Part 36

Publish on: Kamis, 7 Mei 2020 [22.19]

Tekan tombol vote (☆) di bawah ya!😄




MISSION IN SCHOOL

***

Daniel mengendarai mobilnya dalam hening. Krystal pun sama, lebih menikmati pemandangan sore kota Jakarta yang masih saja ramai. Emang kapan Jakarta sepi?

Daniel berdehem kikuk tak tahan dengan diam-diaman kayak gini, ia melirik Krystal, "Tumben."

"Eh?" Perempuan berambut panjang itu menoleh, menatap Daniel dengan alis terangkat. "Tumben kenapa?"

"Tumben lo diem."

Krystal memutar mata, "Lagi gak mau ngomong sendiri." Ia menghela napas saat Daniel menatapnya bingung. "Gue tuh kalo ngomong sama lo berasa lagi bermonolog tau gak."

Daniel mengangguk, "Oh."

Decihan kecil keluar dari mulut Krystal. Lalu saat ia teringat sesuatu, Krystal menyipitkan matanya, "Ah ya. Lo ada hubungan apa sama Raja?"

Hampir saja Daniel oleng dan nerobos lampu merah. Pria itu menge-rem mobilnya, berdehem kaku. "Ngapain nanya itu?"

Krystal mengangkat kedua bahunya, "Cuman topik itu yang muncul di pikiran gue." Ia cemberut, "Gue penasaran banget sama hubungan lo berdua."

Daniel terdiam, menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Lantas hening kembali menyelimuti, sampai akhirnya lampu hijau telah menyala, membuat Daniel bergegas melajukan kendaraannya.

"Lo sama Raja sejak kapan kenal?" Bukannya menjawab, Daniel malah tanya balik. Krystal berdecak dibuatnya, ia memalingkan wajah.

"MOS."

"Kapan pacarannya?"

"Setahun yang lalu."

"Kenapa Raja putusin lo?"

Krystal terdiam. Gadis itu menarik napasnya panjang, lantas menatap Daniel sengit. "Gue gak diputusin, gue yang mutusin dia."

"Sama aja." Krystal memutar bola matanya malas.

Suasana kembali sunyi. Mereka sama-sama bingung harus ngomongin apa. Terutama Krystal, ia sudah keki sendiri ditanyain mantan.

Dimana-mana, yang namanya mantan itu cuman nyimpan kenangan menyakitkan.

"Niel."

"Hm?"

Krystal melirik Daniel penasaran, "Ratu ... siapa?"

"Mantan gue." Mendengar jawabannya, Krystal menganga terkejut, lalu ia mengangguk-angguk.

"Gue baru tau nama mantan kita hampir sama kek film-film. Raja dan Ratu," ujarnya terkekeh.

Daniel hanya tersenyum tipis, "Lo belum tau kan? Mereka kembar."

Kekehan Krystal terhenti, ia menatap Daniel bingung. "Hah?! Kembar? Maksud lo ... Raja mantan gue itu kembarannya Ratu mantan lo?"

Daniel mengangguk.

Anehnya, Krystal justru tertawa keras. Semua yang mendengarnya pasti tahu bila itu adalah tawa yang kaku. "Gue sama sekali gak tahu Raja punya kembaran." Bahunya melemas, tawanya hilang, tergantikan dengan menghela napas panjang.

"Raja pasti punya alasan tersendiri nyembunyiin identitasnya sama lo."

"Dia terlalu misterius, menyebalkan." Ia menoleh ke arah Daniel. "Jadi, lo sama Raja itu cuman sebatas hubungan antara lo dengan kembaran pacar?"

Daniel tersenyum masam, "Lebih dari itu."

"Eh, cerita dong." Krystal menatapnya berbinar.

"Apa hak lo buat tau?"

Senyum Krystal hilang, ia mendesis kemudian memukul lengan Daniel dengan kesal. Bibirnya mengerucut, lantas Krystal melipat tangannya di depan dada.

Daniel terkekeh pelan, "Gue sama Raja musuhan dari kecil. Cuman Ratu yang bisa buat kami pura-pura baikan. Raja ibaratkan perbandingan terbalik dari gue. Apa yang gue suka, Raja gak pernah suka. Apa yang Raja suka, gue gak akan suka. Banyak hal yang buat kami beda dari segala sisi."

Krystal mengangguk-angguk mengerti. Memang benar, sejauh dia mengenal Raja dan Daniel, keduanya berbanding terbalik. Dari Raja yang biasanya ngomong asal ceplos dan jujur banget, Daniel justru lebih suka nyimpen semuanya sendiri.

"Eh, ada kok yang sama." Daniel melirik sekilas, Krystal tertawa geli. "Sama-sama nyebelin."

Daniel memutar bola matanya, "Sebenarnya ada banyak kesamaan antara gue sama dia. Cuman yang lain gak pernah tau itu apa."

"Emangnya sama dalam hal apa?" Krystal bertanya penasaran.

Yang ditanya hanya tersenyum misterius, "Mungkin ini untuk yang pertama kalinya. Apa yang Raja suka, gue juga suka."

"Apa apa? Kalian suka apaan?" Krystal makin antusias dibuatnya.

"Rahasia."

Daniel meringis kecil mendapatkan bogeman dari Krystal di bahunya. Tenaga Krystal tuh emang gak tanggung-tanggung. Berbeda dengan Jessica yang memiliki cubitan maut, Krystal lebih menyeramkan lagi. Dia bisa langsung geplak orang kalau lagi kesal.

"Gue serius juga," ujarnya kesal.

"Belum saatnya lo tau."

"Belum saatnya lo tau, pala lo peyang! Dari dulu kalimatnya itu mulu, bosen gue." Krystal berdecak.

Daniel tak membalasnya. Dia justru melirik Krystal yang memasang wajah jutek dan raut wajah yang tengah kesal. Daniel jadi keinget sama mantan. Ratu sangat berbeda jauh dengan Krystal. Alih-alih memasang wajah jutek seperti itu, Ratu justru menampilkan wajah kesal yang imut. Ratu memang tipe cewek manja, berbeda dengan Raja yang lebih terkenal galak dan mulut pedas. Memikirkannya, Daniel jadi teringat pertemuan akhir mereka.

"Niel, nanti kalau Ratu pergi, Daniel jangan berantem mulu sama Raja ya!"

"Emang lo mau kemana?" Daniel menatap Ratu dengan mengerutkan keningnya.

Ratu mengalihkan pandangannya pada gemerlap cahaya kota. Ia duduk bersila di rooftop Venus High School, bibirnya melengkung tipis. "Belum saatnya Daniel tahu."

"Rat, lo gak akan pergi lagi, kan?"

"Ratu gak bisa janji. Tapi Ratu usahain. Dan kalau Ratu gak bisa tetep tinggal, Daniel harus tetap bahagia ya! Satu hal yang harus Daniel tahu. Meskipun orang yang kita suka telah pergi, meskipun orang yang kita suka sekalipun gak punya rasa yang sama, atau bahkan kita tidak pernah ditakdirkan untuk bersama padahal saling menyukai, kita harus tetap bisa merasakan apa itu kebahagiaan!" Gadis itu tersenyum lebar, matanya penuh binar. Daniel hanya menghela napas panjang, merasa sesuatu yang buruk akan terjadi pada hubungan mereka.

Dan kenyataannya, Ratu memang pergi. Tanpa pamit, tanpa mengatakan tujuannya. Dia pergi begitu saja, meski Daniel yakin Ratu berat untuk pergi. Dan hatinya semakin sakit saat menyadari bahwa Ratu adalah penulis surat clue pembunuhan itu. Daniel langsung tau, karena dia begitu mengenal Ratu. Mereka telah bersahabat dari kecil, Daniel tau betul bagaimana cara Ratu membuat suatu teka-teki.

Krystal yang masih setia terdiam di samping Daniel diam-diam melirik, dilihatnya Daniel yang juga ikut-ikutan hanyut dalam keheningan. Ia menghela napas panjang.

Lo masih suka Ratu?

Pertanyaan itu harus ia telan bulat-bulat. Kalau dipikir-pikir lagi, cukup malu juga jika Krystal menanyakan hal itu. Apalagi Daniel pasti akan menanggapinya dengan kalimat yang menyebalkan. Ah ya, Krystal teringat sesuatu. Selain menyebalkan, Daniel dan Raja ternyata memiliki satu kesamaan lain.

Gak pekaan.

Dan ingat satu hal ini, jangan pernah percaya pada siapapun. Mereka semua palsu.

Seketika Krystal terngiang ucapan Raja untuknya tempo lalu. Ia masih bingung mengartikan kalimat itu. Siapa yang tak harus ia percayai? Dan, apanya yang palsu?

Drrttt ... Drrttt ....

Drrttt ... Drrttt ....

Keduanya saling pandang saat merasa ponsel mereka bergetar. Krystal mengangkat panggilan dari Jessica, begitu juga dengan Daniel yang memang dihubungi oleh sahabatnya, Nathan.

"Halo, Ca."

"...."

"Apa?!"

Krystal dan Daniel melempar pandang, keduanya cukup bicara lewat tatapan mata. Raut khawatir jelas tercetak di sana. Sebelum akhirnya Krystal mengatakan apa yang barusan dikatakan Jessica.

"Revan gak ada di ruangannya."

Daniel menghela napas, "Zoya menghilang."

***

Jessica berulangkali mengecek ke kamar mandi. Mungkin saja Revan kepleset dan nyungsep di situ, tapi tetap nihil. Ia tak menemukan keberadaannya. Padahal Jessica hanya meninggalkan Revan sebentar untuk bicara pada dokter dan menanyakan kapan Revan bisa pulang. Namun saat ia kembali, tau-tau ranjang rumah sakitnya udah kosong. Ia langsung mencari kesana kemari tapi tidak menemukan apapun. Hingga Jessica tersadar, nyawa Revan bisa dalam bahaya karena kehadiran pria itu di ruang OSIS kemarin ternyata menggagalkan rencana pembunuhan Gerry.

Jessica langsung menghubungi Krystal, ia menyuruhnya untuk putar balik dan kembali ke rumah sakit. Begitu Jessica akan menghubungi Allena, dia dikejutkan kedatangan Arlan yang terlihat khawatir. Disusul Allena dan Nathan yang mengekor. Keduanya pun sama, nampak cemas. Allena langsung mengatakan bahwa Zoya menghilang. Dan itu cukup untuk membuat Jessica yakin akan suatu hal.

Bahwa pembunuhan selanjutnya akan dilakukan malam ini.

Sepuluh menit kemudian Krystal dan Daniel sampai. Mereka terlihat tengah menetralkan napas sehabis berlari. Untung saja Daniel belum melajukan mobilnya terlalu jauh.

"Gimana Revan bisa gak ada, Ca?" tanya Krystal, ia menghampiri sahabatnya.

Jessica menggeleng lemas. Gadis itu menundukkan kepalanya dalam, "Firasat gue gak enak, Ta. Revan baru aja sadar, dia belum sembuh total. Gimana kalau Rissa bakalan jalanin rencananya malam ini?"

"Lo tenang dulu, Ca. Gue yakin Revan akan baik-baik aja, begitu juga Zoya." Krystal menenangkan Jessica. Lantas saat pendangannya bertemu dengan Arlan, dia bertanya, "Kenapa Zoya bisa hilang?"

"Tadinya dia izin mau ke toilet. Tapi setelah satu jam gue nunggu, Zoya gak balik-balik. Gue langsung cek toilet di sini, Zoya gak ada dimana pun. Gue juga udah cari keliling rumah sakit, tapi nihil." Arlan terlihat sangat bersalah pada Zoya. Ia merasa tak becus menjaganya.

"Nath, lo periksa CCTV di rumah sakit ini. Lena, lo bareng sama Nathan." Daniel menginterupsi, dibalas anggukan Nathan dan Allena. Keduanya segera beranjak.

"Kita cari lagi di sekitar sini." Ia melirik jam tangannya. "Udah jam 6, kita harus cepat!"

Drrttt ... Drttt ....

Ponsel Krystal berdering. Gadis itu mendecak kesal, lantas membuka pesan sms yang dikirim oleh nomor tak dikenal.

"Tunggu!" Daniel, Arlan, dan Jessica menghentikan langkah mereka.

"Kenapa, Ta?"

"Ini ... pengirim pesan misterius itu ngirim sms lagi ke gue."

Daniel menerima ponsel yang disodorkan Krystal. Rahangnya mengeras membacanya. Terlebih lagi ketika ia mengingat ucapan Nathan tadi pagi di sekolah.

Semua itu atas perintah Bang Esa, hanya Bang Esa. Mr. Bagaskara gak tahu apa pun.

Krystal jelas melihat perubahan dari wajahnya. Daniel terlihat marah dan tatapannya sangat tajam. Krystal jadi merinding. Sedangkan Arlan mendesis melihat Daniel hanya diam, ia segera merampas ponsel Krystal. Membaca pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal. Jessica merapat padanya, penasaran dengan isi pesan itu.

Unknown
Rooftop.

***

To be continued ....

Maapkeun, baru bisa up malam ini :(

Dan terima kasih buat teman-teman yang selalu kasih semangat di balik layar. Love you, beb :3

Makasih juga buat pembaca setia MIS yang nyemangatin aku dan bikin aku lebih mood lagi buat ngetik. Kalian the best lah pokoknya!

Beberapa part lagi menuju ending😢 Gak tega mau namatin😭 Apalagi feel-nya belum kerasa banget antara Krystal sama Daniel, begitu juga pasangan yang lainnya.

Aku juga mau nanya, emang kalian setuju Daniel aku pasangin sama Krystal?

Atau lebih milih Krystal sama Raja?

Kasih tahu pilihan kalian di komentar yah!

Daniel - Krystal

Raja - Krystal

Daniel - Ratu

Arlan - Krystal

Author - Na Jaemin

Ku harap kalian kebanyakan milih opsi terakhir😂

Jangan lupa follow akun Wattpad-ku ya!

Wp: @Inassya_

Kalau mau follow back, DM aja :^

Follow instagram-ku juga

Ig: @inassyrfh_

Kalau MIS beneran tamat, kalian mau ada extra part atau gak usah?

Next, penginnya aku up kapan lagi?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top