Part 32
Publish on: Rabu, 29 April 2020 [23.08]
MISSION IN SCHOOL
***
Krystal menghempaskan dirinya kasar di kamarnya. Bibirnya mengerucut kesal. Daniel tuh emang gak peka dan seenaknya sendiri. Gak tahu apa kalau mereka semua tuh harus saling percaya supaya misi ini cepat selesai?
"Nyebelin banget!" Krystal meremas gulingnya brutal. Membayangkan wajah datar Daniel yang membuatnya gregetan sendiri. Gemes sih, pengin nyakar.
Krystal menghela napas kasar, ia bangkit dari duduknya, hendak keluar kamar. Namun, lengannya menyenggol sebuah buku di atas meja sampai buku itu terjatuh. Dahi Krsytal mengerut menatap sampul hitam di bawahnya. Matanya membulat lebar.
"Diary Ressa!"
Bagaimana Krystal bisa lupa poin penting dari misi ini? Jelas sekali Ressa adalah satu-satunya kunci yang menghubungkan kasus satu dengan yang lainnya. Langsung saja ia mengambil diary hitam milik Ressa tersebut. Krystal beranjak duduk di kursi belajar, tangannya terulur membuka lembar pertama.
Dear diary,
Aku menyukai buku ini, sangat menyukainya. Apalagi yang memberikan buku ini adalah dia. Terima kasih.
Krystal membuka mulutnya, agak terkejut dengan tulisan tangan yang cukup rapi tersebut. Itu artinya ... Ressa dulu menyukai Nicko? Jadi, perasaan Nicko terbalas? Diam-diam Krystal mengambil napas lega, untung saja buku ini tidak jatuh di tangan Arlan. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Ketua OSIS itu jika membaca ini.
Dear diary,
Beberapa bulan lalu, aku bertemu dengannya di perpustakaan. Tubuhnya yang tegap, wajahnya yang tampan, dan betapa sopannya dia terhadap Bu Amy membuatku jatuh hati. Aku sadar betul, aku mulai menyukai seniorku itu, Nicko Aditama.
Hari-hari berlalu, waktu itu MOS hari terakhir. Aku kembali bertemu dengan Nicko. Saat itu dia tersenyum manis padaku, dan untuk pertama kalinya aku merasa pipiku memanas karena seorang pria. Ya ampun, saat itu aku benar-benar diterbangkan. Percayalah, setelah MOS berakhir, aku langsung curhat panjang lebar tentang Nicko ke sahabatku, Revan.
Tapi ketika aku resmi menjadi siswa GHS, semuanya berubah. Nicko pernah bilang padaku dengan nada memerintah, dia tidak ingin aku memanggilnya dengan embel-embel 'Kak. Dan yang membuatku sangat terkejut adalah sikap Nicko yang sebenarnya padaku. Dia ... sedikit kasar.
Aku tahu penampilanku sangat sederhana, seragamku kebesaran, rambutku dikepang dua, aku sering berjalan menunduk, temanku adalah buku, dan aku tidak terlalu pandai bergaul. Mereka bilang, aku cupu, aku nerd, dan aku kutu buku, anti sosial. Mungkin karena alasan itu, Nicko sering menggangguku.
Ya, bodohnya aku senang berada di dekatnya. Meskipun pada kenyataannya, batinku sakit. Nicko selalu berkata pedas padaku, tapi dia masih wajar. Dia tak pernah menyakiti fisikku. Paling mentok adalah saat aku dipermalukan di depan teman-temannya. Itu kenangan terburuk yang pernah Nicko berikan. Dia pun sering memperlakukanku selayaknya pembantu.
Anehnya, Nicko selalu melindungi saat ada orang lain yang menggangguku. Sampai saat itu, Nicko pernah berantem di depan umum hanya karena aku diganggu Rendi. Dia juga gak sengaja mukul aku waktu aku berusaha ngelerai. Esoknya, Nicko minta maaf ke aku dan kasih diary ini, aku seneng banget.
Padahal hari itu seperti hari perpisahanku dengan Nicko. Karena entah alasan apa, Nicko menjauhiku. Meski kadang aku sempat sadar kalau dia sering liatin aku di perpustakaan. Tapi aku tahu betul, Nicko memang menghindar. Hingga kini pun, aku gak tahu apa alasannya.
Sampai akhirnya aku mutusin buat curhat ke diary ini. Pokoknya aku bakalan curhat semua tentang Nicko, hanya tentangnya. Karena buku ini satu-satunya kenangan darinya.
Andai saja Nicko tahu bahwa aku menyukainya. Kira-kira ... apa reaksinya ya? Heheh, mungkin dia bakalan melotot sambil natap aku garang. Lalu dengan pedas Nicko bakal bilang kalo aku sama dia ibaratkan langit dan bumi, ibaratkan air dan minyak, juga ibaratkan Pluto dan Matahari. Kami gak akan bisa bersama.
Tapi tetap saja, aku lancang menyukaimu, Nick.
Krystal membalik lembar selanjutnya, berikutnya lagi, sampai akhirnya benar-benar tiba di halaman terakhir ia hanya mendapati curhatan Ressa tentang Nicko.
"Kasian banget si Arlan," gumam Krystal miris. Semoga saja Arlan bisa menemukan gadis yang benar-benar tulus menyukainya. Arlan tuh sebenernya baik, dia juga tegas dan bertanggung jawab, hanya saja Arlan tidak terlalu pandai mengontrol emosi dan sering memiliki prasangka buruk.
"Tal."
"Astaga!" Krystal terlonjak kaget, hampir aja kejungkal. Bukunya sampai terjatuh, "Ih, Daniel!" Dia menggeplak lengan Daniel. Emang jailangkung tuh anak, tiba-tiba aja nongol di kamarnya.
"Apaan ini?" Daniel memungut diary Ressa yang terjatuh.
"Buku diary-nya Ressa."
Daniel mengerutkan kening, "Lo udah baca semuanya?"
"Belum. Tapi gue udah yakin sama semua isinya."
"Lo nemu sesuatu?" Daniel bertanya, ia duduk di atas kasur Krystal.
Krystal duduk membelakangi kursi, "Enggak ada. Semua curhatannya tentang Kak Nicko. Ressa sama sekali gak nulis tentang Kak Chika, atau yang lainnya."
"Gak heran sih gue."
Krystal mengangguk. Menyadari sesuatu, ia menatap Daniel dengan menyipit, "Ngapain lo ke sini?"
Daniel menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, "Gak tahu."
Krystal berdiri, ia menyeret paksa lengan Daniel dan membawanya keluar dari kamarnya, "Sana lo pergi! Jauh-jauh dari gue! Minimal dalam radius 3 meter! Gue lagi marahan sama lo ya, kalo lo lupa!"
Blam!
Krystal menutup pintunya kasar. Ia memutar mata lantas menghembuskan napas kesal. Gini nih kalau dekat-dekat Daniel tuh bawaannya sensi mulu, ditambah jantungnya kayak kena penyakit dadakan. Kan sebel.
Drrtt ... drrttt ....
Krystal meraih ponselnya yang bergetar di atas nakas. Ia melihat username 'Jessica' tertulis di layarnya. Tanpa menunggu apapun lagi, gadis itu mengangkat panggilan tersebut.
"Ha--"
"Tataaaaa!!!" Krystal menjauhkan ponselnya, kupingnya berdengung mendengar rengekan dari Jessica.
"Apaan sih?"
"Huaaaaa! Gue bingung."
Krystal melangkah lalu berbaring di atas kasur, "Kenapa-kenapa? Cerita sini, Krystal yang baik siap dengerin."
"Tapi lo jangan kaget ya!"
"Emm ... tergantung."
"Ish! Janji dulu lo gak akan kaget!"
Krystal memutar mata, "Iya iya."
"Jangan ketawa juga!"
"Lah, mulut kan punya gue! Napa lo yang ngatur?"
"Please deh, Ta. Gue lagi pengin curhat, bukan adu absen penghuni ragunan sama lo. Jadi, nurut aja napa sih!"
Krystal berdecak, "Oke. Kenapa emangnya?"
"Jangan ketawa!"
"Gue belum ketawa anjir!"
"Awas lo! Gue cerita nih."
"Apa?"
"Anu ...." Jessica menjeda kalimatnya sejenak, "Itu ... gue aneh ... emmm ...."
"Apa sih, Ca?"
"Kayaknya, ini baru kayaknya aja ya. Gue kayaknya itu deh ...."
Krystal meremas gulingnya gemas, "Apa sih?! Jangan bikin penyakit kepo gue kumat deh!"
"Kayaknya gue suka ...." Jessica diam sebentar, terdengar helaan napas di seberang sana, "Kayaknya gue suka sama Revan."
Mata Krystal membulat sempurna, "HAH?!"
***
To be continued ....
Follow akun instagram-ku yuk!
Ig : @inassyrfh_
[Kalau banyak yang follow, besok aku up date lagi :3]
Inget ya, follow ig-ku heheh :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top