-MISSHELLA : 01


Ini cerita pertama gue. Jadi masih jauh dari kata bagus, apa lagi dari kata sempurna.
Mohon di maklumi.
Silahkan tinggalkan komen kalian di narasi atau diksi yang salah ya! Akan di revisi sesuai komen dari kalian!

"Tidak ada orang yang bisa menilai dirinya sendiri kecuali orang lain."

__________________________________

"Di cintai kembali atau tidak itu bukan urusan ku, tugas ku hanya mencintaimu. Menikmati setiap lengkung senyum manis mu."

"Shella gue tidur ya."
"Shella gue mabar ya."
"Shella gue kekamar mandi ya."
"Shella sepatu gue kemana?"
"Shella gue jumpalitan ya."
"Shella gue ngadem ya."

Banyak, deh, Shella yang lainnya di dalam kelas.

Ini kelas IPA 2, kelas yang selalu rame dan berisik saat tidak ada guru yang mengajar, selalu heboh, berisik, abstrak selalu bikin sang ketua kelas toxic. Abstrak di sini bukan berarti kelas mereka tidak terlihat, tapi abstrak di sini mengartikan bahwa kelas mereka sudah tidak terlihat bentukannya karena terlalu berantakan.

Kelas yang udah berisik, berantakan tidak jelas deh pokoknya, ruang kelas udah kaya kapal pecah bayangin kapal pecah kaya gimana.

Belum lagi ditambah berisiknya suara-suara bocah yang main tik-tok, Mobile Legends dan suara toa-toa mulut.

"WOIII IBU NEGARA! LO DIPANGGIL BU DIVA KE KANTOR SEKARANG!"

Linka namanya sahabat Shella yang selalu bikin Shella kesel karna suaranya yang gedenya naujubillah.

"Ga usah teriak-teriak bisa'kan? pecah nih lama-lama gendang telinga gue!" Jawab Shella yang sedikit teriak karna udah kesel.

"LO UDAH DIKASIH TAU SAMA SAHABAT BUKANNYA TERIMAKASIH EWHH!"

Emang budek emang, dibilang jangan teriak-teriak malah semakin teriak, untung Shella salah satu spesies manusia yang penyabar.

Shella sengaja tidak jawab pertanyaan Linka, dia bangkit dari duduk segera berjalan menuju kantor.

Kaki Shella membawanya nyusurin satu persatu anak tangga dengan sangat-sangat anggun, sampai dilantai satu. Berpijak indah menginjaki satu persatu ubin dilantai.

Shella mengabaikan pikirannya yang penting sampe kekantor, Shella berputar kearah samping sekolah bukan langsung lewat depan, jalan ini lebih jauh untuk sampai ke ruang guru dari pada lewat depan.

"Jangan dipaksa nanti robek!"

Waduhh ... suara apaan itu? Saat Shella jalan didepan gudang yang posisinya lagi sepi begini jangan-jangan.

"Kalo engga dipaksa lama masuknya!"

Sumpah demi celana dalem pororo warna pink punya tetangga, ini hati Shella penasaran banget sama itu suara.

Jangan bilang ada setan lagi nganu? Tidak pikiran Shella sudah terbang jauh ke arah sana, jangan sampe hari indah Shella jadi sial karna melihat hal tak lazim seperti itu.

Entah apa yang ngedorong Shella buat beraniin diri mendekat, kaki Shella terus mendekat. Tangan kanannya sudah bertengger di atas knop pintu gudang. Mulutnya sudah berkomat-kamit baca doa sejenak sebelum membuka pintu, jaga-jaga kalo mata Shella nangkep yang engga-engga jadi lumayan sedikit berkah.

Pintu gudang terbuka dan....

"LO NGAPAIN DISINI HAH! TEMEN-TEMEN LO DIKELAS LO MALAH NGAYAB MAIN DEBU DISINI!"

Teriakan Shella menggema dipenjuru gudang setelah melihat Alfatih dan Dewa sedang memasukan beberapa tumpukan kertas ke dalam map coklat.

"Jangan galak-galak apa," ucap Dewa yang masih sibuk dengan beberapa tumpukan kertasnya.

"Tau lo! kita itu disuruh bu Dina buat masukin ini kertas mau dipake buat bungkus gorengan katanya," timpa Fatih.

"KALO UDAH SELESAI BALIK LO LANGSUNG KEKELAS! SAMPE GUE DATENG LO BERDUA GA ADA GUE TENDANG-TENDANGIN LO!"

Ancam Shella udah kaya emak-emak kontrakan yang nagihin uang kontrakannya. Shella langsung pergi gitu aja menuju kekantor, balik ketujuan awal gue buat ketemu Bu Diva.

Sesampainya dikantor Shella segera nyamperin Bu Diva yang lagi duduk dikursinya. "Ibu manggil saya bu?" tanya Shella sesampainya di depan bu Diva lalu menyalimi tangannya.

"Bukan! Ibu manggil anak curut!" jawab bu Diva bercanda. Shella hanya ngedengus pelan.

"Kelas aman?" Tanyanya.

"Beuh, aman banget bu," jawab Shella bohong. Kenyataannya kelasnya sangat acak-acakan sampai tidak terlihat seperti ruang kelas, lebih tepat di sebut gudang.

"Ibu engga masuk hari ini, jadi kalian cuma ibu kasih tugas!" Lanjut Bu Diva, lalu mengulurkan selembar kertas yang dapat Shella terka-terka adalah isi soal yang harus di kerjain nanti.

"Siap bu!" jawab Shella, memperlagakan seperti orang hormat bendera.

"Jangan ngomong saja! kumpulin hari ini! ibu mau kesalon."

Setelah berpamitan ke Bu Diva lalu keluar kantor Shella berjalan sendirian dilorong sekolah yang terlihat sangat sepi, sampai suatu tikungan tubuhnya adanya nabrak.

Sontak Shella agak terhuyung kebelakang, kertas yang di berikan Bu Diva jatuh ke lantai, Shella jongkok mengambil kertas yang di kasih Bu Diva. Sebelum Shella bangkit dia melihat ada uluran tangan didepan wajahnya, tapi Shella bangkit tanpa menerima uluran tangan itu.

"Kalo jalan tuh liat-liat!" ucap Shella kesal.

"Seharusnya lo yang liat-liat! jalan tu pake mata!" jawab cowok yang sekarang berdiri tepat di depan Shella.

Belum saja di sleding Shella sampai depan monas, bukannya minta maaf malah balik ngegas.

"Hello mas nya belajar dimana si? jalan itu dimana-mana pake kaki bukan pake mata!" jawab Shella dengan muka sok berani

Tunggu-tunggu, selama hampir tiga tahun ia sekolah di sini tapi Shella tidak pernah melihat cowok ini, jangan-jangan anak baru bisa kali Shella kerjain.

Bukannya minta maaf itu cowok malah jalan pergi meninggalkan Shella dilorong sekolah.

"Idih najis!" umpat Shella ke cowok itu, meskipun Shella tau dia engga bakal denger suaranya.

Sampai di depan kelasnya ia sudah di suguhkan pemandangan yang tidak mengenakan hati, ini sangat memalukan untuk kelas IPA 2 yang sudah terkenal sebagai kelas unggulan sebab ada sepatu yang bertengger diatas pintu masuk kelasnya.

"WOI INI SEPATU SIAPA! GUE BUANG NIH!" Teriak Shella bertanya keseluruh temen kelas yang awalnya sibuk sendiri-sendiri kini mulai memfokuskan pandangannya ke arah kepada Shella.

hening sejenak hanya melemparkan pandangan satu sam lain.

"Bukan gue!"

"Bukan punya gue!"

"Punya mamang gue kali!"

"Punya mang asep kali!"

"Bukan goblok punya Pak Jayat kali!"

"Apaan si pea punya bu Dikancut huahaha..." suara tawa menggema diseluruh isi kelas.

"DASAR BOCAH KAGA WARAS!" Shella ngambil sepatu yang ada dipintu, saat Shella ingin melempar sepatu itu, tapi di tempat yang putih-putihnya itu ada tulisan rasa-rasanya si punya pemilik sepati ini.

'Yang baca jadi istri gue! punya bang Fatih gans!'

Mimpi apa Shella semalam sampai-sampai mendapatkan hal lucu sampai segitunya.

"FATIH GUE BUANG SEPATU LO KEGENTENG YA!" ucap Shella ngelirik ke Fatih yang sedang asik tidur diatas satu bangku dan satu tas, Enak bener.

Shella melempar sepatu tepat mengenai bokong Fatih, bukannya bangun Fatih malah menggeliat mencari posisi nyaman buat tidur lagi.

"OKOK JADI GINI GESS!" ucap Shella ngambil perhatian seluruh manusia-manusia yang ada didalem kelas.

"BU DIVA GA MASUK HARI INI! TAPI DIA NGASIH TUGAS! KERJAIN HALAMAN 102 SAMPE 105 SOALNYA DITULIS JAWABANNYA DIPISAH!" Teriak Shella sambil ngacungin selembar kertas yang dikasih Bu Diva.

"KERJAIN! KUMPULIN HARI INI! KALO ENGGA GUE TENDANG-TENDANGIN LO SAMPE DEPAN POLSEK!" ancamnya lagi, Shella jalan mendekat ke arah tempat duduk.

"Apaan sih berisik banget." Fatih, ya siapa lagi kalo bukan dia. Dengan nada khas orang baru bangun tidur sambil kucek-kucek matanya. Padahal dia tidur belum lama tapi udah keliatan pules plus nyaman banget kayanya.

"Apaan sih, apaan sih kerjain tuh tugas dari bu Diva!" Cicit Shella menatap tajam ke Fatih, Fatih hanya ngedengus pelan. "Ogah gue kerjain tugas mendingan gue cabut ke gudang sama Dewa," jawab Fatih yang segera bangun dari tidurnya.

"Apaan lo kata?! berani cabut?! gue cabut batang leher lo Fatih!" Ancam Shella galak. Matanya sudah melotot, di tambah lagi tangannya yang sudah bertengger di pinggang.

"Eh, eh engga ko abang Fatih engga ngomong apa-apa, jangan marah-marah terus dong Shella nanti cantiknya ilang." Fatih duduk di meja. Si pemilik senyum manis ini duduk dengan satu kaki di naikan keatas meja. Untung ganteng. Biasa orang ganteng bebas.

"Turun lo! duduk dimeja ga punya bangku?" Shella lalu memfokuskan pandangan ke buku, sementara itu Fatih pindah duduk di sebrang kursi yang Shella duduki.

"Ngantuk gue!" jawab Fatih malas lalu nenggelamin kepalanya dilipatan tangannya. Shella mengabaikan Fatih ia hanya memfokuskan pandangan ke tugas yang mau ia kerjain saat ini.

Ada Linka disamping Shella yang udah Fokus dari tadi. Tangan Shella mulai merangkai kata demi kata kalimat demi kalimat cuma buat kerjain tugas dari Bu Diva.

⚊⚊⚊✦⚊⚊⚊✦⚊⚊⚊✦⚊⚊⚊✦⚊⚊⚊

Kelarr!!

[Happy Reading!♡]

nikmatinya cerita pertama ku!masih banyak harus yang dikoreksi hehe!.

maaf kalo banyak typo yang bertebaran!.

jangan lupa Vote dan komennya ya!
biar author tambah semangat lagi nulisnya!

Follow juga akun ku!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top