-MISSHELLA : 12
'Terkadang yang manis belum tentu baik
dan yang pahit belum tentu buruk'
🌈🌈🌈🌈
Bel pulang berbunyi, Shella segera membereskan seluruh buku yang berserakan diatas meja.
Setelah tiga jam bolos pelajaran awal, ka memutuskan untuk kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran hingga akhir. Tidak ada satupun materi yang masuk keotaknya, semuanya buntu hanya ada pandangan kosong saja berasa punya badan tapi tidak punya jiwanya.
"Cafe yuk." Dewa muncul di depan Shella dengan almet hijau lumut yang menutupi seragamnya, Fatih udah pulang bareng Alasya tanpa pemit pada dirinya, sakit boy sakit!
"Hmm." Shella berfikir sejenak, "Ayok deh!" Putusnya lalu ikut bareng Dewa, ninggalin Linka dibangku sendiri.
Saat dimotor tidak ada percakapan, Shella hanya diam mandangin jalan raya yang sepi dan hampir becek akibat grimis tadi.
Beberapa menit berlalu kini ia udah ada di Cafe tempat biasa Shella nongkrong, ia duduk di area in dor samping pohon sakura plastik. Ada taman kecil didalam Cafe ini walaupun kecil tetapi indah banget ada air mancur dan beberapa bunga yang menghiasi, jarang sekali ia menemukan taman di dalam Cafe seperti ini.
"Minum apa? Makan apa?" Sejak kapan Dewa manggil pelayan? udah ada didepan aja.
"Green tea pake es, makanya seterah lo." Pandangan Shella menyapu bersih seluruh sudut Cafe ini, Cafe dimana semua kebahagiaannya di ukir saat bersama Fatih. Shit! kenapa ia jadi mengingat Fatih.
Setelah pelayan pergi Dewa membuka tasnya lalu membuka satu buku bersampul hijau itu, buku Fisika sudah terlalu hafal Shella dengan sampulnya.
"Niat kesini mau belajarkan?" Mata Shella membulat sempurna, sungguh Shella tidak ada niatan buat belajar sekarang moodnya sedang tidak baik.
Shella menggeleng banyak sekali "Males."
"Gue tau lo suka sama sahabat lo sendiri," Sesak, kaget, campur jadi satu. "Gue tau dari bagaimana cara lo natap Fatih, dan tadi lo bohong tentang perasaan lo sendiri."
Shella tidak bisa bohong soal ini, entah dari kapan ia suka dengan Fatih. Shella juga tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.
"Apaan si lo gaje banget!" jawab Shella kesal, sudah benar-benar hancur sekarang moodnya.
Dewa terkekeh, "Jadi gini." Dewa menatap Shella, majuin sedikit mukanya, "Lebih lelah bertahan dengan perasaan sendiri atau mundur dengan perasaan yang sama namun sakitnya luar biasa?"
Sepandai apapun Shella untuk berusaha bohong, tapi ujung-ujungnya akan ketauan juga. Bingung, sebenarnya sejak kapan Shella punya perasaan ini? apa ia cemburu jika Fatih lebih deket yang lain? ah bingung.
"Udah jangan ngomongin ini," pintanya.
Engga lama setelah itu pelayan datang bawa nampan yang berisikan pesanan mereka.
Setelah beberapa menit kedepan Shella hanya membicarkan pelajaran meskipun awalny Shea tidak berminat sama sekali untuk belajar dan beberapa kali dengerin ocehan Dewa yang lumayan receh.
-----
♬ Berdansa sore hari ku
sejiwa alam dan dunia ku
melebur sifat kaku ku
kau bodoh jadi lucu
obrolan tak perlu kala itu ♬
merdunya alunan musik yang keluar dari ponsel membuat suasana lebih terasa sepi hanya ada suara gesekan kecil yang diciptakan ranting-ranting pohon diluar, itupun samar-samar suaranya. Tiduran menatap langit-langit kamar dan ditemani satu boneka bear ungu, membiarkan seluruh pikiran yang ada saling bertabrakan didalam otak.
Terkadang bergelut dengan fikiran sendiri membuat gila, entah harus mengikuti kemauan otak atau hati.
Mempunyai sifat labil seperti ini sangat lah menggangu, terkadang menginginkan suatu hal mutlak hanya kita yang memiliki tetapi hal tersebut sudah milik orang lain? Bagaimana?
Perasaan apa ini, seharusnya seorang sahabat tidak mempunyai perasaan ini. Rasa ingin memiliki. Apa terlalu bodoh jika bersahabat namun tak sengajak melibatkan perasaan yang di diamkan lama-lama semakin terjerumus masuk kedalam.
Tidak, seharusnya tidak seperti ini. Shella salah dengan melibatkan rasa ini untuk Fatih, sahabat kecil yang selalu berhasil nenangin saat suara gemuruh menyeruak di seluruh luasnya langit, sahabat yang selalu mengukir senyum di bibir akibat satu tingkah yang tidak masuk akal.
Fatih, Shella tidak tau sejak kapan suka samanya. Entah sejak kita pertama bertemu atau baru beberapa minggu yang lalu. Ada rasa yang tidak enak di dada saat Shella melihat Fatih berdekatan dengan Alasya terlebih sekarang kalian sudah pacaran, apa Shella cemburu? Jika tidam kenapa rasanya sesak dan jika iya kenap Shella masih tersenyum di depannya?
Shella mengehela nafas kasar rasanya capek banget buat ngerasain hal ini.
Hanya satu yang ia ingat, Shella sayang dengan Fatih entah sejak kapan dirinya sendiri juga tidak pernah menyadari sebab dari dulu Fatih selalu dekat dengannya, intinya Shella yakin jika dirinya benar-benar sayang dengan Fatih.
Suara pintu terbuka, Shella melihat ada Rio di sana dengan jas biru tua dibalut dengan kemeja putih di dalamnya dan celana yang senada dengan jasnya.
Dia masuk lalu duduk dipinggir kasur, "Galau amat kayaknya, diselingkuhin ya?"
Shella menagap Rio sinis, "apaan si gaje lo!"
"Ga usah galau-galau cowok engga cuma satu, ilang satu cari yang lain." Rio mainin kedua alisnya.
"Bukannya gitu bang." Shella menarik nafas sejenak, lalu membuangnya halus " Gue laper bang makan yuk," kalimat itu muncul, Shella tidak tahu harus bicar apa tidak mungkin jika oa cerita tentang perasaan ini ke Rio nanti yang ada Shella malah di ketawain makannya ia milih ngalihin pembicaraan.
"Ayok dah, gue juga belum makan." senyum Shella mengembang mendengar jawabannya.
Shella melirik Rio dari ujung kaki hingga ujung kepala, "Ganti baju dulu bang sono!"
"Engga usah ah lama," dia nyengir kuda.
"Ish, nanti disangka jalan sama om-om gue kalo lo pake jas begini!" Shella memanyunkan bibir. Kayaknya Rio bakalan marah nih Shella ngomong kaya gitu hehe.
"Engga udah ayok! Abang lo ganteng banget begini mirip syahrukhan," jawabnya sangat-sangat percaya diri. "Ayo buruan keburu gue berubah pikiran."
"Eh iya ayo!" Shella bangkit dari tempat tidur lalu segera ngambil tas slempang kecil yang ia gantungkan di belakang pintu, lalu segera keluar kamar lebih dulu ninggalin Rio dikamar.
Rio nyusul Shella yang berdiri diambang pintu, "Tambah sayang deh sama lo kalo setiap hari mau gue ajak makan."
"Bisa aja lo ah." Rio ngacak-ngacak rambut Shella.
Mereka pun pergi menuju cafe yang sudah dipilih dengan kesepakatan bersama, duduk di bagian Out Door dari cafe ini.
menikmati suasana sang surya yang sudah hampir lelah menyinari bumi dari pagi hingga saat ini hanya sebagiannya yang terlihat.
Membiarkan angin nabrak semua kulit dan menghempas lembut rambut Shella, ditemani dengan segelas green tea dan Rio tentunya.
Green tea, minuman yang selalu membuat Shella rileks seketika, kesukaannya pada minuman teh hijau ini sangat lah tinggi sampai tidak bisa menolak rasa ini. Walaupun tidak terlalu manis hanya dominan rasa teh tapi minuman ini sangat menggambarkan kehidupan, manis belum tentu enak dan pahit belum tentu buruk walaupun hidup ini pahit tetapi cari sisi baiknya saja nikmati jika sudah berhasil menikmati alur hidup ini maka akan terasa sangat istimewa. Ya mungkin kesimpulannya adalah bahwa yang pahit belum tentu buruk, terkadang yang pahit akan terasa nikmat sang pencintanya.
"Warna jingganya bagus." Rio nunjuk kesebelah barat, lebih tepatnya ke awan yang menjingga disana.
"Bagus, kayak gue." Shella terkekeh, menyeruput green tea yang sudah sisa setengah dicangkir bermotif bunga ini.
"Lu mah jelek!" jawabnya enteng. Dasar abang laknat.
"Bodo amat ah, yang penting gue kenyang!" Shella tertawa mandangin Rio yang udah keliatan kesal dengan ucapannya, gampang banget kesel dia sekarang.
"Kalo ada apa-apa cerita ya." Rio menatap wajah cantik Shella lekat, yang di pandang hanya bisa buang pandangan ke sembarang arah karna terlalu takut jika dia udah ngomong dengan nada seserius ini.
"Hmm." Mata Shella masih saja natap ke arah barat, tanpa niat membalas tatapan Rio. Mulutnya seakan bisu seketika saat ini juga.
"Gue ga mau lo banyak pikiran, pikirin aja sekolah lo engga usah mikirin cinta-cintan gue ga suka kalo ujung-ujungnya lo sakit hati cuma karna cowok yang engga bisa peka sama perasaan lo." Rio nyeruput kopi cappuchino yang ada didepannya.
"Gue nggak mau liat air mata lo, cukup untuk hari dimana bunda ninggalin kita semua gue liat air mata lo jangan untuk hari ini esok atau lusa. Kecuali itu air mata kebahagiaan."
Yaallah, terimakasih sudah mengirim seorang abang yang baik kaya Bang Rio didalam hidup Shella.
Saat-saat kayak gini Shella merasa jika dirinya adalah adik yang paling beruntung diseluruh dunia karna punya Rio, walaupun terkadang sikapnya yang selalu bikin kesel tapi disisi lain dia punya sikap yang benar-benar peduli dengannya. Gue sayang sama lo bang! tapi Shella sulit buat ngomong langsung kalo dia sayang sama abangnya ini mungkin Shella terlalu gengsi tapi rasa sayang ini bisa ia tunjukin lewat prilakunya pada Rio.
"Gue beruntung banget punya abang kayak lo." final hanya kata itu yang mampu keluar, mata Shella memanas seketika air mata ini membasahi pipi.
Rio yang duduk didepannya segera pindah duduk di samping, "Barusan gue bilang jangan keluarin air mata lo gue ga suka." Rio menghapus air mata Shella pakai ibu jarinya.
"Dasar adek cengeng." tanpa aba-aba Shella langsung nubruk dada bidang Rio, bodo amat bau keringat apa engga intinya Shella nyaman.
"Makasih udah mau jadi abang sekaligus sahabat buat gue," suara sesenggukan Shella terdengar sangat pelan.
"Gue bakal jagain lo kaya bunda jagain lo dulu." Rio ngelus pelan rambut Shella. "Bahkan gue bisa ngebunuh orang yang berani nyakitin lo." Segitunya dia sayang sama Shella? makasih.
Ini tidak bisa diungkapin dengan kata-kata, bingung mau bagaimana Shelle deskripsiin keadaan ini tapi intinya lo terbaik bang!
Shella nenggelamin kepalanya semakin dalam, tanpa peduliin pasang mata yang melirik mereka berdua. Bodo amat Shella meluk abangnya sendiri kenapa sirik? bodo ga peduli.
⚊⚊⚊⚊⚊⚊⚊⚊⚊⚊⚊⚊
KELARRRRRRR!!!....
Hufttt....
akhirnya bisa update lagi, maaf ya setelah terabaikan beberapa hari authornya sakit wkwk
nikmatin aja ya ceritanya!!
️✔ Jgn lupa Klik tombol bintang dibawah kiri yaa!
️✔ Jgn lupa komen juga dong!
️
✔ Kibarkan perasaan kalian disini, setelah baca cerita ini!
️✔ Happy Reading♡
-Coretan_badai
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top