Part 3 (Revision)

Publish on : Sabtu, 27 Juli 2019

MISSION IN SCHOOL

°°°

"Lo gak apa-apa?" tanya Krystal setelah mereka hanya diam. Nicky tiba-tiba beranjak meninggalkan mereka. Krystal hendak menyusulnya tapi urung ketika melihat Daniel pergi ke arah yang berlawanan.

Daniel hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Jadi, apa artinya?" lanjut Krystal bertanya pada Daniel yang terlihat sedang berpikir keras dengan sebuah kertas di tangannya. Kertas berisikan clue yang mereka dapat tadi.

"Kita pasti terpedaya sama surat ini."

"Heh?" Krystal memandang Daniel bingung.

"Gimana kalau surat ini cuman iseng?"

Krystal terdiam. Ya, awalnya ia juga tidak percaya bahwa surat itu dikirim oleh si pembunuh. Tapi, tidak ada salahnya jika ia menganggap bahwa surat ini asli berisikan clue mengenai tragedi tadi pagi, kan?

"Gimana kalo surat itu asli dari si pembunuh?" tanya Krystal balik.

Tanpa sadar, Daniel tersenyum miring. Pria itu tak menyangka Krystal akan repot-repot memikirkan tentang surat yang bahkan bisa saja memang dikirim oleh orang iseng. Ia sedikit kagum pada gadis di hadapannya.

"Bukannya kasus tadi pagi udah pasti dianggap bunuh diri dan langsung ditutup?"

Krystal melebarkan matanya, "Lo tahu itu?"

Daniel mengedikkan bahunya. "Pak Sam yang kasih tahu."

"Serius lo?! Wah, parah, nih. Gimana, sih?! Masa main tutup kasus aja, kasus ini belum tuntas. Kenapa mereka—"

"Sekolah yang memutuskan untuk menutup kasusnya. Mungkin buat menjaga nama baik dan akreditas. Kalau itu yang diinginkan sekolah, polisi udah gak punya wewenang buat selidikin kasus ini lagi," ujar Daniel panjang memotong kalimat Krystal.

"Gimana lo bisa tahu sebanyak itu?" tanya Krystal memandang Daniel dengan tatapan curiga.

"Cuman denger dari Pak Sam."

Krystal membulatkan mulutnya. Hening melanda di antara mereka berdua.

"Menurut lo, arti kalimat 'Anak paling pintar bukan berarti anak baik' itu apa?" tanya Krystal tanpa menatap Daniel yang duduk di sebelahnya. Saat ini mereka berdua berada di taman belakang sekolah, memandang ke arah kolam ikan yang dikelilingi tumbuhan berbunga.

Daniel sempat melirik Krystal sekilas lalu kembali menatap datar ke depan. "Entah. Mungkin, si korban memang anak pintar. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa korban juga anak yang tidak baik," jawabnya asal.

"Maksudnya, Kak Nicko itu anak berandalan? Tapi, gue denger dia itu cowok yang ramah, baik, dan bertanggung jawab. Gak mungkin kalo dia punya kepribadian buruk," sanggah Krystal.

"Itu mungkin kepribadiannya sekarang. Lo gak tau, bisa aja dia berbeda saat di masa lalu."

Krystal menatap Daniel dari arah samping. Tidak dapat dipungkiri memang, Daniel adalah tipe cowok idaman. Dengan matanya yang tajam, hidung yang mancung, wajah lonjong, kulit putih bersih, rambut pirang acak acakkan, tindik di telinga, dan bibirnya yang merah alami. Nyaris sempurna. Pantas saja banyak adik kelas yang hampir meneteskan liur melihat Daniel berjalan di depan mereka.

"Puas liatin gue?"

Krystal mengerjab saat mata tajam itu beralih menatap balik. Sadar akan situasi, ia memalingkan wajah dan merutuki dirinya yang masih sempat memuji ketampanan seorang Daniel Zeandra.

"Ngomongin soal masa lalu, gue jadi keinget sama kejadian yang sama persis dengan apa yang dialami Kak Nicko," ujar Krystal berusaha mengalihkan topik pembahasan.

"Apa?" tanya Daniel yang sudah menatap lagi ke depan, masih setia dengan tatapan datarnya.

"Dulu waktu gue kelas sepuluh, ada siswi namanya Ressa. Dia meninggal karena bunuh diri dengan melompat dari atap sekolah. Dan memang kejadian ini real bunuh diri, buktinya ada banyak saksi yang ngelihat Ressa lompat waktu pulang sekolah," ujar Krystal bercerita. "Dan lo tau? Ressa itu sahabatnya Revan, temen sebangku lo yang songong itu," tambahnya seraya mengingat-ingat bagaimana reaksi Revan kala itu.

"Revan waktu itu ngamuk sampai ngurung diri di rumah hampir sebulan. Dan gue kira dia udah keluar dari sekolah, ternyata dia balik lagi. Untungnya, Revan gak berubah jadi cowok dingin kayak di novel-novel akibat tragedi Ressa. Dia malah jadi lebih songong dari dulu, dan gue rasa cuman itu yang bisa dia lakukan untuk menutupi luka lamanya."

"Gak heran gue liat matanya banyak kesedihan tapi kelakuannya kayak gak pernah punya masalah hidup." Krystal menoleh saat Daniel mengatakan hal itu sambil tersenyum tipis.

Ia mengangguk, "Dia hebat."

***

Krystal
Lo dimana?

Jessica
Masih di UKS

Krystal
Buru ambil tas lo. Gue mau ngomong hal penting.

Jessica
Ada apaan sih? Gue ketularan penyakit kepo punya lo, nih.

Krystal
Gak enak kalau gue ceritain di sini. Kita ketemuan di Cubic Cafe, kebetulan ntar ditraktir Revan.

Jessica
Otw

Krystal menutup ponselnya lalu memasukkannya ke dalam tas. Ia sudah memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Jessica. Mungkin bercerita pada sahabatnya itu bisa membuat pikirannya agak tenang. Kini, Krystal tengah menunggu taksi untuk segera ke Cubic Cafe. Ia harap Revan tidak lupa akan mentraktirnya.

Setelah mendapatkan taksi, Krystal langsung masuk dan menyebutkan tujuannya. Lalu ia bersandar dan menutup matanya sejenak. Kenapa kasus ini terlihat begitu menarik perhatiannya? Krystal memang tidak yakin bahwa ia bisa menyelesaikan permainan yang dikatakan si pengirim surat. Ia juga tak paham akan kata kalian dalam surat tersebut. Mendapatkan reaksi dari Daniel saat di taman sekolah tadi tidak membantunya dalam menyelesaikan masalah.

Daniel justru terlihat santai dan tidak pusing memikirkan clue dalam surat tersebut. Yang Krystal takuti sekarang adalah adanya korban yang akan berjatuhan lagi.

Mobil yang dinaiki Krystal berhenti di sebuah kafe dengan nuansa bergambar kubik. Cubic Cafe adalah salah satu langganan para remaja karena dekorasi di dalamnya sangat sesuai dengan selera remaja masa kini. Kafe ini adalah milik Rakana Aditya, ayah dari Revan. Tidak heran jika Revan mentraktir Krystal dan Jessica di kafe milik ayahnya sendiri.

Ting!

Bunyi lonceng di pintu kafe menandakan bahwa Krystal sudah memasuki kafe ini. Ia mengedarkan pandangannya dan menyadari bahwa saat ini kafe tidak terlalu ramai. Biasanya akan sangat ramai saat malam hari. Krystal melangkah dan duduk di salah satu bangku panjang dekat jendela kaca. Ia bisa melihat pemandangan jalan raya yang terlihat macet dari jendela tersebut.

Sesekali Krystal melirik ponselnya. Menghitung berapa lama ia akan menunggu. Karena jujur, Krystal sangat kesal jika ia harus menunggu lama. Sampai beberapa menit kemudian ia melihat Jessica berjalan cepat memasuki kafe lalu mengedarkan pandangannya.

Krystal melambaikan tangannya pada Jessica. Melihat itu, Jessica langsung menghampiri Krystal dan duduk di depannya.

"Lama banget lo. Sampe lumutan nih gue," kesal Krystal pada Jessica yang menampilkan cengirannya.

"Sorry deh. Tadi ada masalah di sekolah. Dan lo tau sendiri kan, Jakarta macetnya itu kayak gimana?" kekeh Jessica.

"Ya udah deh. Ini si Revan mana sih? Jangan bilang dia lupa mau traktir kita di kafenya," desis Krystal mencari-cari sosok Revan.

"Tadi gue ketemu Revan di kelas. Katanya dia ada urusan jadi kita tinggal bilang aja sama pelayannya kalo kita temennya dia," ujar Jessica. Ia mengangkat tangannya lalu memanggil salah satu pelayan.

"Pesan apa, Mbak?" tanya pelayan itu ramah.

"Saya pesan menu favorit di kafe ini. Lo pesen apa, Ta?" Jessica menoleh pada Krystal.

"Samain aja," jawab Krystal singkat.

"Oke. Menu favorit kafe ini dua ya, Mbak. Kita temennya Revanza."

"Baiklah. Silakan ditunggu." Pelayan tersebut melenggang pergi.

"Jadi, hal penting apa yang mau lo omongin ke gue?" tanya Jessica penasaran pada Krystal.

Krystal menghembuskan nafasnya pelan lalu mengeluarkan secarik kertas berisikan clue dari dalam tasnya, "Ada yang ngirim pesan berisi clue ke gue."

Jessica terdiam, wajahnya menunjukkan raut keterkejutan. Tak menyangka ternyata bukan hanya Arlan yang mendapat clue tersebut. Krystal juga mendapatkannya.

"Lo dapat juga? Kapan?" desak Jessica bertanya.

Krystal mengerutkan keningnya saat ada yang janggal dari kalimat pertanyaan Jessica, "Jangan bilang lo juga dapat surat ginian," tebaknya memicingkan mata ke arah Jessica.

"Sayangnya itu bener. Sebenarnya bukan gue yang dapat suratnya, tapi Arlan. Gue cuman gak sengaja baca sama Allena, dikirain itu surat cinta ternyata isinya clue," ujar Jessica menjelaskan.

"Gue rasa kedua surat itu berhubungan deh. Coba, gue mau baca isi suratnya."

"Tapi suratnya ada di tangan Arlan. Lagian gue juga gak mau terlibat hal ginian. Ya ... meskipun gue juga penasaran sama maksud dari surat itu."

"Lo punya nomernya Arlan, kan?" Jessica menggeleng, sedangkan Krystal mendengus.

"Ya udah. Lo punya nomernya Allena kan? Pasti punya lah, gue juga punya sih. Sekarang lo chat ke dia buat dateng ke sini bareng sama Arlan, kita akan cari tau maksud dari surat ini. Karena gue punya firasat, ini bukan sekedar surat iseng," ujar Krystal. Jessica mengangguk kemudian mengeluarkan ponselnya.

Sementara Krystal tengah memikirkan kata kata yang tertera pada surat di tangannya.

Mungkin kejutan kedua akan datang suatu hari nanti.

Tapi kenapa Arlan juga menerima surat yang sama-sama berisikan clue? Apa mungkin arti dari kata 'kita dalam surat adalah dirinya, Arlan, Allena, dan Jessica? Ah ya ... jangan lupakan juga sosok Daniel yang ikut membaca isi suratnya. Mengingat tentang Daniel, apa Krystal harus menghubungi pria itu juga? Tapi Krystal tidak tau nomor ponsel dari Daniel.

Jemari Krystal mulai menekan layar ponselnya. Ia akan mencari di grup kelasnya, mungkin saja Daniel sudah dimasukkan sebagai anggota grup. Bibirnya melengkung tipis saat ia mendapatkan nomor pria itu sudah menjadi anggota grup XI IPA 2. Segera ia menyimpan nomer Daniel dan mengiriminya pesan.

Krystal
Dateng ke Cubic Cafe sekarang.
Ini soal surat itu.

Sepuluh menit berlalu. Namun Krystal tidak mendapatkan balasan, di read juga tidak. Mungkin pria itu sedang sibuk dan tidak ingin diganggu.

Ting!

Krystal dan Jessica sama-sama menoleh ke arah pintu kafe. Ternyata itu Arlan dan Allena. Nampak dengan jelas bahwa Allena memasang wajah cemberutnya saat berjalan di samping Arlan.

"Lo kenapa, Len? Sepet banget tuh muka," tanya Jessica.

"Nih si Ketua OSIS! Masa gue gak boleh bawa mobil sendiri. Kalau dia yang bawa, gue berasa naik siput tau gak!" kesalnya menunjuk ke arah Arlan.

Sementara pria itu hanya diam saja. Tak berniat membalas Allena ataupun membela dirinya sendiri. Ia hanya duduk di samping kembarannya lalu sibuk dengan ponsel.

"Btw, kenapa kalian nyuruh gue sama Arlan ke sini? Padahal hari ini gue ada jadwal nonton drakor," tanya Allena.

Krystal memutar bola matanya malas, "Gue sama Jessica mau ngomongin hal yang penting. Ini tentang surat isi clue itu. Ngomong ngomong lo dapet surat itu juga kan, Lan?" tanyanya pada Arlan.

Arlan mendongak, "Iya. Nih, jangan sampai hilang, karena gue rasa ini bukan surat iseng," ujarnya menyerahkan sepucuk surat dengan cover merah muda.

"Gue juga mikirnya gitu. Sebelum kita bahas lagi, masih ada satu orang yang belum datang," desah Krystal pelan. Ia saja tak yakin apakah Daniel akan datang atau tidak, mengingat bahwa pria itu sama sekali tak perduli dengan suratnya.

"Hah? Siapa? Gue kira cuman kita berempat doang," tanya Jessica penasaran.

"Daniel. Gue lagi sama dia pas gak sengaja dapat surat ini, jadi dia juga udah baca," ujar Krystal menjelaskan.

"Maksud lo Daniel Zeandra?" tanya Allena memastikan.

Krystal mengangguk.

"Daniel anak baru kelas XI IPA 2 yang katanya ganteng banget itu kan?!" tanya Allena histeris. Arlan sampai harus menarik lengan adiknya yang kini sudah berdiri dengan mata melotot pada Krystal. Ia merutuki tingkah Allena yang malu-maluin.

Ting!

Semuanya menoleh pada sosok pria tinggi yang memasuki kafe, ternyata itu Daniel. Krystal sampai ingin berteriak senang saat mengetahui bahwa pria itu benar-benar datang. Ia hanya mempunyai firasat bahwa keberadaan Daniel memang bagian dari kelompok penerima surat ini.

"Sorry, gue telat."

"Gak papa."

"Santai aja."

Krystal dan Allena saling lirik karena melontarkan kalimat secara bersamaan. Sedangkan Jessica menahan tawa gelinya, Arlan hanya diam dengan kening mengerut, Daniel bahkan sudah duduk di samping Arlan.

Perhatian Krystal mendadak beralih pada Allena yang berkenalan dengan Daniel, "Gue Allena."

"Daniel."

"Arlan."

"Daniel."

"Lo udah tau gue kan? Gue duduk sebangku sama Krystal kok, Jessica."

"Ya, gue tau," jawab Daniel acuh.

"Mirip oppa-oppa gue banget, ya ampun!" bisik Allena heboh ke telinga Krystal dan Jessica. Krystal hanya mendengus sementara Jessica memutar bola matanya.

"Ya udah. Karena semuanya udah kumpul, kita mulai bahas surat ini," ujar Arlan mengawali pembicaraan. Ia membuka surat yang pada awalnya diterima oleh Krystal. Tentunya Krystal sudah membacanya bersama dengan Daniel.

Kening yang bergelombang tampak pada wajah Arlan, Jessica, dan Allena. Mereka seolah mencoba memahami barisan kalimat dalam surat tersebut. Sementara Krystal membuka surat kedua dari Arlan yang berada di atas meja. Ia bahkan sampai tak sadar bahwa Daniel sudah berada di sampingnya.

Sejak kapan dia pindah? Pandangan Krystal beralih pada Jessica yang duduk di samping Arlan, di tempat duduk Daniel. Mereka masih sibuk memahami isi surat itu. Membiarkan Daniel ikut melihat isi dari surat di tangannya, Krystal mulai membaca surat kedua tersebut.

~~~

Cantik bukan berarti dia tidak jahat. Hanya dengan satu melodi, dia merasa sangat senang. Itu juga yang kurasakan saat melodiku selaras dengan nada yang ia buat. Karma akan membalas setiap drama busuknya. Aku akan mengampuninya jika kalian berhasil.

Laut yang tenang belum tentu aman. Ada banyak target yang menungguku. Dua hari lagi kejutan ini akan kuberikan. Yang berhasil selamat, akan aku ampuni. Aku tak sabar bertemu dengan kalian, anak pintar.

-E

~~~

Krystal mengalihkan pandangannya pada Daniel yang juga menatapnya. Lalu ia beralih kepada ketiga teman di hadapannya, ternyata mereka juga menatapnya.

Satu yang mereka dapat dari isi kedua surat itu.

Akan ada korban, lagi.

***

To be continued...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top