Part 10 (Revision)

Publish on : Jumat, 20 September 2019 [15.50]

MISSION IN SCHOOL

°°°

Nikita Marshanda. Cewek kelas XII IPA 1 yang terkenal akan kepintarannya, namun judes. Cewek yang jago bela diri karate dan dia adalah sahabatnya Chika Ladya.

Saat ini, Krystal bersama dengan Daniel tengah mengikuti gadis itu. Tidak tahu kemana, yang jelas Marsha terlihat buru buru menaiki mobil merah menyalanya dan keluar dari gerbang sekolah, diikuti oleh mobil milik Daniel.

30 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah tempat. Krystal tau bahwa ini adalah bioskop.

Ngapain Kak Marsha ke sini? Bolos sekolah untuk nonton film di bioskop?

Lagian hari ini hari Rabu, dimana biasanya bioskop di sini sedang sepi.

Daniel turun dari mobil, diikuti oleh Krystal. Mereka berjalan membuntuti Marsha yang sudah duluan masuk. Daniel menarik tangan Krystal supaya sembunyi di balik tembok. Ternyata, Marsha sedang menemui seseorang. Tidak tahu siapa, pria yang mengenakan jaket hitam dan topi hitam pula, serba hitam.

Abis melayat kali.

"Sorry, gue telat," ujar Marsha.

"Gak papa, gue juga belum lama di sini, kok. Gak ada yang ngikutin lo, kan?" tanya cowok itu sambil melihat sekeliling.

Marsha menggeleng, "Gue datang sendirian."

"Ya udah. Yuk, masuk."

Mereka bergandengan lalu memasuki bioskop. Kini Krystal memandangi Daniel dengan heran. "Ngapain mereka kayak sembunyi-sembunyi gitu?"

Daniel hanya mengedikkan bahunya lalu menuju meja pemesanan tiket. Setelah membeli tiket yang sama dengan Marsha ---karena tadi dia sempat liat tiketnya Marsha--- kini Daniel menghampiri Krystal dan menarik cewek itu masuk. "Udah, gak usah banyak bawel. Misi kita saat ini ngawasin tuh cewek, bukan ngepoin."

***

Horror.

Ternyata film yang mereka tonton saat ini adalah film horror, tapi masih berbau romance. Dan untungnya, Krystal bukan tipe cewek penakut. Maksudnya, Krystal tidak seperti kebanyakan gadis yang menjerit ketakutan saat melihat hantu nongol di layar. Cewek itu malah berkomentar.

"Ih, apaan, sih! Hantu gitu doang mukanya, kagak serem."

"Aneh banget, kenapa hantu Indonesia mesti yang paling viral tuh pocong sama kuntilanak?"

"Masih mending nonton kartun aja."

Dan masih banyak lagi. Daniel sendiri tidak terlalu menghiraukan ocehan Krystal mengenai film di depannya. Pria itu hanya fokus pada Marsha dan cowok di samping gadis itu.

Pria yang misterius.

"Udah, lo diem aja. Niat kita di sini bukan untuk nonton, tapi awasin Marsha."

Krystal memutar bola matanya. Mumpung tadi ditraktir tiket gratis sama Daniel, dia bisa nonton film juga, meskipun filmnya tidak terlalu asik. Tapi untuk menghargai misinya, Krystal mencoba untuk memusatkan pikirannya kepada objek pengawasannya kali ini.

Baru saja mau mengamati, Daniel sudah menempatkan tangannya yang besar di depan mata Krystal, seolah tak mengijinkannya untuk melihat Marsha. "Ih, apaan sih lo?! Katanya tadi suruh fokus ngawasin," kesalnya.

"Jangan liat." Daniel menjeda ucapannya sejenak, "nanti lo nyesel."

Bukannya menurut, Krystal justru semakin penasaran karena Daniel berkata seperti itu. Sudah tau, kan, kalau Krystal tuh keponya overdosis.

"Minggir, ih!" Krystal menyentakkan tangan Daniel yang ada di depannya. Ia melihat ke arah Marsha.

Oh...

My...

God...

Marsha berciuman dengan cowok berjaket hitam itu!

Krystal memerjabkan matanya beberapa kali, lalu menoleh kepada Daniel yang menatapnya datar. Krystal merapatkan bibirnya lalu menutupi seluruh wajahnya dengan tangan.

Dia malu.

***

Sepulangnya dari bioskop, Krystal dan Daniel masih mengikuti kemana Marsha pergi. Di dalam perjalanan, keduanya masih diam. Suasana awkward setelah kejadian di bioskop tadi. Krystal diam seraya berusaha mengenyahkan pikirannya yang berkelana memutar memori. Sementara Daniel fokus pada mobil yang ditumpangi oleh Marsha.

Karena bingung mau berbuat apa, Krystal mengambil ponselnya dan membuka aplikasi kamera. Kini, jiwa perempuannya berinisiatif. Gadis itu sibuk dengan dunia pose miliknya.

"Tal."

"Hm?"

Krystal menoleh pada Daniel. Sementara pria itu menggeleng, "Gak papa, cuman manggil aja."

"Ish, ga jelas lo." Krytal memutar bola matanya, lalu kembali menatap layar ponsel di hadapannya dan memasang pose berkedip sebelah mata. "Eh?"

"Kenapa?" tanya Daniel saat melirik Krystal berekspresi dengan kening mengkerut. Krystal tak menjawab, ia justru menolehkan kepalanya ke belakang.

"Niel."

"Hm?"

"Itu ... kayaknya, kita diikutin, deh." Daniel yang mendengarnya sontak ikut menoleh ke belakang. Benar, ada sebuah mobil hitam di belakang mobilnya. Entah sedang mengikuti atau hanya kebetulan saja.

"Mungkin memang arah tujuannya ke sini," ujarnya acuh.

Krystal nampak tak yakin, "Tadi gue lihat mobil itu juga di parkiran bioskop. Gue, sih, bodo amat, tapi gue juga lihat tuh mobil pergi setelah kita pergi juga dari bioskop. Gak mungkin ini cuman kebetulan. Lagian, wilayah ini juga sepi."

Daniel nampak memikirkan ucapan Krystal, "Ya udah. Kita belok aja di depan sana, terus berhenti. Kalau memang tuh mobil ngikutin, dia juga pasti ikut berhenti."

Krystal hanya mengangguk menyetujuinya. Tepat di pertigaan sana, mobil Marsha belok ke arah kanan. Sementara Daniel terpaksa mengambil belokan kiri. Diluar dugaan, mobil itu belok ke arah kanan. Terus berjalan, tidak berhenti. Itu artinya, mobil itu tidak mengikuti mereka. Diam-diam Krystal menghela napas lega.

"Berarti cuman kebetulan." gumam gadis itu. Tapi Daniel menyalakan kembali mobilnya dan memutar balikkan setirnya.

"Bukan kita. Tapi gue ngerasa ... mobil itu ngikutin Marsha."

"Serius lo?!"

Daniel mengedikkan bahunya, "Mungkin aja dia pembunuhnya. Saat ini kita cuman bertugas ngawasin Marsha supaya tuh cewek gak jadi korban selanjutnya."

Krystal melirik pria di sebelahnya sebentar, kini hatinya kembali was-was. Sebenarnya kemana Marsha akan pergi? Kenapa dari tadi gak sampai-sampai, sih?

Drrrttt... drrrttt...

Jessica is calling...

"Halo, Ca."

"Lo kemana aja, Ta?! Gue cariin ke kantin kagak ada, gue cari ke toilet juga gak ada. Masa gue sendirian di sini, sih? Si Lena gak tau kemana, ngilang gitu aja sama kembarannya." Jessica mulai mengomel.

"Sorry, Ca. Gue gak ngabarin lo dulu tadi. Ini gue bolos terus---"

"What?! Kok, lo gak bilang-bilang gue dulu, sih, Ta?! Ninggalin gue gitu aja di sini, mana banyak cowok yang godain gue lagi. Masih mending yang godain cogan. Lah, ini? Burik semua, euh!"

Krystal terkekeh kecil, "Ya, maaf. Gue juga buru-buru ini, lagi dalam rangka menjalankan misi kita. Lo gak lupa, kan, buat terus awasin Megan?"

"Oh, iya! Gue beneran lupa astaga! Lagian gue juga gak tau mukanya tuh cewek kayak apa, Ta. Terus gimana gue ngawasinnya?"

"Gue denger, Nathan udah mulai berangkat sekolah, kan? Lo tanya aja ke dia, mungkin aja dia tau."

"Oke, deh. Nanti gue coba. Eh, tapi lo baik-baik aja, kan? Lo gak sendirian, kan? Terus sekarang lo ada dimana?"

"Gue baik-baik aja, Ca. Gue juga sama Daniel. Gue gak tau ini dimana, tapi lo tenang aja. Gue bisa jaga diri, kok."

"Syukurlah kalo begitu."

Krystal tersenyum, "Udah, ya. Ini gue lagi ngikutin mobilnya Marsha."

"Oke, deh. Kalau ada apa-apa, kabarin gue! Gue juga mau nyari Nathan dulu, bye."

Tuut...

"Udah?"

Krystal mengangguk. Kali ini ia mengalihkan pandangannya ke depan, dimana mobil Marsha dan mobil yang tadi mengikutinya berhenti di sini.

"Ini dimana?"

"Club." Mata Krystal melebar. Ngapain coba Marsha ke club? Apalagi siang hari seperti ini.

"Lo pakai jaket gue." Daniel menyerahkan jaket warna hitam yang entah sejak kapan ada di mobil itu. Sementara dia sendiri sudah memakai jaketnya yang satu lagi, warna abu-abu.

"Yuk, turun." Mereka pun turun dari mobil. Krystal sudah memakai jaket yang tadi diberikan Daniel. Ia tahu, identitas sekolahnya harus ditutupi. Pastinya akan merusak nama baik sekolah jika mereka ketahuan masuk club pakai seragam.

Daniel menarik kupluk jaketnya, untuk menutupi wajah. Ia juga menarik kupluk jaket yang dikenakan Krystal sehingga wajah Krystal hampir tertutup secara keseluruhan.

Please, salahkan jaketnya Daniel yang kegedean.

Krystal hanya bisa berdecak. Lalu ia mengikuti Daniel yang udah melangkah duluan, memasuki club.

Baru saja memasuki tempat haram itu, Krystal membelalakkan matanya tak percaya. Di luar dugaan, ternyata club ini tidak sepi, justru sangat ramai, padahal ini jam siang. Bahkan Krystal harus berdesak-desakkan dengan orang-orang di dalam sana.

Melihat hal itu, Daniel berinisiatif menggenggam tangan Krystal dan menariknya agak tidak tertinggal di belakang sana. Bisa bahaya kalo keduanya terpisah. "Lo jangan jauh jauh dari gue," bisiknya tepat di telinga Krystal, hingga menimbulkan sensasi geli pada gadis itu.

"Iya-iya." Krystal hanya mengiyakan. Entah didengar Daniel atau tidak, tapi ia melihat cowok itu senyum meski cuman senyum tipis.

Saat ini kedua pelajar itu sedang ada di kawasan dance floor. Mereka tengah mencari-cari dimana keberadaan Marsha. Terpaksa harus menerima dorongan sana sini karena suasana yang sangat ramai. Tidak tahu kenapa ramai banget. Kalo malam pun tidak mungkin seramai ini.

DOR!

Tenang, itu bukan bunyi tembakan, kok, melainkan bunyi sebuah petasan. Sepertinya ada yang menyalakan petasan di luar club ini, yang entah kenapa membuat semua orang di sini bersorak kegirangan.

Lalu kemudian disahuti oleh bunyi petasan yang lainnya. Musik pun mengalun, membuat suasana menjadi lebih gaduh dan ribut. Semuanya mulai berdansa dan berjoget ria. Tapi yang Krystal lihat di sini, kebanyakan adalah remaja remaja seusianya. Yang sudah berumur 30 tahunan ke atas hanya satu dua orang saja.

Lampu tumblr membuat suasana menjadi lebih terasa. Krystal mengikuti kemana Daniel melangkah, sambil sesekali dia berdecak kesal saat ada yang menabraknya.

Seorang pria gemuk tiba tiba menabraknya, membuat genggaman tangannya dengan Daniel terlepas begitu saja. Krystal melotot tak terima pada pria gemuk itu. Tapi percuma, pria itu bahkan tidak melihat ada cewek imut nan manis dan menggemaskan seperti Krystal di sampingnya.

Menarik napasnya kasar, Krystal berusaha menerobos dengan badan mungilnya. Mencari-cari keberadaan Daniel. Takut kalau nantinya Daniel ketahuan dan jadi rebutan cabe di sini. Kan, tuh cowok punya tampang di atas rata-rata.

"Mana sih tuh anak?" Ia terus melewati manusia manusia yang sedang bersenang-senang itu. Tapi karena tak hati-hati, ia merasa ada yang menabraknya dengan keras sehingga membuatnya hampir terjerembab.

Duk!

Krystal membulatkan matanya. Dia tidak jatuh, tapi ada yang menolongnya. Bukan Daniel, dan yang membuat gadis itu terdiam adalah pria di hadapannya.

Ia seperti pernah melihat mata pria itu. Wajahnya tidak kelihatan karena ditutupi kupluk jaket hitam dan masker, membuat Krystal hanya bisa melihat manik mata cokelat terang pria itu. Mata yang meneduhkan.

Krystal merasa ... mengenalinya.

Tapi ... siapa?

Gadis itu merasa ada yang menarik kasar tangannya, membuat ia terlepas dari tatapan mata coklat terang itu. Krystal yang masih terkejut hanya bisa diam di pelukan pria yang menarik tangannya tadi.

Daniel.

"Lo gak papa?" tanya Daniel khawatir menatap Krystal. Krystal kaget, lalu kemudian menggeleng dengan kikuk.

"Kita harus pergi dari sini. Cowok itu ... dia bawa pisau."

Mulut Krystal terbuka tak percaya. Gadis itu menolehkan kepalanya dan mencari siapa sosok yang dimaksud oleh Daniel tadi. Dan matanya melotot saat mengetahui siapa yang membawa pisau. Jantungnya berdetak kencang saat matanya menangkap sebuah senyuman devil di wajah yang tidak sepenuhnya tertutup oleh jaket hitam itu.

Dia ... sang pria dengan mata coklat terang.

***

To be continued...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top