Bab 1
***Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.***
Pencipta Benitobonita
Merupakan proyek Berondong series Magnificent_Universe
"Jadi, sangat tidak adil apabila pihak Penuntut Umum malah ingin memenjarakan terdakwa yang sebetulnya merupakan korban .... Yang dibutuhkan terdakwa bukanlah hukuman penjara, tetapi rehabilitasi untuk menghilangkan ketergantungannya terhadap ganja ...."
Suara seorang perempuan terdengar jernih melalui mikrofon di ruangan yang dipenuhi dengan banyak orang. Di bagian tengah, terlihat seorang gadis berusia sekitar tujuh belas tahun, sedang duduk dengan wajah tertunduk dan kedua tangan mengepal gemetar, takut untuk menatap tiga orang hakim yang duduk berhadapan dengannya, sedangkan di sisi yang berseberangan dengan si pemilik suara, tampak dua orang pria berpakaian toga, dengan papan nama hitam bertuliskan emas PENUNTUT UMUM.
"Oleh karena itu, kami meminta agar Majelis Hakim membebaskan terdakwa dari segala tuntutan, sehingga pihak keluarga dapat segera membawa terdakwa ke RS Bhayangkara untuk mendapatkan rehabilitasi," ucap perempuan itu mengakhiri pembelaannya sebelum mematikan mikrofon dan menyandarkan punggung pada kursi.
Semua mata kini masih memandang ke arah Wita Prabowo, pengacara andalan dari AW Law Firm, satu dari dua puluh satu firma hukum terkenal di Jakarta. Namun, perempuan berusia dua puluh sembilan tahun itu tidak terlihat gugup. Dia sudah terbiasa menangani sidang dan pikirannya saat ini juga dipenuhi oleh hal lain. Dia kembali melirik ke arah layar telepon genggam yang kembali berkedip, menampilkan nama Detektif Andi.
"Bagaimana, Pak Jaksa?" tanya laki-laki berusia lima puluh tiga tahun yang duduk di kursi hakim ke arah kedua pria yang duduk di kursi Penuntut Umum.
"Kami tetap pada tuntutan," jawab salah satu jaksa dengan tegas. Pria berkumis tipis itu sepertinya tidak terkesan dengan pledoi yang telah diutarakan sang pengacara. Wita mengabaikan jawaban formal tim penuntut. Keputusan akhir ada di ketiga hakim dan dia sangat yakin dua dari tiga hakim tersebut juga merasa kasihan dengan terdakwa yang merupakan korban broken home.
Hakim Ardiansyah mengangguk kecil. Dia melihat ke arah hadirin dan berucap, "Sidang kita tunda minggu depan untuk pembacaan putusan."
Ketukan palu terdengar tiga kali membuat Wita bernapas lega. Perempuan itu bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada dua rekannya yang terbengong-bengong kala dia langsung melenggang keluar ruang sidang dengan langkah cepat.
Pengacara muda itu menekan tombol quick dial saat hampir sampai ke depan lobi dan memberi perintah. "Jemput sekarang."
Sebuah sedan hitam mewah berlambang BMW keluaran terbaru berhenti tepat di depan pintu gedung pengadilan dan sang supir, seorang pria berkisar dua puluh lima tahun, langsung keluar dari kursi pengemudi untuk membukakan pintu belakang.
Tingkah beberapa orang perempuan yang melintas secara otomatis mencuri pandang ke arah sang supir membuat Wita tidak dapat menahan senyum. Penampilan Yusuf memang sering membuat kaumnya tersipu-sipu sendiri, mungkin karena wajah laki-laki Jawa Sunda itu dapat digolongkan di atas rata-rata dibandingkan supir lainnya. Namun, yang membuat Wita nyaman mempekerjakan pria itu karena Yusuf jarang sekali bergosip. Laki-laki itu cekatan dan selalu bersikap sopan.
Wita langsung masuk dan duduk di kursi belakang tanpa berbasa-basi kepada pria yang usianya lebih muda empat tahun darinya itu. Dia membuka toga, jubah hitam yang wajib dipakainya saat bersidang dengan tangan kiri, lalu menekan tombol telepon untuk menghubungi balik orang yang sedari tadi mencoba mengontaknya.
Dua dering terdengar sebelum suara berat seorang pria menjawab dari seberang saluran telepon. "Halo, Bu Wita. Saya sudah menemukan anak itu. Saya akan mengirimkan lokasinya saat ini juga."
Sambungan terputus. Mata Wita terpusat pada share location yang ditunjukkan oleh layar telepon genggamnya. Perempuan itu langsung mencondongkan tubuh ke depan dan menyerahkan gawainya ke pria yang sedang menyetir sambil berkata," Kita ke sana sekarang."
"Baik, Mbak," jawab Yusuf singkat. Pria itu mengambil telepon genggam Wita untuk dipasang pada tempat gawai di dasbor, lalu menyetir dengan kecepatan sedang tanpa banyak berkata-kata.
Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.
11 Desember 2020
Benitobonita
Cuap-cuap Penulis
Penulis mengakui bahwa penulis sangat kesulitan membuat cerita ini .... Selain penulis enggak suka berondong, penulis juga bosan kalau ceritanya tidak ada naga yang dimutilasi ataupun perempuan ular yang tewas akibat dibakar oleh Hades.
Maka ..., untuk meningkatkan mood, penulis berniat melanjutkan kisah horor setengah jadi mengenai cara seorang perempuan membunuh bayi di dalam kandungannya yang berjudul HOW I KILLED MY LITTLE ONE. Sebetulnya ceritanya sudah setengah rampung pakai bahasa Inggris, tapi karena bahasa Inggris penulis pas2an, jadi selain menyebabkan efek pusing saat membaca, juga akan membuat banyak kesalahpahaman.
Sepertinya penulis akan mengulang kisah itu dengan bahasa Indonesia ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top