, gimana bisa?"
"Pak Rafka, polisi yang seharusnya bertugas ngawasin lo adalah bokap gue. Gue udah biasa sama dia, jadi gue juga terbiasa ikut-ikutan nanganin kasus yang dihandle sama beliau. Ya gitulah, gue jadi kayak detektif gini. Bokap lo sahabatan sama bokap gue, jadinya bokap lo kenal juga sama gue."
Krystal mengangguk-anggukkan kepalanya. Padahal ia masih belum bisa percaya sepenuhnya dengan yang dikatakan Daniel.
Mustahil.
"Jadi, lo yang bakal ngawasin gue?"
Daniel mengangguk singkat. Krystal jadi ingat apa yang dikatakan oleh pria itu sore tadi, sewaktu dirinya berada di taman kaca.
Keep calm ... Bodyguard-nya pasti ganteng kok.
Iya, emang bener. Bodyguard-nya ganteng, Krystal udah pernah bilang, kan, kalo Daniel Zeandra ini emang masuk dalam daftar cogan?
"Cih, kepedean," gumam Krystal sambil tersenyum geli, menundukkan kepalanya. Sampai sampai Daniel dibuat bingung oleh reaksi gadis itu.
"Kenapa lo?"
"Gak papa. Lo pernah bilang, kan, ke gue, kalo bodyguard yang bakal ngawasin gue itu ganteng?" goda Krystal menahan senyum miringnya.
Daniel mengerjabkan matanya lalu mengalihkan pandangan. Dia salah tingkah rupanya. Ketauan banget, kan, kalo cowok itu emang terlalu percaya diri akan tampangnya.
Daniel berusaha memasang sikap cool, "Ya, emang bener, kan? Semua orang bilang kalo gue itu ganteng." Krystal tertawa melihat Daniel yang sok keren. Daniel yang merasa ditertawakan terlihat jengah dan menahan pundak Krystal agar gadis itu menatapnya. "Emang menurut lo, gue gak ganteng gitu?" tanyanya menaikkan sebelah alis tebalnya.
"Eh?"
Krystal kicep. Kehilangan kata kata, atau mungkin ... tak bisa menyusun kata kata untuk menggambarkan kegantengan Daniel.
Ditatapnya manik mata tajam pria di hadapannya itu. Manik mata berwarna hitam keabu-abuan, hidung agak mancung, kulit putih bersih. Bahkan Krystal harus mendongak untuk menatap Daniel karena tingginya hanya sebatas pundak pria itu.
Tingginya hanya 165 cm, sementara Daniel memiliki tinggi badan 187 cm. Itu yang membuat Krystal serasa menjadi kerdil yang berada di hadapan sang raksasa.
Manik kecoklatan miliknya masih bertatapan dengan mata elang Daniel Zeandra. Sampai tak sadar, kaki Daniel bergerak maju. Diiringi oleh wajah pria itu yang mendekat ke arah Krystal. Daniel mendekatkan wajahnya, masih dengan tatapan yang mengunci mata Krystal. Sampai pada akhirnya, ia memiringkan kepalanya.
Krystal langsung merem. Menunggu apa yang akan Daniel lakukan padanya. Jantungnya aja udah kayak abis lari maraton. Napasnya ia tahan.
"Hahahaha!"
Krystal langsung membuka matanya, setengah melotot pada Daniel yang sudah ketawa ngakak di depannya sampai setengah jongkok. Merasa kesal, dengan kaki yang menghentak, gadis itu pergi meninggalkan Daniel dan masuk ke dalam rumahnya.
Brak!
Tak lupa Krystal mengunci pintu rumahnya. Bodo amat sama tamu yang masih ngakak di luar itu.
Bodo amat, udah. Krystal gak mau ngurusin manusia itu lagi.
Gue malu kuadrat, anjir! Dikiranya tadi mau dicium!
"Kenapa, Sayang? Mukamu, kok, merah? Loh, Daniel mana? Kok, gak diajak masuk?" tanya Nadya beruntun kala melihat anaknya berdiri menyender pada pintu utama dengan tangan menutupi wajahnya yang merah.
Krystal mengerucutkan bibirnya, "Bodo amat, Bun. Krystal mau tidur aja."
Gadis itu langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Sementara Nadya mengerutkan keningnya bingung. Kepalanya menengok ke kanan dan kiri. Krystal yang wajahnya memerah dan terlihat kesal, sementara di luar sana terdengar suara tawa yang lumayan keras, yang Nadya yakini adalah suara Daniel.
Ada apa ini?
***
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top