Final

Santapan mereka telah tandas tak tersisa, tetapi bibir mereka masih terbungkam, bingung ingin memulainya dari mana.

Ada keraguan yang terpancar dari netra Yuni, keberaniannya yang ia kumpulkan sejak lama, lenyap tak tersisa saat pandangannya tak sengaja bertemu dengan netra Agus.

"Bisa kita bicarakan sekarang?" tanya Agus setelah menenggak habis air putih yang berada di dalam gelasnya.

Mulut Yuni terbuka, tetapi kalimatnya masih belum meluncur. "Bunda hamil." Kalimat itu tanpa ragu diucapkan oleh Misis.

Ceres dan Agus menatap Misis tak percaya, Misis sangat mudah mengatakan rahasia Yuni yang ingin disembunyikan dari Agus.

Yuni terdiam menunduk, tak ingin membuka suara. Beban dunia yang ia tanggung sendirian terasa sedikit demi sedikit terangkat, walaupun perasaan leganya bercampur dengan perasaan cemas dan malu, tetapi Yuni merasa masalah ini akan cepat selesai.

"Bisa tolong jelaskan?" pinta Agus. Sudah lama mereka tidak berhubungan, Agus curiga bahwa anak yang dikandung bukan anaknya.

"Saya berhubungan dengan lelaki lain, mantan saya."

Tatapan Agus memancarkan kekecewaan, Agus sudah tahu jawabannya.

"Cowok yang ke sini berarti itu cowok Bunda?" tanya Ceres yang membuat Misis dan Yuni kaget.

Berbeda dengan Agus yang geram. "Apa maksudnya? Cowok itu sampai menguntit ke rumah ini?!"

"Kamu tahu dari mana, Ceres?" Yuni sedikit takut mantannya mendatangi kedua anaknya, mengganggu kehidupan pribadi mereka, bahkan Yuni takut mantannya itu dalang dari surat kaleng yang didapatkan kedua anaknya.

"Ceres nguping saat cowok itu ngobrol sama Misis di depan rumah." Misis menatap Ceres kaget, jadi Ceres selama ini pura-pura bego?

"Mantan kamu kenapa sampai menganggu anak kita? Kalau sampai papah tahu, semurka apa beliau sama kita?" tanya Agus yang tengah memikirkan reaksi Wijayanto.

"Sudah pasti keluargaku menanggung malu," lanjut Agus dengan suara parau.

"Kalau saya minta kita bercerai, bagaimana?" tanya Yuni ragu.

Agus menggeleng, ia tak menyetujui ide konyol itu. "Tidak, ide itu terdengar sangat konyol ditelingaku."

"Kalau Bunda sama Papa pisah, kita gimana?" tanya Ceres sendu.

"Coba pikirkan lagi, kita juga harus memikirkan Ceres dan Misis," ujar Agus takut jika Yuni masih kekeh untuk berpisah.

Yuni menghela napasnya kasar. "Selama ini saya masih kuat bertahan, tetapi sudah saatnya saya menyerah. Ini cara satu-satunya supaya kita bisa hidup tenang, tanpa surat kaleng yang menganggu kehidupan kita. Bukan hanya saya saja yang mendapatkan teror itu, Misis dan Ceres juga mendapatkannya. Kamu tega membiarkan anak kita diganggu oleh orang asing?" tanya Yuni yang sudah sangat putus asa.

Fakta terbaru bagi Agus bahwa keluarganya selama ini diganggu orang asing. Mengapa dirinya baru tahu? Selama ini dirinya terlalu tidak peduli dengan keadaan yang terjadi di rumahnya.

"Bunda juga diteror?" tanya Ceres dan Misis yang mendapatkan pernyataan mengejutkan dari Yuni.

"Bagaimana kalau yang selama ini meneror adalah mantan kamu? Cowok yang menguntit Ceres dan Misis!" tuding Agus membuat mereka kembali berpikir.

Berbeda dengan Yuni, ia malah tertawa nyaring, ia menjadi sedikit ragu, tetapi kepalanya kemudian menggeleng, ia harus percaya bahwa mantannya tak berbuat neko-neko. "Buat apa mantanku mendambakan nilai mereka? Ikut campur kisah asmara serta kehidupan Misis dan Ceres? Untung yang dia dapatkan apa?"

"Bisa saja bahwa mantan kamu iseng," jawab Agus dengan bodohnya.

"Mantanku enggak segabut itu, dia punya pekerjaan yang harus diurusi dan dia punya anak yang harus dia rawat."

Ceres dan Misis saling pandang. Jadi, dirinya akan mempunyai saudara tiri?

***

Yuni dan Agus perlu membicarakan masalah serius ini, tanpa kehadiran Misis dan Ceres tentunya.

"Kamu yang apa-apaan, minta cerai seenaknya? Kamu enggak mikirin gimana perasaan saya, Misis, dan Ceres?!" tanya Agus dengan suara yang dapat didengar oleh Misis dan Ceres di depan kamar.

Yuni menatap nanar sang suami. "Perasaan kamu? Serius? Boleh ngakak enggak sih?" Yuni terbahak, kalimat yang baru saja ia dengar benar-benar sangat lucu baginya.

Agus menatap Yuni tak percaya, ia sedang tidak bercanda saat ini!

"Mikirin perasaan kamu? Kamu sendiri mikirin perasaan kita enggak? Sejak kamu ketahuan sama Ceres makin gila main belakang, aku udah enggak pernah mikirin perasaan kamu, kamu mau pulang? Silakan. Kamu enggak pulang juga, aku udah enggak peduli!" murka Yuni dengan suara tak kalah nyaring.

Sebutlah Yuni penipu ulung, nyatanya Yuni masih peduli hingga saat ini. Buktinya, ia masih mengurusi tetek bengek muntahan Agus tadi pagi.

"Saya enggak bakalan main belakang, kalau kamu enggak kayak gini."

Saling menyalahkan satu sama lain, seakan-akan paling benar membuat masalah ini tak kunjung kelar.

"Ngaku aja deh, kamu lebih gila lagi kan main belakang? Buktinya kamu sampai hamil!" Tudingan Agus membuat hati Yuni teriris.

Yuni tertawa miris. "Aku enggak kayak wanita murahan kamu itu, kalau kamu mau tahu, aku hanya berhubungan dengan mantanku."

"Enggak ada bukti kamu cuman berhubungan sama dia!" tuding Agus yang masih mencari-cari kesalahan Yuni.

"Dan kamu juga enggak ada bukti untuk nuduh aku bermain sama pria lain selain mantanku," ujar Yuni membalikkan kalimat Agus.

"Baiklah, sekarang kamu mau apa? Apa pun selain kata cerai," ujar Agus masih berusaha untuk mempertahankan keluarganya.

Yuni menggelengkan kepalanya. Cukup sudah, ia tak ingin lagi bertahan. Pria pandai menjilat, mungkin kali ini lidahnya sangat manis, tetapi saat wanita sudah menggigitnya, hilang sudah ucapan manis bersama janji palsunya.

"Aku tetap ingin bercerai, Agus. Tolong mengertilah, aku sudah lelah bermain peran!" final Yuni dengan suara bergetar.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top