Part 33

Publish on: Kamis, 30 April 2020 [23.18]



MISSION IN SCHOOL

***

Jessica terus mengumpat pelan karena sedari tadi Krystal merecokinya. Ia jadi kesal sendiri, harusnya kemarin malam Jessica jangan curhat dulu. Yang ada kupingnya panas mendengar pertanyaan-pertanyaan Krystal. Apalagi panasnya merambat sampai ke pipi, membuat Krystal menggodanya sampai ia salah tingkah sendiri. Kan kampret.

"Ciee ... Revan nih yee!" bisik Krystal menatap Jessica dengan senyum meledek. Jessica melotot, menoyor kepala sahabatnya dan menegur untuk memperhatikan pelajaran Bu Giselle di depan.

"Ciee ... Caca bisa salting juga nih." Bukannya nurut, Krystal malah semakin menjadi. Jessica memutar mata, menghela napas kasar dan mengerucutkan bibirnya. Ia kesal, sayangnya rona merah di pipinya membuat wajah Jessica terlihat lucu. Krystal hampir saja tertawa ngakak jika saja Bu Giselle tidak ada di depan sana.

"Eh, ngomong-ngomong lo sama Daniel kenapa? Tumben banget tuh cowok gak sama lo dari pagi."

"Ehem, ngalihin pembicaraannya pinter banget nih ya."

Jessica mendelik, "Gue serius, Markonah!"

Kini giliran Krystal yang mengalihkan tatapannya ke depan, bibirnya mengerucut, wajahnya keruh, "Gak tahu gue."

Kening Jessica mengkerut, "Heh?"

"Bodo ah sama dia."

"Lo lagi ada masalah sama Daniel?"

Krystal menarik napas panjang, "Gue tuh sebel banget tahu sama yang namanya Daniel. Dan gue lagi gak mau bahas tuh orang, enek tahu gak ngomongnya! Yang jelas, gue lagi marahan sama Daniel!"

Jessica meringis, menepuk-nepuk pundak Krystal agar gadis itu tenang. Jangan sampai Krystal mencak-mencak sendiri di sini. Diam-diam Jessica melirik ke arah Daniel. Yang ada, matanya malah meleset ke bangku kosong di samping pria itu. Buru-buru Jessica menggelengkan kepalanya saat wajah Revan muncul. Ia melihat Daniel, yang ternyata juga lagi lirik-lirik Krystal. Jessica mendecak, ia bingung dengan hubungan dua orang ini.

"Tuh, lo diliatin Daniel."

"Halah, boong!"

"Ck, gue gak nyuruh lo percaya. Cuman ngasih tahu doang," ujar Jessica ketus.

Mendengarnya, Krystal jadi penasaran. Baru saja mau ngelirik, dia udah balik natap depan lagi.

Tahan, Krystal ... tahan! Lo gak boleh lirik, oke? Keep calm, Krystal ....

Gadis itu mengambil napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Jessica menatapnya heran. Lantas Krystal menegakkan dagu, berpura-pura memperhatikan penjelasan Bu Giselle dengan saksama. Padahal, nyatanya Krystal lagi berusaha tetap tenang dan jaga mata.

Emang yah, gengsi segede itu.

***

Bel istirahat berbunyi. Jessica yang baru saja merebahkan kepalanya di atas meja langsung tersentak ketika lengannya ditarik Krystal. Ia hanya bisa pasrah sambil sesekali mengumpat lirih.

"Ca, Daniel ngikutin gak?" tanya Krystal penasaran, dia masih menatap ke depan. Mencoba sebisa mungkin tidak mengalihkan pandangannya ke belakang.

Jessica menoleh sedikit, "Mungkin," jawabnya ragu.

"Aish! Emang gue secakep apa sih, Ca? Sampai banyak banget yang ngejar-ngejar gue? Lo inget gak, waktu SD gue pernah ditembak sama kakak kelas tiap hari?" Jessica memutar mata mendengar celotehan Krystal.

"Pede banget. Siapa tahu emang Daniel beneran mau ke kantin."

Krystal mengerang, "Ah udahlah, bodo amat sama Kudaniel! Gue laper!"

Krystal mempercepat langkahnya memasuki kantin. Untung saja suasana tidak seramai biasanya. Pandangan Krystal menangkap sosok Allena yang melambaikan tangan padanya.

Tuh cewek rempong emang serasa berada di kandangnya sendiri. Padahal ini kantin IPA, sedangkan kantin IPS ada di gedung sebelah.

Di samping Allena ada Arlan, juga Zoya yang nampak tengah menuangkan sesendok sambal di baksonya. Melihat asap mengepul dari pesanan bakso tersebut membuat perut Jessica keroncongan. Ia lantas bergegas menghampiri mereka, meninggalkan Krystal yang mendengus melihatnya.

Emang yah, Jessica kalau ketemu bakso tuh sampai lupa segalanya. Katanya sih, 'Bakso is my life'. Itu dulu kata-kata Jessica sejak masih SD yang sampai sekarang belum berubah.

"Gak ke sana?"

Hampir saja Krystal mengumpat keras mendengar pertanyaan Daniel yang entah sejak kapan pria itu sudah berada di sampingnya. Daniel tuh ibaratkan spesies jailangkung yang muncul tiba-tiba kayak tadi, bikin Krystal makin kesal aja.

"Apaan sih!" Krystal mendelik sinis, ia berlalu meninggalkan Daniel dengan tampang bete. Sementara Daniel mengerutkan keningnya.

Baru saja Daniel akan menyusul, tatapannya bertemu dengan Arlan yang juga menatapnya tak suka. Allena yang melihat kedua pria itu hanya mampu menggigit bibir tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Ia menyenggol lengan Jessica, tapi Jessica justru asik dengan dunia baksonya. Mau nyenggol Zoya tapi gadis itu berada jauh dari posisinya.

"Gue cabut," ujar Arlan datar. Ia bangkit dari duduknya.

"Eh eh, kemana?" Allena baru saja akan menahannya tapi Arlan hanya menghembuskan napas kasar.

Pria itu melirik Zoya, "Zoy, lo ikut gue."

"Hah?" Zoya menatap Arlan dengan memelas, "Tapi baksonya belom abis, 'kan sayang."

Arlan berdecak, "Udah ikut aja. Baksonya bawa kalau perlu. Gue gak mood di sini." Lantas ia pergi.

Zoya hanya bisa mengangguk pasrah. Ia mengambil mangkuk baksonya, menatap dengan raut bersalah pada Allena karena tak bisa menahan Arlan. Allena hanya mengangguk singkat lalu menyuruh Zoya untuk segera menyusul Arlan.

Nathan tiba-tiba datang. Baru saja ia akan duduk di kursi dan menyomot bakso pesanan Allena, Daniel malah nongol.

"Nath, lo ikut gue. Ada yang mau diomongin." Dan dia berlalu begitu saja. Nathan mengerang kesal. Tapi melihat sikap Daniel yang seakan tidak bisa dibantah, membuatnya dengan berat hati mengikuti kemana pria itu pergi.

Dan kini hanya tersisa Allena, Jessica, dan Krystal. Krystal menghembuskan napas panjang. Kenapa semuanya jadi seperti ini sih? Kemarin mereka masih baik-baik saja, tapi kenapa sekarang seakan renggang? Kalau begitu, Krystal kan jadi kesal sendiri.

"Gue pergi."

"Hah? Kemana?"

Krystal berlalu tanpa menjawab pertanyaan Jessica. Hal itu membuat Jessica mengerutkan keningnya.

"Kayak ada yang aneh deh. Lo ngerasa mereka jauh-jauhan gitu gak sih, Len?" Jessica mengalihkan tatapannya pada Allena dengan tampang polos.

Allena mendengus, "Baru nyadar lo?" Ia melengos, "Kalau gini terus, kasusnya gak akan pernah terselesaikan! Gue harus bikin mereka buka mulut dan gak kucing-kucingan lagi kayak gini!"

Jessica menatap Allena tak mengerti, "Lo ngomong apaan sih, Len? Gue gak ngerti."

"Bodo ah, Ca! Bodo amat! Mending lo pesen bakso lagi aja sana!"

***

"Kenapa?" Nathan menatap Daniel dengan kening mengkerut. Tidak biasanya Daniel berbincang serius berdua dengannya. Ya, dulu sih emang sering. Tapi semenjak ada Krystal, Daniel lebih suka membicarakan semuanya bersama gadis itu.

"Lo udah dapat informasi tentang siapa pengirim pesan misterius yang Krystal terima?" tanya Daniel to the point. Ia tak suka basa-basi.

Tubuh Nathan menegang, ia ragu mengatakannya. Apalagi Nathan tahu betul Daniel sedang kesal sekarang. Mungkin kesal karena kejadian kemarin di depan rumah sakit, juga kesal karena sikap Krystal hari ini.

"Nath?"

"Eh, anu ...." Nathan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Dia pengin bohong sebenernya, tapi Nathan bukan seorang pembohong hebat.

Nathan itu hanya anak jujur nan manis yang terperangkap harus menuntaskan misi pembunuhan berantai ini, pikirnya tentang dirinya sendiri.

"Apa ... Ratu yang ngirim pesan itu?" tanya Daniel lirih. Ia harap Nathan tidak membenarkannya.

"Bukan, bukan Ratu."

Diam-diam Daniel merasa lega, tapi ia teringat sesuatu. "Atau Raja?"

Nathan menatap Daniel tak mengerti, "Kenapa tiba-tiba jadi Raja?"

"Lupain. Anggap gue tadi gak tanya itu." Daniel mengalihkan tatapannya. Dari ekspresi Nathan, ia yakin Raja bukan si pengirim pesan misterius. Namun, Daniel masih tak mengerti bagaimana Raja ada di sini? Ya, dia tahu Raja adalah mantan Krystal. Tapi, tidak mungkin Raja datang kembali setelah sekian lama menghilang tanpa jejak hanya untuk bertemu sang mantan.

"Jadi, siapa pengirimnya?"

"Emm ... tapi lo jangan emosi nanti." Nathan memperingatkan. Daniel mengerutkan keningnya, tapi ia mengangguk.

"Tapi gue takut kalau kasih tahu lo, Niel."

"Takut kenapa?"

"Ntar gue dibogem lagi sama lo."

Daniel menoyor kepala Nathan, "Kampret!"

Nathan cengengesan gak jelas. Lalu dia berdehem dan mengeluarkan ponselnya. Jarinya mengotak atik gawai ber-case biru itu hingga akhirnya menampilkan informasi akurat tentang siapa pemilik nomor telepon yang pernah mengirim pesan misterius kepada Krystal. Nathan menunjukkannya pada Daniel.

"Selain ngirim pesan misterius, dia juga sering kirim orang buat ngikutin kemana pun lo pergi, Niel. Jadi selama ini, lo selalu diawasi," ujar Nathan. Ia mendapati rahang Daniel mengeras mendengarnya. Tatapan pria itu menajam. Buru-buru Nathan mengambil ponselnya sebelum Daniel melampiaskan amarah pada ponsel kesayangannya itu.

"Yang ngirim pesan itu ... Mr. Bagaskara?" Daniel tertawa sarkas, "Dia emang gak pernah mau lepasin gue."

Nathan menggelengkan kepalanya cepat, "Lo salah paham, Niel. Mobil yang ngikutin lo emang atas nama Mr. Bagaskara, begitu juga nomor telepon yang ngirimin pesan ke Krystal. Tapi ...." Ia menjeda ucapannya, "Semua itu atas perintah Bang Esa, hanya Bang Esa. Mr. Bagaskara gak tahu apa pun."

Tanpa sadar, Daniel mengepalkan tangannya.

***

To be continued ....

Heheh, ada yang mikirin kehidupan Daniel sampai muter-muter gak jelas? :v

Hari ini aku udah up date, selanjutnya mau kapan?

Jangan lupa follow akun instagram dan wattpadku :3

Ig: @inassyrfh_
Wp: @Inassya_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top