Part 2
Dipublikasikan pada: Kamis, 18 Juni 2020
MISSION IN SCHOOL 2

"Jangan hanya melihat ke depan, berbaliklah. Dia berdiri di sana, menunggu waktu yang tepat ketika kamu lengah."
Now playing | Hyorin - Stalker (ft. Mad Clown)
•••••
Daniel mematikan ponselnya setelah ia mengirimkan foto yang diambil di tempat kejadian kepada Krystal lewat e-mail. Gadis itu memaksanya untuk ikut menyelidiki kasus ini, padahal ia tahu betul nyawanya sedang terancam. Krystal memang sangat keras kepala, dia tidak akan menyerah sebelum berhasil menemukan pelaku pembunuhan yang mengancamnya.
Daniel hanya berharap, tidak akan terjadi sesuatu yang buruk di masa depan nanti. Ia harus lebih berhati-hati, Daniel yakin pembunuhan Gilang berkaitan dengan kejadian tiga bulan lalu. Tapi, dia tak bisa menebaknya sekarang. Ada sesuatu yang janggal di sini, tapi Daniel tidak menyadarinya.
"Niel." Nathan datang membawa sebuah flashdisk. Dia berdiri di depan meja, lalu meletakkan benda kecil itu di sana, "gue udah ambil salinan riwayat panggilan terakhir korban sama pesan-pesannya."
Daniel menganggukkan kepala, "Lo nemu sesuatu yang aneh?"
Nathan menyenderkan punggung pada dinding di sampingnya, ia bersidekap dada, "Gue lihat mobilnya Gilang lewat di CCTV deket gerbang GHS. Dia tiba-tiba berhenti gitu. Aneh, deh, pokoknya. Lo harus lihat video itu, gue udah salinkan ke flashdisknya."
Daniel mengambil flashdisk tersebut, ia mengamatinya dalam diam.
"Lo ngerasa ada yang janggal gak, sih?" tanya Nathan. Sebenarnya dia merasa aneh dengan kasus ini. Kenapa pelaku meninggalkan jejak di tubuh korban berupa simbol X? Apa mungkin ini jebakan untuk mereka? Seperti kasus tiga bulan lalu. Melalui sebuah surat berisi clue, mereka mengikuti permainan si pembunuh hingga akhir.
"Pelaku itu pasti punya motif kuat yang berhubungan sama kita," ujar Daniel. Ia mengalihkan tatapannya pada Nathan, "lo udah hubungi Paman?"
Nathan menggeleng, "Lo yang pertama gue kasih flashdisk itu."
"Baguslah, kayaknya kita gak usah kasih tahu Paman dulu."
"Lo gak mau pelaku itu justru berhasil melakukan aksinya kalau pihak kepolisian mengetahui semuanya?"
Daniel mengangguk, "Polisi terlalu lambat. Gue gak mau kejadian dulu terulang lagi."
"Tapi lo bisa dikeluarkan kalau bergerak sendirian, Niel." Nathan menghela napas, "lo bahkan bisa di drop out kalau sekolah tahu siswanya ikut-ikutan menyelidiki kasus pembunuhan."
"Gue udah sering pindah. Jadi, gak masalah kalau harus di drop out." Daniel mengatakannya dengan santai. Padahal Nathan tahu, Daniel pasti ingin tetap bertahan di Galaxy High School.
"Gak masalah your head. Trus Krystal gimana? Kasihan bro, masa lo gantungin. Krystal tuh cewek, bukan jemuran tetangga."
Daniel menaikkan alisnya, "Ngomong apa, sih, lo."
Nathan mendengus, "Ngomong sama kanebo ya gini," gumamnya lirih. Saat dia teringat sesuatu, Nathan merogoh saku celananya lalu mengeluarkan sebuah kertas. "Gue tadi pulang lewat rumah sakit, lihat Bang Esa sama bokap lo. Karena penasaran, gue ikutin dan akhirnya dapat informasi ini."
Daniel sama sekali tak tertarik, apalagi membicarakan tentang seseorang yang bernama Esa itu. Namun, ia tetap menerima kertas yang disodorkan Nathan.
"Lo yakin gak mau balik, Niel? Bokap lo sakit parah."
Daniel hanya diam, sebelum akhirnya mengatakan, "Dia masih punya satu anak lagi, buat apa gue balik?"
Pria itu berdiri lalu keluar dari kamarnya. Nathan hanya bisa menghela napas.
***
Krystal melihat-lihat foto korban pembunuhan yang telah dikirimkan Daniel padanya lewat e-mail. Ia memerhatikan sebuah tanda misterius yang membuat seolah-olah pelaku sedang mempermainkan mereka.
Decakan keluar dari bibir tipisnya, "Gak mungkin pembunuhnya sebodoh itu dengan meninggalkan jejak. Dia bikin simbol X di perut korban, pasti ada alasannya." Krystal memiringkan kepalanya, men-zoom gambar tersebut, "gue ngerasa lagi dipermainkan sama pembunuh itu. Dia meninggalkan jejak ini untuk buat yang lainnya penasaran, sekaligus untuk membuatnya dikenali secara khusus. Ya, semacam supaya dia dikenal sebagai pembunuh X?" gumamnya ragu.
Tok tok tok.
"Krystal?"
Gadis itu kelabakan menutup laptopnya. Ia merapikan meja belajarnya lalu mengambil buku asal-asalan. Krystal berdehem, "Ya, Ayah. Masuk aja."
Pintu terbuka, menampilkan sosok Gabriel yang sangat disayangi Krystal. Menurut Krystal, Gabriel adalah sosok ayah terbaik di dunia ini. Ia sangat menyayangi Gabriel dan Nadya walaupun terkadang kedua orang tuanya harus bekerja sampai larut malam dan membuatnya kesepian. Krystal merasa beruntung memiliki orang tua seperti mereka. Meskipun begitu, Krystal sangat kesal jika Gabriel sedang dalam mode protektif kepadanya.
"Kamu belum tidur?"
"Belum." Krystal nyengir kuda, menunjukkan buku yang ada di tangannya, "Krystal lagi belajar, Yah." Semoga saja ia tak dikutuk menjadi batu karena telah berbohong seperti ini.
Gabriel tersenyum, "Belajar tentang make up? Ayah tidak pernah tahu di sekolahmu mengajari materi itu."
"Ha?" Krystal membalikkan bukunya. Ia meringis, merutuki dirinya sendiri yang salah mengambil buku. Lalu pandangannya teralihkan pada Gabriel yang duduk di atas tempat tidurnya.
"Ayah mau bicara sama kamu."
Krystal merasa tegang seketika, ia meletakkan buku tutorial make up di tangannya lalu bersiap mendengarkan apa yang dikatakan ayahnya. Jantungnya berdebar kencang, semoga saja apa yang dipikirkan Krystal tidak akan terjadi.
"Harusnya dulu Ayah gak nurutin kemauan kamu, pasti gak akan ada kejadian siang ini." Krystal menggigit bibir bawahnya, ia menundukkan kepala menunggu Gabriel kembali melanjutkan ucapan. "Ayah sayang sama kamu, Ta. Kamu satu-satunya anak Ayah dan Bunda. Ayah gak mau kamu ada dalam bahaya."
"Ayah ... tau tentang kasus di sekolah Krystal?" tanya Krystal hati-hati. Ia menahan napasnya saat Gabriel mengangguk.
"Ayah juga tahu kamu diancam," ujar pria paruh baya itu datar. "Ayah mau kamu pindah sekolah secepatnya."
Krystal mengangkat wajahnya spontan, "Pindah?" Ia menggeleng keras, "Krystal gak mau," lirihnya.
"Ayah tidak meminta pendapatmu."
"Ayah!" Krystal memang keras kepala, tapi ia tak pernah bisa membantah ucapan ayahnya.
"Secepatnya kamu akan pindah, ke VHS."
Mata Krystal membulat lebar. VHS?
"Venus High School?" Gabriel mengangguk. "Krystal gak mau ke sana, Yah! Ada---" Krystal menggantungkan kalimatnya.
"Ada?"
Gadis itu menggeleng, "Gak ada apa-apa."
Bahu Krystal merosot lesu. Ya, itu sekolah Venus, tempat dimana mantannya menuntut ilmu. "Yah, apa ada pilihan lain?" tanyanya berharap. Dia takut terjebak cinta lama bersemi kembali jika satu sekolah dengan Raja. Bagaimana pun, Krystal belum move on sepenuhnya.
No no no! Gue gak mau sedrama itu sampai ngalamin CLBK!
Gabriel menggeleng, "Untuk sekarang, tidak ada pilihan lain."
"Tapi, Yah. Gimana kalau Krystal masih diancam meskipun udah pindah?"
"Kamu akan Ayah pindahkan lagi." Gabriel menjeda ucapannya, "ke luar negeri."
Krystal cemberut. Pindah sekolah aja udah uring-uringan, apalagi kalau pindah negara. "Daniel gimana? Dia juga diancam, kan?"
Gabriel menyipitkan matanya menyelidik, "Kenapa memang? Kamu menyukainya?"
Buru-buru Krystal menggeleng, "Enggak, lah." Gadis itu tertawa keras, "kan, Krystal sama Daniel udah kayak sahabat. Dia juga diancam, Yah. Sebagai seorang teman yang baik dan setia, Krystal gak bisa ninggalin dia gitu aja. Dia pasti merasa gelisah juga setelah adanya ancaman itu."
Sayangnya, Gabriel malah tersenyum pada Krystal lalu mengatakan, "Daniel bukan orang yang seperti itu. Daripada mengkhawatirkan dirinya sendiri, Ayah yakin dia lebih mengkhawatirkanmu."
Telak, Krystal tidak bisa membalas ucapan ayahnya lagi.
Ayah yakin dia lebih mengkhawatirkanmu.
Aduh, Yah. Jangan bikin Krystal melambung tinggi dan kepedean, deh. Jatuhnya tuh sakit.
"Keputusan Ayah sudah tidak bisa lagi diganggu gugat. Kamu gak perlu mencemaskan Daniel. Dia udah terbiasa dengan posisi seperti itu. Sebaiknya kamu siapkan diri sendiri aja, ya? Ayah tahu kamu gak mau ninggalin teman-temanmu. Tapi tetap saja, Ayah gak mau kamu kenapa-kenapa, Ta." Gabriel menghela napasnya, ia mengusap pucuk rambut putrinya, "kamu akan pindah lusa."
Rasanya Krystal ingin menangis saat itu juga.

***
To be continued ....
Haloha!
Gimana Part 2 nya?
Belum dapat feel dari part ini bukan? Heheh.
Tunggu kelanjutannya, ya. Untuk saat ini memang pembunuhnya masih santai-santai dulu. Dia masih menyusun rencana untuk langkah yang selanjutnya sebelum kalian mulai mendalami isi cerita.
Jadi, tetap tunggu aku update lagi, yah!
See you again, my luv🧡
Salam rindu,
Author
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top