Part 17 (Revision)
Publish on : Sabtu, 16 November 2019 [21.30]
MISSION IN SCHOOL
°°°
~~~
Selamat, kalian mendapatkannya. Aku tak akan lupa dengan janjiku untuk mengampuni gadis itu.
Sekarang, saatnya kita bersenang-senang. Sudah cukup lama aku menunggu kalian memecahkan teka-tekiku. Dan inilah saatnya.
Dengarlah, permainan yang sebenarnya baru saja dimulai. Para kelinci itu sudah menungguku. Sang kelinci terbaik dari para kelinciku sudah siap bermain dengan kalian. Tunggulah saat semua garis menyatu dalam waktu, di saat itulah kelinciku akan melompat.
Ingatlah satu hal, kelinciku bukan kelinci biasa. Dia sangat kuat. Berhati-hatilah dengannya, jangan sampai kau menjadi bidikannya yang selanjutnya.
-B
~~~
"Surat ini beda dengan surat lainnya," gumam Daniel tiba-tiba.
Krystal menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan pria itu, "Terus gimana kita pecahin clue ini?"
Daniel terdiam sebentar, memandangi surat dengan tulisan tangan yang tertata rapi itu. Terkadang dahinya mengernyit saat berusaha memahami isi dari clue tersebut.
"Gue gak tau. Tapi yang jelas, 'Kelinci' adalah korban selanjutnya."
"Lalu, gimana kita nyari siapa 'Kelinci' itu?" Krystal bertanya keheranan.
Mereka terdiam cukup lama. Berulangkali Krystal menutup mulutnya yang menguap dengan tangan. Daniel melihat arlojinya, ternyata sudah jam empat pagi. Dan mereka tidak punya banyak waktu lagi, karena setelah ini, sudah tidak ada lagi kata istirahat untuk mereka. Kasus ini harus segera tuntas. Jika saja Marsha tidak kehilangan ingatannya sebagian, jika saja Marsha mengingat siapa pembunuh itu, pasti semua ini sudah berakhir.
Pria itu menghembuskan napasnya panjang, "Lebih baik kita tidur dulu. Biar surat ini dibahas besok bareng sama yang lainnya. Lo kelihatan udah ngantuk banget," ucapnya tanpa menoleh pada Krystal.
Krystal kembali menguap dengan mata menyipit, lalu kemudian mengangguk dan beranjak berdiri. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Daniel.
"Kenapa?"
Daniel menatapnya penuh selidik, "Gak ada yang lo sembunyikan lagi dari gue, kan?"
Sejenak, Krystal tertegun. Tapi kemudian gadis itu cepat merubah ekspresinya. "Gak, lah, cuman ini doang. Udah, ya, gue ngantuk banget," ujarnya.
Tak tega melihat wajah lelah Krystal yang memang memprihatinkan itu, Daniel melepaskan pegangannya pada pergelangan tangan Krystal lalu membiarkan gadis itu pergi. Daniel terdiam dengan pandangan kosong menuju kolam renang yang tenang di luar sana.
Tangannya mengepal kuat. Tatapannya datar dan ia tahu akan satu hal.
Krystal berbohong. Ia tahu, gadis itu mengetahui sesuatu.
***
Hari ini sebenarnya libur. Tapi Daniel dan yang lainnya memutuskan untuk pergi ke sekolah siang nanti.
Kini, mereka semua sedang berada di ruang makan. Jessica tengah melakukan tantangannya kemarin malam untuk membersihkan semua barang yang sudah membuat rumah Krystal berantakan, Arlan juga membantunya.
Sementara Krystal dan yang lainnya duduk di teras rumah. Mereka mengenakan pakaian santai. Kini, Allena dan Nathan tengah membaca surat clue yang ke-empat. Awalnya mereka kaget karena mereka kira semuanya sudah berakhir setelah kemarin pembunuhan itu tidak terjadi.
"Gila! Ini surat lebih sulit lagi, gimana kita bisa tahu siapa korbannya coba?" Allena mengeluh.
"Dibanding isi surat ini, gue lebih penasaran ke satu hal," ujar Nathan. "Sebenarnya apa maksud huruf terakhir di setiap surat? Kenapa mereka nulis huruf itu? Apa ada makna tersirat di dalamnya?" lanjut Nathan sembari memegang dagunya.
"Gue juga penasaran. Huruf itu yang paling membingungkan di sini. Apa itu inisial pembunuh atau apa? Tapi kalo pembunuh, gue rasa bukan," ucap Krystal berpendapat.
"Hem, di sini tertulis huruf 'B'. Apa maksudnya?"
"Surat clue pertama tertulis huruf 'K', sementara yang kedua adalah huruf 'E', dan yang ketiga itu huruf 'M'. Lalu sekarang, tertulis huruf 'B. Kalau ke-empatnya digabungkan akan membentuk satu kata 'KEMB'. Dan kata itu tidak memiliki arti."
"Atau lebih tepatnya, belum memiliki arti," lanjut Daniel.
"Jadi, maksudnya ... kasus ini masih panjang?"
Daniel mengedikkan bahunya, "Kalian yakin kalau Marsha benar-benar hilang ingatan?"
"Ya, kemarin kan kita udah nanya ke dia. Senior itu emang kelihatan bingung waktu kita tanya."
"Apa kalian gak merasa janggal sama sesuatu?"
"Maksudnya?"
"Kita terlalu fokus pada surat yang belum tentu mempunyai jawaban. Bahkan sampai kita sendiri tidak melihat bahwa di sekeliling kita ada banyak bukti yang tidak kita sadari." Daniel memberi jeda pada ucapannya. "Gue ragu kalau pembunuhan di sini hanya berlingkup pada murid-murid pintar di sekolah. Kalian gak kepikiran alasan ke-empat korban itu menjadi target pembunuhan ini? Mungkin saja antara satu korban dengan korban lainnya punya hubungan, dan mereka juga mempunyai hubungan dengan pembunuh yang sebenarnya," lanjut pria itu.
"Dengan kata lain, kita harus tahu kenapa pembunuh itu mengincar mereka?" tanya Nathan ragu.
Daniel menjentikkan jarinya, "Tepat! Dan misi kita selanjutnya bukan hanya mencari siapa korban dan pembunuhnya, tapi alasan mereka menjadi korban dan kenapa kita menerima surat ini."
***
Sekolah terlihat sepi. Hanya terlihat beberapa anak OSIS dan anak ekskul yang datang. Entah untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau membersihkan bekas pesta semalam. Ada pula yang datang untuk kerja kelompok bahkan sekedar menikmati wifi gratis sekolah.
Di depan gerbang sekolah, tiga orang siswa tengah duduk di gazebo. Di tengah-tengah mereka, ada sebuah surat lusuh yang dikelilingi oleh 3 es cendol dan macam-macam camilan.
"Kita mau mecahin kasus atau piknik, sih, sebenarnya?" bingung Jessica kala tadi dirinya melihat Allena membawa berbagai macam camilan.
Dan Allena hanya menjawab ketus, "Udah, lo diam aja. Toh, nanti lo makan juga, kan!"
Sementara Nathan hanya mampu diam sembari mengotak-atik laptopnya. Ia merasa jengah berhadapan dengan dua gadis yang selalu bersiteru ini.
Mereka sepakat untuk dibagi menjadi dua tim. Satu tim yang terdiri dari Nathan, Allena, dan Jessica, mendapat tugas untuk mengawasi sekolah dan mencari jawaban dari clue di surat yang ke-empat.
Sementara tim kedua ada Daniel, Arlan, dan Krystal. Mereka harus menyelidiki tentang hubungan antarkorban. Mungkin saja mereka bisa menemukan celah untuk bisa mengetahui siapa pembunuh yang sebenarnya. Dan tujuan mereka hari ini adalah berkunjung ke rumah almarhum Nicko yang kebetulan terletak di dekat sekolah.
"Yah, gak ada wifi lagi."
Jessica menatap Allena gamang, "Eh, Be! Lo niat gak, sih, nelusurin kasus ini?"
"Ya niat, lah. Gue lagi nyari wifi buat nanya ke Mbah Google, siapa tau beliau ngerti apa arti dari isi surat ini," tungkas Allena.
Jessica memutar bola matanya. Ia kembali fokus pada surat di hadapannya. Pasti, pasti ada celah untuk menemukan jawaban dari surat ini. Ya, clue yang diberikan terlalu random. Di sini juga korbannya diibaratkan sebagai seekor kelinci.
Siapa kelinci itu?
Sesekali dahinya mengernyit saat berusaha mendalami satu demi satu kalimat dalam surat itu. Ia merasa surat ini lebih sulit dipecahkan daripada soal-soal Kimia yang diberikan oleh gurunya.
Kelinciku? Kelinci adalah hewan peliharaan. Dia juga manis, banyak yang menyukai hewan itu. Tapi, kenapa pembunuhnya baru menyebutkan kata kelinci setelah tiga korban itu? Apa itu artinya, tiga korban sebelumnya adalah siswa yang tidak terlalu disukai oleh orang banyak? Lalu korban selanjutnya adalah murid murid famous dan memiliki banyak fans?
"Argh!" Jessica mengerang keras, frustasi. Allena yang tengah anteng di sampingnya terkejut.
"Napa dah lo?"
Alih-alih menjawab pertanyaan gadis itu, Jessica balik bertanya, "Lo nemu apa dari Mbah Google?"
"Gak nemu apa-apa. Malah justru gue dapat banyak artikel tentang bacaan-bacaan misteri."
Jessica menarik napasnya panjang, "Nath, lo nemu apaan?"
"Gak banyak. Gue dapat data murid-murid yang mengikuti ekstra panahan, kebetulan gue gak kenal mereka semua. Cuman, gue pernah lihat salah satu dari mereka sering bareng kalian di sekolah," ujar pria manis itu tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Tunggu, kenapa jadi ekstra panahan coba? Lo mau daftarin diri buat ikut ekstra itu atau gimana?" tanya Allena tidak paham.
Nathan mengalihkan pandangannya dari laptop. Pria itu lalu mengambil surat di tangan Jessica dan membacanya.
"'Ingatlah satu hal, kelinciku bukan kelinci biasa. Dia sangat kuat. Berhati hatilah dengannya, jangan sampai kau menjadi bidikannya yang selanjutnya', dari situ gue ambil kesimpulan kalau kelinci yang dimaksud adalah orang yang punya fisik kuat. Nah, gue mulai cari dari yang masuk ke ekstra basket, futsal, karate, taekwondo, pencak silat, sampai murid-murid yang sering keluar masuk ruang BK. Lalu kemudian gue baru tahu, kalau ada ekstra panahan di sini. Gue langsung terpusat sama kata 'bidikan' dalam surat itu. Jadi, gue nyari daftar anggota Anak Panahan," jelas Nathan panjang lebar.
"Terus, siapa anggota ekstra panahan itu? Yang katanya lo sering lihat dia bareng kami," tanya Jessica penasaran.
"Bentar---" Nathan mengalihkan pandangannya kembali pada laptop di hadapannya yang menampilkan foto seorang murid tengah membidik sesuatu. "Revanza Aditya."
***
"Benar ini alamatnya?" tanya Krystal sekali lagi.
"Mungkin," sahut kedua pria di samping kanan kirinya. Kedua pria itu saling berpandangan dan melempar tatapan jijik, merasa tidak sudi mengatakan kata yang sama bersamaan.
Krystal hanya mengangguk-angguk. Ia agak ragu sebenarnya. Mereka bertiga menuju tempat ini hanya bermodalkan alamat yang diberikan oleh Nathan. Entah apa yang dilakukan pria manis itu. Intinya, Nathan mengotak-atik laptopnya. Lalu sepuluh menit kemudian, pria itu menulis sesuatu di selembar kertas dan dengan entengnya menyerahkan kertas itu pada Krystal sambil berkata, "Nih, alamatnya."
Padahal, kan, Nathan tidak pernah ketemu sama yang namanya Nicko Aditama.
Ya, mungkin Nathan patut menjadi seorang hacker.
"Rumahnya keliatan sepi," gumam Krystal.
"Ya, padahal dari jalan raya masuk ke gang, rumah ini yang paling mencolok karena saking gedenya," ujar Arlan menyetujui.
"Siapa yang mau masuk duluan?"
"Gue aja, deh." Arlan melangkah dan membuka pintu gerbangnya dengan mudah. Gerbang rumah megah bertuliskan 'ADITAMA HOME' ternyata tidak dikunci. Bahkan, tidak ada satpam yang menjaganya.
Mereka bertiga memasuki halaman rumah itu. Meskipun terlihat sepi, rumah tersebut cukup rapi dengan banyak tanaman-tanaman bunga yang tumbuh mengelilingi rumah.
Ting tong.
Daniel memencet bel yang terletak di samping pintu. Cukup lama mereka menunggu sampai akhirnya pintu itu terbuka lebar, menampilkan seorang gadis dengan pakaian santai yang memandang mereka bingung. Raut kebingungan itu terlihat jelas di wajahnya yang sayu dan seperti tidak punya semangat hidup.
"Kalian?"
***
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top