-MISSHELLA : 26

'Merelakan yang sudah pergi adalah jalan terbaik agar tidak kembali tersakiti.'

-----

Sore ini Shella keluar dari rumah sakit bersama Dewa, ia dan pacarnya ini menemani Hilma dan suaminya untuk menjaga Fatih di ruang ICU. Fatih mendapatkan perawatan yang sangat itensif sebab ada beberapa syaraf yang rusak, mereka tidak ada yang tahu bagaimana Fatih bisa seperti ini, ayahnya Fatih tidak akan tinggal diam jika anak semata wayangnya ini harus terluka tanpa alasan yang benar-benar jelas.

"Kamu mikir engga sih kalo Fatih kena begal?" tanya Shella tiba-tiba saat sudah berada di dalam mobil, ada bang Rio dan Bagas juga di depan.

"Aku sempet mikir gitu sih."

Mobil mereka menjauh dari halaman parkir rumah sakit.

"Lo kerumah gue dulu ya Bagas, Dewa. Ganti baju lo banyak darahnya gitu," ucap Rio yang masih memfokuskan pandangannya ke jalanan. Dari pagi hingga sore Bagas dan Dewa tidak sama sekali mengganti baju mereka yang terkena darah Fatih, darah yang ada di baju mereka hingga mengering namun tidak terlalu bau.

Dewa dan Bagas hanya menggangguk nurut.

"Bang, tapi kalo begal engga mungkin kayak gitu kan bang? Kejam amat tu begal sih gila. Biasanya begal cuma ambil motornya doang engga sampe nyiksa gitu," jelas Bagas panjang.

Shella dan Dewa saling melempar pandangan, sedangkan Rio memfokuskan pandangannya ke jalan raya.

"Gue rasa dia ada masalah lain deh, ya nggak bang?" tanya Dewa lagi, Rio mengangkat bahu tak acuh. Bukan karna Rio tak perduli dengan Fatih yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri tapi ia juga bingung harus berkata apa, jika ia berkata ini itu ia takut salah karna ia memang tidak tahu apa-apa tentang ini.

"Biarin pihak yang berwajib aja suruh selesaiin. Tugas lo-lo pada belajar yang bener!" tegasnya, mereka semua hanya mengangguk mengerti kecuali Shella. Shella sudah tertidur dengan kepala yang ia miringkan ke arah kanan membuat kepalanya terbentur kaca sesekali saat mobilnya melewati jalanan yang sedikit rusak.

Dewa mendekat pelan-pelan lalu membaringkan kepala Shella di atas dadanya dengan sangat hati-hati takut tidur kekasihnya itu terusik. Rio sibuk dengan jalanan, Bagas juga sibuk denga ponselnya jadi Dewa leluasa untuk mendekati Shella.

Tak perduli bajunya bau amis atau tidak yang penting Shella mendapatkan posisi nyaman, dari pada ia harus berkali-kali terbentur kaca.

-----

"Eh! Eh! Mau ngapain lo?" tegas Rio yang melihat Dewa sudah keluar mobil dengan membawa Shella dalam gendongannya.

"Bawa ke kamar bang, kayaknya dia kecapean banget," jawab Dewa.

Rio menggeleng, ia mendekat ke arah Dewa lalu mengambil alih Shella dari gendongan Dewa.

"Nggak bakal biarin adek gue masuk berdua ke kamar sama jantan selain gue!" Rio berjalan meninggalkan Dewa dan Bagas yang menatap heran kepergiannya.

"Calon abang ipar lo posesif banget bro!" Bagas merangkul Dewa dan berjalan memasuki rumah Shella. "Btw motor gue gimana? Adakan?"

"Ada di rumah gue, point pentingnya engga jadi gue jual. Motor lo belum lunas soalnya!" Dewa terkekeh lalu tanpa permisi ia langsung duduk di atas sofa, di ikuti oleh Bagas tentunya.

"Sialan lo! Motor gue kado ulang tahun dari bokap itu!"

"Bersihin badan kalian sana, nanti gue cariin baju sama celananya." Rio berjalan turun dari tangga selesai dari kamar Shella. Ia pun ikut bergabung dengan Dewa dan Bagas.

"Shella kalo tidur emang gitu? Susah di banguninnya?" tanya Dewa, membuat Rio tersenyum.

"Susah, emang dia udah dewasa? Dia mah masih anak kecil." bersamaan dengan itu bi Jum datang membawa tiga gelas minuman dan beberapa cemilan. "Makan, anggap aja rumah sendiri asal jangan di jual aja!" mereka semua terkekeh akibat ucapan Rio.

-----

"Biarin aja dia lolos kali ini, tapi lain kali engga akan lolos dari gue!" ucapan itu menggema di ruangan serba hitam dengan bau apel.

"Gue di putusin sama dia! Gue mau lo harus balas dendam. Jangan cuma sama Fatih tapi sama Shella juga!" gadis bertopi putih ini ikut duduk bersama di atas sofa.

"Fatih gue yang urus, lo urus Shella!"

"Lo abang terbaik deh buat gue! Tapi lo lukain Fatih jangan terlalu serius, kalo gue lukain Shella sampe mati baru enggak apa-apa!" ia tertawa licik, lalu bertos ria dengan minuman yang ada di tangannya.

-----

"Shella!" panggil seseorang dari belakang, orang yang mempunyai nama pun menengok. Dan mendapati Alasya di sana dengan sebuah buku bersampul putih.

"Kenapa?" tanya Shella menaikan alis kirinya.

"G-gue cuma mau minta maaf gue nyesel udah ngelakuin itu semua. Engga seharusnya gue ngelakuin itu sama orang sebaik lo Shell, maaf," ucapnya memegang kedua bahu Shella. Shella pun tersenyum hangat.

"Gue udah maafin lo dari sebelum lo minta maaf."

Alasya memeluk tubuh Shella, sesekali ia mengelus halus rambut Shella dan menyeringai licik di belakangnya.

"Sore ini lo gue terakhir makan. Tapi cuma lo sendiri jangan ajak yang lain, itung aja tanda minta maaf dari gue."

"Gue usahain deh," jawabnya, mendapatkan acungan jempol dari Alasya. Alasya pergi begitu saja tanpa berkata apapun.

"Kenapa?" tanya seseorang tiba-tiba membuat Shella sedikit terlonjak kaget.

"Ngagetin!" banyaknya.

"Maaf Shella ku sayang!" Linka menggandeng tangan Shella untuk segera menuju kelasnya. "Cie yang abis peluk-pelukan sama Alasya."

"Dia minta maaf sama gue," jawab Shella jengah.

"Terus lo maafin?" Shella mengangguk. "Najis. Kalo gue yang jadi lo engga akan tuh gue maafin nene lampir kayak dia."

"Linka, sang pencipta aja mau maafin kesalahan manusia yang sebanyak buih di lautan, masa gue yang cuma hamba berdosa engga mau maafin sesama manusia. Engga boleh jadi dengki hanya karna satu masalah." Linka di buat kagum oleh wanita di sampingnya ini, meskipun sudah berkali-kali di jahatin hatinya tetap saja mirip bidadari. Meskipun sudah banyak hatinya di lukai tetap saja hatinya masih mudah untuk memaafkan.

"Salut gue sama lo!" ucap Linka.

"Jangan salut sama gue kalo gue belum bisa jalan di atas air!" Shella terkekeh pelan.

"Auto ngalahin Raden Kian Santang lo Shell." Linka duduk di bangkunya di susul oleh Shella di sampingnya, tak lama Dewa datang hanya membawa diri tanpa membawa tas atau buku sama sekali.

"Dewa lo nggak bawa tas?" tanya Candra yang entah sejak kapan juga sudah ada di bangkunya.

"Tas gue sama Bagas, dan sialnya gue engga tau tuh bocah lari kemana abis di kejar-kejar sama Riama di mintain tanda tangan!" Dewa menarik nafasnya pelan-pelan agar nafasnya kembali beraturan tak memburu seperti ini.

"Pagi," sapa Dewa berhenti tepat di depan wajah Shella.

"Pagi-pagi udah pacaran!" teriak Candra.

"Hareudang ... Hareudang ... Hareudang ..." Ucok mengangkat tangannya lalu berjoget ria di depan kelas. "Panas ... Panas ... Panas ..." sambungnya, ia tetap melanjutkan jogetannya.

"Selalu ... Selalu ... Selalu ..." Candra menimpali dan ikut menaiki mejanya untuk berjoget.

"Panas dan hareudang..." sahut keduanya bersamaan.

"Penghuni kelas ini gila semua kecuali gue!" Linka cengengesan ke arah Shella membuat mukanya di raup oleh tangan Shella. "Tangan lo bau azab Shell!"

"Tangan gue wangi gini!" elaknya, mencium punggung dan telapak tangannya sendiri. Dewa pun menarik tangan Shella mengendusnya dari jauh.

"Engga bau! Idung lo terlalu deket sama mulut itu!" Dewa kembali menarik tangan Shella, namun kali ini tidak ia endus melainkan ia cium punggung tangan Shella membuat sang empunya salah tingkah. Dewa terkadang kalo mau romantis-romantisan memang tidak pernah melihat situasi dimana pun jadi.

"Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga." Ucok kembali bernyanyi dan bejoget di depan kelas. "Hai begitu lah kata abang Dewa!"

"Hobah! Bakar sekolahan nya!" sahut Candra yang masih berdiri di atas mejanya.

Mereka terus bernyanyi untuk menggoda Shella dan Dewa yang sedang kasmaran, mengabaikan ocehan lantang Linka yang sudah memakinya beberapa kali. Tak heran jika kelas ini selalu ramai bak pasar, sebab penghuninya pun adalah makhluk astral.

Tiba-tiba kelas menjadi hening, Candra langsung lompat dari mejanya akibat reflek. Bukan karna ada guru yang datang tapi ada kekasihnya datang membawa satu kotak bekal.

"Eh ada my queen," ucapnya mendekat ke arah Bella.

"Laksmana raja di laut ber--"

"Berisik gue rontokin tulang kering lo ya!" bentak Candra pada Ucok yang akan mulai bernyanyi lagi.

"Tadi aja lo rusuhin orang, pas dirusuhin balik engga mau! Dasar jantan!" Ucok pergi melempar satu buah pulpen ke arah Candra yang dengan sigap langsung di tangkapnya.

"Lumayan engga punya pulpel kan gue!" Candra memasukan pulpen itu kedalam saku celananya. "Ini buat aku my queen?" Bella mengangguk lalu memberikan kotak makan itu ke Candra.

"Kapan ya gue di bawain bekel kayak gitu," ucap Dewa melirik Shella yang sedang menulis, ah lebih tepatnya menyalin pekerjaan Linka.

"Iri yaa?!" tunjuk Candra dari depan. "Makannya cari yang bisa masak!"

"Lo pikir gue nggak bisa masak?!" teriak Shella, seketika kelas tambah hening. Dewa menatap Shella heran, sedangkan Linka menatapnya tak heran. "Masak organ tubuh lo aja gue bisa!"

Bella menggeleng berkali-kali menarik Candra menuju belakang tubuhnya, "Jangan-jangan! Nanti kalo Candra lo masak siapa yang nganterin gue pulang?!"

Seisi kelas mendadak ramai dengan suara ketawaan, "Jadi Candra cuma lo anggap supir nih? Yah gue si miris!" ledek Shella, yang di ledekpun tak sampai hati menanggapi ucapan pedas Shella

"Udah lanjutin kerjaan kamu dulu," ucap Dewa namun di abaikan oleh Shella.

"Gue injek lo Shell!" jawab Candra berkacak pinggang dari belakang tubuh mungil Bella.

"Gue bilangin bapa gue! Bapa gue kan galak!" balas Shella tak kalah teriak.

"Apaan! Bapa lo ketemu gue diem-diem bae kaya orang belum ngopi!"

"Shell udah." Pinta Dewa sabar, apa mungkin Dewa menanggapi pertengaran antara teman dan pacarnya ini sungguhan.

"Sialan lo! Bapa gue engga pernah ngopi!"

"DIEM ATAU AKU CIUM?!" sepertinya Dewa kehabisan kata-kata untuk memberhentikan Shella dari aksi adu bacotnya, sehingga kata-kata itulah yang paling mampu membuat Shella diam.

Tubuh Shella menegang, jantungnya berdegup lebih kencang, pipinya sudah semerah tomat.

"Diem!" tegas Dewa, Shella pun dia dalam duduknya. Suasana kelas kembali seperti biasa mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, tapi Shella? Ia masih berdebat dengan jantungnya kenapa tidak bisa berdetak dengan normal kali ini! Pliss seseorang tolong Shella.

-----

KELAR!!!

HUFTTT! LELAH BOR!!

Author juga korban lockdown nih^^
Maaf ya lama update.

Mau lanjut apa berhenti sampe sini nih? Komen aja kalo mau lanjut:v

-Jangan lupa votenya di kiri bawah!
-jangan lupa komennya juga! Author seneng loh kalo kalian ngebala di kolom komentatii ehe '-'0

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top