Part 13 (Revision)

Publish on : Sabtu, 12 Oktober 2019 [17.05]

MISSION IN SCHOOL


°°°

"Woah."

Krystal berdecak kagum melihat sekelilingnya. Para pengurus OSIS sudah menyulap lapangan indoor menjadi seperti tempat pesta. Di bagian tepi lapangan, berjejer aneka jajanan yang disediakan oleh stand OSIS. Lalu di bagian depan, ada sebuah panggung besar dengan lampu tumbrl mengelilinginya.

Sudah banyak warga sekolah yang datang dengan berpasangan. Semuanya memakai topeng. Krystal seperti tidak mengenali mereka semua, bahkan ia merasa tengah berada di sebuah pesta topeng.

Ia melirik pada Arlan di sampingnya lalu mengacungkan dua jempol, "Good job! Gue sekarang berasa kayak ada di pesta topeng. Lo pinter banget nge-desain lapangan ini,"

Di balik topengnya, Arlan tersenyum tipis, "Semuanya gak akan kayak gini kalau bukan karena pengurus OSIS yang lainnya, gue cuman jadi koordinatornya doang."

Krystal mengangguk-anggukkan kepala. Tiba tiba ia terpikirkan sesuatu, "Oh ya, kenapa lo pakai konsep pesta topeng? Lo gak khawatir kalo ada orang asing masuk GHS dengan mudah?"

"Justru karena itu, gue pakai konsep ini."

Gadis itu mengerutkan keningnya, "Kok bisa? Kalau pembunuhnya datang ke sini gimana?" bisiknya pelan, ia tak ingin ada seseorang yang menangkap pembicaraan mereka.

"Ya itu bagus, karena memang itu tujuan gue. Terkadang, kita harus pakai cara bahaya untuk bisa memancing musuh, right?"

Krystal mengangguk ragu, "Terus, gimana kita bisa ngenalin pembunuh itu? Kita bahkan gak tau Kak Marsha yang mana."

"Lo tenang aja. Meskipun kita gak tau pembunuhnya yang mana, setidaknya pembunuh itu pasti akan menampakkan dirinya sama kita," ujar pria itu yakin.

"Gimana bisa?"

Arlan tersenyum miring, "Karena target sesungguhnya si pembunuh adalah kita ... bukan yang lain."

***

"Sethan! Lo bisa gak, sih, pelan-pelan jalannya?! Gue susah buat jalan, bambang!"

Nathan berdecak malas lalu membalikkan badannya, menatap jengah pada Allena yang tengah kesusahan berjalan dengan memakai high heels sepanjang 10 cm itu.

"Ngerepotin banget nih cewek," gumamnya. "Lagian lo jalan kayak siput! Lama banget, etdah," balas Nathan ketus pada Allena.

Allena menghela napasnya kasar, "Tau kayak gini, gue gak akan pakai heels. Lain kali, gue gak mau pakai sepatu sialan ini lagi, sampai kapanpun. Titik!" ocehnya.

"Salah sendiri pakai sepatu kayak gituan. Kenapa gak paaie flat shoes aja coba?" gerutu Nathan.

"Eh, Sethan! Plis deh, ini pesta, bukan konser. Yakali gue pake flat shoes." Allena memutar bola matanya. "Bantuin gue, cepat!" Gadis itu menyodorkan tangannya pada Nathan dengan angkuh.

Nathan memutar bola mata lalu membantu Allena dengan tak ikhlas. Akhirnya, setelah beberapa menit dari parkiran tadi, mereka sampai di lapangan indoor GHS.

"Daebak!"

Nathan menoleh bingung, "Hah? Apaan? Seblak?"

Allena menatap Nathan sinis, "Daebak, oon! Bukan seblak!"

"Apaan, tuh? Makanan?"

"Itu sama aja artinya dengan kata wow atau wah. Bedanya, yang ini dalam bahasa Korea. Gitu aja gak ngerti, katanya lulusan Oxford," sindir Allena.

"Gue lulus situ bukan di bidang bahasa, anjir! Mana ngerti gue kayak gituan," balas Nathan tak terima.

"Serah lo aja, Sethan."

"Hey guys!"

"Siapa lo? Kagak kenal gue," datar Allena menatap asing seorang gadis yang memakai gaun putih selutut dengan rambut di gerai.

"Ah elah, jahat lo! Dasar ulet."

Oh, Jessica, batin Allena.

"Ya sorry, Be. Lo, kan, pakai topeng. Yakali gue bakal langsung kenal," ujar Allena membela diri.

"Iya'in. Krystal mana? Lo gak liat dia?" tanya Jessica pada Allena.

Allena mengedikkan bahunya, "Tadi, sih, Arlan jemput Krystal di rumah cewek itu, tapi gue belum lihat mereka di sini."

"Lo sendiri? Gak punya pasangan, ya? Kok datang sendirian?" lanjut Allena bertanya sembari mengejek Jessica.

Gadis itu berdecak, "Sok tau lo! Gue gak sendirian, ya!" sanggah Jessica.

"Terus, lo datang sama siapa?"

"Revan. Tadi, sih, katanya dia mau ke toilet. Sekarang belom balik," ujar Jessica.

Allena mengangguk sekilas, lalu tatapannya beralih pada Nathan yang sedari tadi nampak acuh, "Than, Daniel mana? Kagak kelihatan dari tadi."

"Gak tau. Gue, kan, gak bareng sama dia."

"Lah? Kan, kalian serumah."

"Untuk sekarang, Daniel serumah sama Krystal."

"Apa?!"

"Hah?!"

"Eh, kenapa? Kalian baru tau?" kaget Nathan.

Jessica berdecak keras, "Wah, sialan tuh anak! Masa sama sahabatnya sendiri gak ngasih tau, apalagi masalah besar kayak gini. Kenapa juga Daniel nginap di rumahnya Krystal?" kesalnya.

Nathan mengedikkan bahunya, "Mungkin karena rumah Krystal sepi dan cewek itu sendirian, gue gak tau."

"Ah, ya! Bokap sama nyokapnya Krystal kan ke LA, berarti Krystal sendirian dong di rumah," ujar Jessica sendiri kala gadis itu teringat akan pesan dari Gabriel dan Nadya yang menitipkan Krystal padanya karena mereka berdua harus ke LA.

"Tapi, ngapain coba Daniel yang nemenin? Gak lo aja gitu? Secara lo, kan, sahabatnya Krystal," kesal Allena.

"Ya mana gue tau."

"Berarti mereka cuman berdua dong di rumah itu?"

"Gak, lah. Kudaniel udah nyewa pembantu, jadi mereka gak akan berdua di rumah itu," jelas Nathan. Allena dan Jessica mengangguk-angguk mengerti.

"Hei semua!"

Pandangan mereka bertiga teralihkan pada sesosok pria tinggi dengan tuxedo hitam dan topeng hitam. Ya iya, sih, cuman itu, karena yang lainnya juga memakai benda yang sama.

"Siapa lo? Sok kenal banget," datar Allena.

"Weih, jahat lo gak ngenalin gue! Ya meskipun gue juga gak deket-deket amat sama lo. Ya udah, kenalin, gue Revan."

"Oh, jadi ini pasangan lo, Be?" tanya Allena pada Jessica.

Yang ditanya mengangguk dan tangannya bersidekap dada sambil menatap Allena sinis, "Kenapa emangnya? Mau lo embat lagi, huh?!" Allena memutar bola matanya malas.

"Loh, Be? Apaan, tuh? Nama lo udah ganti, Ca?" tanya Revan bingung pada Jessica.

"Tau nih ulet."

"Woi, Be itu panggilan kesayangan gue ke pasangan lo itu. Lengkapnya Cabe," ujar Allena santai. Dan Jessica tidak terlalu menanggapinya karena gadis itu menangkap siluet seseorang yang dikenalinya.

"Wah, ini, nih! Sahabat laknat gue akhirnya datang juga!" Krystal mengerutkan keningnya bingung karena dia baru saja menghampiri teman-temannya namun langsung di semprot Jessica.

"Maksudnya?"

"Lo gak cerita ke gue kalo Daniel bakal serumah sama lo."

Krystal melotot lalu mencubit lengan Jessica, "Gimana lo bisa tau?" bisiknya.

Jessica hanya memutar bola matanya sembari mengusap hasil cubitan Krystal.

Pedes njir, batinnya kesal.

"Serumah?" ulang Arlan, yang berdiri di samping Krystal.

"E---eh, gak kok. Anu itu ... iya, bener. Gu---gue serumah sama Daniel. Tapi gak cuman berdua doang, kok! Ada pembantu juga di situ," ungkap Krystal kelabakan. Ia tak ingin siapapun salah paham dengannya dan Daniel.

Arlan yang mendengarnya hanya diam saja. Sekarang, dia menjadi Arlan yang biasanya, pendiam.

Tiba tiba Allena menepuk pundak Nathan heboh, "Eh, itu Daniel bukan sih?!" pekiknya sambil menunjuk-nunjuk seseorang yang baru saja memasuki lapangan indoor.

Semuanya, termasuk Krystal menoleh. Ternyata benar, dia Daniel. Meskipun memakai topeng, Krystal tetap mengenalinya. Tidak susah untuk mengenali Daniel. Pria itu adalah murid paling tinggi di GHS, dengan tinggi badan 187 cm. Badannya tegap dengan kulit putih susu yang membuatnya terlihat seperti artis.

Dan yang paling nyentrik, adalah warna rambut pirangnya. Sudah jelas itu pasti Daniel.

Pria itu tidak datang sendirian. Di sampingnya, ada seorang gadis memakai gaun putih selutut dengan rambut di gelung dan mahkota bunga di rambutnya itu. Dua kata untuknya.

So beautiful.

Siapa gadis itu?

***

"

Selamat malam semuanya!" Salah seorang gadis bertopeng merah dan gaun merah itu menaiki panggung dan mulai menyapa seluruh siswa GHS yang berkumpul di lapangan indoor ini.

"Malam!" teriak para siswa dengan semangatnya.

"Wah, semangat sekali, ya, haha. Oke, mau kenalan dulu gak, nih?"

"Gak usah!"

MC tersebut memasang wajah pura-pura sedih, "Jahat kalian! Kenalan dulu, lah, sama MC cantik ini. Nama gue Clarista Abelia, dari kelas XI IPA 1 dan tugas gue di sini sebagai pembawa acara. Seneng gak?"

Semua orang berseru. Kemudian Clarista memulai acara pesta tahun baru 2020 ini. Bermula dari bacaan basmalah, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari kepala sekolah, guru kesiswaan, dan Arlan, sang ketua OSIS. Lalu, tiba acara selanjutnya.

Penampilan dari GHS Music.

"Kira kira siapa yang akan tampil setelah ini? Ada yang tau?" tanya Clarista sebelum memanggil grup GHS Music.

Semuanya mulai berbisik-bisik, saling bertanya siapa kira-kira yang akan mengisi acara pada malam ini. Mereka memang masih belum tahu siapa saja personel GHS Music yang akan tampil.

"Sembari kita menyaksikan acara selanjutnya, kalian bisa menikmati hidangan-hidangan yang disediakan oleh kakak-kakak OSIS, ya. Awas, jangan lupa membayar juga!"

Semuanya tertawa. Lalu Clarista melirik jam tangannya, "Oh, ternyata sudah waktunya. Kita langsung saja sambut personel GHS Music pada malam hari ini. Mana tepuk tangannya?"

Tepuk tangan yang riuh mulai bergema di lapangan indoor GHS. Seketika lampu padam, lalu ada cahaya yang menyorot pada panggung. Dimana ternyata di panggung tersebut sudah ada para personel GHS Music dengan alat musiknya masing-masing.

Daniel, Abhi, Marchel, Andrean, Gemma, dan Elang. Atau yang biasa mereka panggil sebagai DAMAGE.

Bagaimana mereka bisa mengenali semua pria itu? Gampang, jawabannya adalah Daniel. Sudah dikatakan, bahwa Daniel dikenal oleh semua orang berkat rambut pirangnya. Kala mereka melihat yang berdiri di atas panggung adalah cowok pirang itu, tentu saja mereka akan hafal dengan personel yang lainnya.

Karena DAMAGE adalah salah satu kelompok di GHS Music yang baru di bentuk tapi sudah langsung tenar.

"Selamat malam semuanya." Daniel mulai membuka suaranya.

"Malam!" sorak seluruh orang di tempat itu dengan semangat, khususnya kaum hawa.

"Hari ini adalah hari bersejarah buat kita semua. Kenapa gue mengatakan itu? Karena kita akan meninggalkan semua kenangan yang ada di tahun ini dan mulai membuat kenangan yang baru esok hari. Untuk itu, malam ini kami selaku grup GHS Music akan membawakan sebuah lagu khusus untuk mereka yang malam ini tengah galau. Gue cuman bisa kasih semangat dari sini. Untuk kalian semua yang lagi galau, jangan putus asa dan jangan lupa buat makan. Bukan kalian aja yang lagi galau, gue juga."

Semuanya bersorak sambil terkekeh geli. Jarang sekali menyaksikan seorang pria datar dan dingin seperti Daniel berbicara panjang lebar seperti itu. Apalagi Daniel sempat ngelawak.

"Oke, langsung saja. Di sini gue dan temen-temen gue yang keren ini akan mempersembahkan sebuah lagu khusus buat kalian yang juga gak kalah keren malam ini. Selamat menikmati."

Jreng...

Abhi mulai memetik senar gitarnya, diikuti oleh Gemma dan yang lainnya. Sementara Daniel bersiap untuk menyanyi.

Ku tak bahagia ....

Semuanya mulai bertepuk tangan dan bersorak ramai. Ada yang langsung menepuk-pundak temannya heboh. Lalu ada yang bersiap siap menyumbangkan suaranya untuk ikut bernyanyi.

Melihat kau bahagia dengannya

Aku terluka ....

Kini, mereka mulai mengambil ponsel dan menyalakan flashlight. Lalu dengan tangan terangkat, semuanya mengayun-ayunkan ponsel mereka ke kiri dan kanan. Seakan-akan ini adalah sebuah konser.

Tak bisa dapatkan kau sepenuhnya

Aku terluka ....

Melihat kau bermesraan dengannya

Ku tak bahagia ....

Melihat kau bahagia

Di antara ribuan murid GHS itu, Krystal terdiam mengamati Daniel. Sedangkan di samping kanannya ada Jessica dan Allena, juga Revan yang sibuk mengayunkan flashlight ponsel mereka. Lalu di samping kirinya, ada Arlan dan Nathan yang diam. Nathan sibuk dengan ponsel di genggamannya, sementara Arlan sibuk dengan jantungnya.

Krystal menoleh terkejut ketika Arlan menggenggam jemarinya. Ia menatap ketua OSIS itu dengan tatapan bertanya. Namun Arlan hanya diam dan itu membuat Krystal bertambah bingung lalu memilih untuk bungkam. Ia kembali fokus ke acara di depannya. Tepat saat itu juga, tatapan matanya bertemu dengan mata Daniel yang memandangnya datar.

Harusnya aku yang di sana

Dampingimu dan bukan dia

Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia

Harusnya kau tau bahwa

Cintaku lebih darinya

Harusnya yang kau pilih bukan dia ....

Krystal mengusap belakang kepalanya yang tak gatal dengan tangan yang tidak di genggam Arlan. Kenapa Krystal merasa merinding, ya?

***

To be continued...

Please vote dan comment nya:*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top