Part 34
Publish on: Senin, 4 Mei 2020 [00.01]
MISSION IN SCHOOL
***
Krystal duduk termenung di dalam kelas. Untung kelasnya sepi, hanya ada Erga--si cowok pendiem berkacamata-- yang sedang tertidur dengan kepala menelungkup pada lipatan tangan.
Hembusan napas panjang terdengar. Krystal menatap kosong papan tulis putih di depannya. Mengapa semuanya jadi seperti ini? Hanya karena satu masalah dan mereka seolah saling menghindar? Tapi, Krystal tak tahu masalah apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Ia yakin, bukan hanya karena kemarin Arlan ribut dengan Daniel di depan rumah sakit. Masalahnya, jauh lebih serius. Mereka akan tetap seperti ini jika tidak saling percaya. Terlebih lagi, Daniel menyimpan banyak rahasia mengenai kasus pembunuhan ini. Dan Arlan tidak begitu baik dalam mengontrol emosinya. Apalagi ....
Krystal terlonjak, ia menyadari satu hal.
Apa semua masalah ini terjadi karenanya?
"Lo mau jadi pacar gue?"
Kalimat itu terngiang dalam benak Krystal. Arlan menyukainya, ia tahu itu. Dan dia juga tahu, bahwa selama ini Krystal sendiri tak pernah menanggapinya. Dan kemarin, seakan-akan kedekatan Krystal dan Daniel membuat Arlan salah paham. Lalu pria itu marah karena Daniel selalu berdua dengan Krystal diam-diam menyelidiki kasus ini tanpa sepengetahuan yang lain.
Jadi, semua ini karenanya?
Tapi, Arlan salah.
Krystal bahkan tidak tahu apapun dari Daniel mengenai kasus ini. Daniel tak pernah seterbuka itu menceritakan apa yang ia ketahui. Padahal Krystal sudah menceritakan semua yang dia tahu, tentang Raja, tentang dirinya yang sering mendapat pesan misterius. Lalu, kemana Daniel? Pria itu hanya diam, menanggung semuanya sendiri, seakan-akan hanya dirinyalah yang berhak mengetahui semua tentang pembunuhan ini, tanpa ada campur tangan lain.
Daniel egois.
Itu yang ada di pikiran Krystal. Ia tersenyum miris, tangannya bergerak terlipat di atas meja. Lantas Krystal menelungkupkan kepalanya, menyamai apa yang tadi dilakukaan Erga.
Beberapa saat kemudian, seseorang melangkah masuk. Langkahnya terhenti di samping kursi Krystal. Dari sepatunya, Krystal tahu dia adalah Daniel. Lalu kemudian sepasang sepatu putih itu melangkah pergi, Krystal memejamkan mata. Menit berikutnya, Jessica datang. Gadis itu akan menyapa Krystal namun urung melihat Krystal seolah tengah tertidur. Ia memilih duduk diam, enggan membangunkan.
Padahal Jessica tidak tahu, Krystal tengah terisak lirih.
Kenapa Daniel menyembunyikannya?
Kenapa Daniel seegois ini?
Kenapa Daniel sangat tidak mudah ditebak?
Apa Daniel terlibat sangat jauh dalam pembunuhan ini?
Tidak mungkin 'kan ... Daniel adalah salah satu pelakunya?
***
Sehabis pulang sekolah, mereka bertujuh kumpul di rumah sakit. Satu, untuk menjenguk Revan yang dikatakan sudah sadar namun masih belum boleh pulang dan kebanyakan gerak. Dua, karena paksaan Allena yang memerintah untuk mengadakan perundingan penting terkait kelanjutan kasus ini. Dia mengancam akan melaporkan pada polisi dan mengatakan semua hal tentang kasus ini jika mereka tidak datang.
Dan di sinilah semuanya berada, kantin rumah sakit yang sepi. Allena duduk dengan melipat tangan di depan dada, matanya menatap tajam satu per satu temannya. Semuanya menunduk, seolah sedang berpura-pura memiliki kesibukan lain dengan bermain ponsel, kecuali Jessica yang masih belum mengerti ada masalah apa.
Allena menggebrak meja, "Heh! Gue suruh kalian dateng bukan buat jadi patung yah!" Ia mendengus, "Simpen hape-nya atau gue banting?!"
Semuanya memilih opsi pertama. Jessica mencoba menenangkan Allena yang masih misuh-misuh sendiri dengan bergumam mengomel. Kalau sudah seperti ini, Allena merasa seperti seorang ibu yang hendak menghukum anak-anaknya.
"Jadi, ada yang mau ngomong duluan?" Allena berkata datar. " Gue mau kalian jujur sejujur-jujurnya tentang apa pun yang kalian tahu tentang kasus ini! Kalau gak, silakan keluar dan jangan harap bisa gabung lagi!" desisnya.
Jessica melotot, "Lo apa-apaan sih, Len?!" Ia mendesah lesu, "maksudnya apa coba?"
Jessica hanya khawatir, rahasia terbesarnya akan terbongkar hari ini. Ia masih belum siap. Mungkin, sampai kapan pun, Jessica tak akan pernah siap mengakuinya.
"Ca, mereka berdua tuh ya." Allena menunjuk Daniel dan Arlan tajam, "kemarin ribut di depan rumah sakit tau! Cuman gara-gara ada yang nyembunyiin banyak hal dari kita." Ia melirik Daniel yang hanya menatapnya datar.
"Jadi, gue mau hari ini kita selesaiin masalah sekarang juga! Kita harus saling percaya satu sama lain, bukannya egois dan memilih menyelidiki semuanya sendirian. Kita itu tim, harus kompak. Satu tahu informasi, yang lain harus dikasih tahu!" lanjut Allena menggebu-gebu.
Jessica menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, "Gue juga harus jujur nih, semuanya?" tanyanya polos.
"Enggak juga. Mungkin ada yang termasuk privasi. Tapi ini tentang kasus pembunuhan, lo harus kasih tahu semua yang lo tahu. Harus!"
Anggukan pasrah dilakukan Jessica. Biarlah dia akan menceritakan semua yang dia tahu. Karena pada nyatanya, Jessica juga salah. Dia menyembunyikan banyak rahasia tentang kasus ini dan tentang Ressa. Tak seharusnya Jessica tetap menyimpan semua kebenaran itu sendirian.
"Jadi, siapa yang mau mulai duluan?"
Semuanya diam. Allena menghela napas, sepertinya mengurus orang sakit jiwa akan lebih gampang daripada menyuruh enam orang di hadapannya buka mulut dan mengatakan semuanya dengan jujur.
"Oke, Krystal, lo duluan." Allena menunjuk Krystal.
Yang ditunjuk tentu saja tersentak kaget, ia sedang melamun tadi. Dan kini Krystal bingung mau ngomong apa.
"Gue mesti ngomong apa?"
"Apapun, yang lo duga berkaitan sama kasus ini. Semua hal yang lo sembunyiin dari kita."
Krystal meneguk ludah, ia berpikir beberapa saat. "Emm ... gue curiga sama seseorang."
"Siapa?"
Bahu Krystal melemas, "Mantan gue, Raja."
Allena dan yang lainnya menunggu Krystal menyelesaikan apa yang ia ucapkan.
"Raja udah pergi dari kota ini lama. Tapi tiba-tiba dia muncul. Dia seakan tahu siapa pelakunya, tapi Raja tetep diem waktu gue tanya. Di situ, gue curiga dia ada kaitannya sama kasus ini."
"Ada yang dia omongin gak sama lo? Sesuatu yang aneh gitu." Allena bertanya dengan tatapan menyelidik.
Krystal mengingat-ingat, "Ah ya! Dia aneh banget, waktu itu bilang ke gue kalau dia 100% tahu tentang pembunuhan ini. Dan dia juga bilang: Gue harap lo selalu hati-hati nantinya. Gue akan selalu lindungin lo. Dan ingat satu hal ini, jangan pernah percaya pada siapapun. Mereka semua palsu. Gitu."
Daniel mengerutkan keningnya mendengar penjelasan Krystal. Ia tak menyangka Raja tahu semuanya. Pantas saja pria itu repot-repot datang kemari. Dan apa katanya tadi, Raja akan melindungi Krystal? Entah kenapa Daniel ingin menonjok wajah menyebalkan Raja sekarang juga.
"Apa ... dia pembunuhnya?" tanya Zoya yang sejak tadi hanya diam.
Krystal menggeleng, "Gue yakin, Raja bukan pembunuhnya. Dia juga bilang sendiri kayak gitu. Tapi, gue masih ragu kalau dia ikut turun tangan dalam pembunuhan ini."
"Atau jangan-jangan Raja adalah si pengirim surat clue?" tanya Allena ragu.
Krystal melebarkan mata, benar juga. Kenapa ia tak terpikirkan ini sebelumnya? Lantas Krystal menoleh pada Arlan, "Lan, lo inget muka orang yang lo tabrak waktu itu? Pas Allena dapet surat clue di UKS."
Arlan mengangguk dua kali, "Gue inget."
Tanpa babibu lagi, Krystal mengeluarkan ponselnya, mencari foto Raja yang masih ia simpan. Meskipun berstatus sebagai mantan, tak ada larangan menyimpan fotonya, kan?
"Nih, coba lo liat baik-baik. Apa dia orangnya?" Krystal menunjukkannya pada Arlan.
Raut wajah serius terpampang, Arlan mengerutkan keningnya sejenak, lantas ia menggeleng, "Bukan. Bukan dia orangnya."
"Yakin? Coba liat lebih cermat lagi."
"Gue yakin, dia bukan orangnya. Pria yang gue tabrak waktu itu gak punya luka melintang di dahi. Dia ... agak lebih tua dari foto ini. Dan juga ... keliatan beda banget. Yang gue temui, mukanya tengil sok misterius, beda sama yang ini."
Krystal mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati ia bersyukur Raja tidak terlibat dengan kasus pembunuhan ini.
Atau ... dia yang belum menyadarinya.
"Jadi, masih ada yang lo sembunyiin dari kita, Ta?"
Krystal mengerutkan keningnya, berpikir, "Oh ya, gue punya dugaan lain siapa pembunuhnya. Ya, meskipun bukan dugaan gue doang." Ia melirik Daniel malas, "Gue sama Daniel punya dugaan kuat siapa pembunuhnya."
Allena dan yang lainnya menatapnya penasaran, "Siapa?"
"Clarissa Karmila, kembaran Ressa."
***
To be continued ....
Maapkeun aku telat up date :(
Otak blank, tiba-tiba gak ada mood nulis. Jadi, baru bisa buka Wattpad hari ini.
Tau gak? Aku langsung pengin up date setelah dengar komen-komen kalian😭
Terharu aku tuh😢
Makasih banyak buat semangatnya! I love you all😍
Next, pembacaku yang tersayang, mau aku up date kapan?
Kali ini aku usahakan yang terbaik untuk kalian!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top