[S2] Chapter 8 : Keputusan Raja

Kedua orang tua Ferdinand nampak berdiskusi sebentar. Lalu Raja Troxe berkata, "Itu artinya pernikahan antar negeri akan dilaksanakan sebentar lagi."

Suasana di ruangan kembali hening. Kini aku menunduk dalam, sama sekali tidak siap untuk mendengar apapun yang akan diucapkan oleh kedua orang tuaku nantinya.

Hancur sudah. Semuanya akan berakhir hari ini. Aku tidak akan lagi bisa menyangkalnya bahwa sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri dari pemuda yang tidak  kucintai.

Mama berdeham. Memberi isyarat kepada Papa untuk melanjutkan.

"Yahh, itu tidak sepenuhnya benar juga, wahai Yang Mulia Raja Troxe," ujar Papa.

"Eh? Apa maksudmu, Yang Mulia Raja Iru?" tanya Raja Troxe bingung.

"Keputusan akhir tetap berada di tangan putriku, bukan?" ungkap Papa.

Mendengar ucapan Papa, seketika aku menengadah. Lalu kudapati tatapan lembut milik Papa sedang memandangiku. A--aku tidak percaya ini. Papa ternyata..., tcih! Tidak pernah bisa serius rupanya.

"Haa? Kenapa bisa seperti itu? Apa kau berniat mengingkari ikatan sakral yang telah mereka buat, Yang Mulia?" protes Raja Troxe dengan nada agak memaksa.

"Aku tidak bermaksud begitu. Hanya saja aku dan istriku sangat menyayangi putri kami. Jadi kami tidak mungkin mengambil keputusan semacam ini tanpa persetujuannya," jelas Papa dengan nada tenang.

Aku tersenyum miris. Kuhargai bantuan Papaku tersebut. Namun jika di situasi seperti ini, jika aku menolak maka...

"Putri Yuki, apa keputusanmu?" tanya Mama.

Suasana kembali hening. Sekilas aku menoleh ke arah Ferdinand. Kulihat ia tengah menyeringai kecil menatapku. Betapa percaya dirinya ia hari ini. Tapi semuanya bergantung kepada keputusanku.

Aku...punya Natsu.

"Maafkan jika ini egois tapi aku menolak untuk dinikahkan dengan Pangeran Ferdinand," ucapku pada akhirnya dengan nada dingin.

BRAK!

Emosi Pangeran Ferdinand naik ke ubun-ubun. Dengan lancang ia menggebrak meja yang ada di hadapannya. Tatapan nanarnya ia arahkan kepadaku. Namun aku balas menatapnya dingin.

"Yuki!? Apa maksudmu, hah!? Kau berniat mengkhianatiku??" bentaknya tanpa malu. Kurasa urat malunya sudah putus.

"Pangeran Ferdinand, apa-apaan dengan sikapmu itu?" protes Mama terusik.

"Yang Mulia Raja dan Ratu Ebetopia, ini tidak benar. Kalian tidak mungkin memutuskan ikatan mereka begitu saja. Kami menolak untuk mengingkari tradisi seperti apa yang kalian lakukan!" ujar Ratu Troxe dengan dipenuhi penekanan di setiap kalimatnya.

"Keputusan putri kami berpengaruh pada keputusan kami juga. Itu berarti kalian tahu sendiri, bukan?" ujar Papa tenang.

"Yang Mulia, cobalah pikirkan lagi. Putri Yuki yang masih labil itu seharusnya tidak memengaruhi keputusan Anda," ucap Raja Troxe. Dia berdiri dari kursinya, mulai gelisah.

"Ahh lagipula ciuman itu hanya ciuman sepihak saja, kan?" ujar Papa. Tatapannya berubah menjadi mengintimidasi.

Aku bergidik menatap mata sang Raja Ebetopia. Sebelumnya ia tidak pernah terlihat seperti itu. Sosok raja yang kutahu bukan seperti ini. Selama ini kupikir dia hanyalah seorang raja yang serba kikuk.

Mendegar kalimat yang keluar dari mulut Papa, otomatis Ferdinand pun berusaha membantah, "Itu tidak benar! Lagipula tidak ada fakta yang bisa membuktikan kalimat Anda."

"Akulah fakta itu." Paulina-sensei angkat bicara. Dan, tatapan yang ia tunjukan sama seperti tatapan milik Papa.

Ke--kenapa mereka ini?

"Tugasku adalah mengawasi tuan putri dengan sihir elemen waktu milikku. Apakah Anda pikir, waktu pernah berbohong? Waktu selalu menunjukan kebenaran," ungkapnya.

"Se--sensei melihat semuanya?" gumamku penuh haru. Kedua manik biruku terus menatap ke arahnya.

Pangeran Ferdinand berdecih. Kemudian ia berjalan cepat ke arahku dan menarik kedua lenganku kasar ke udara. Tatapan matanya nanar menatapku, menyembunyikan berbagai dendam mendalam yang tak tampak.

"Kau tahu apa konsekuensi dari tindakanmu itu, Tuan Putri Yuki?" tanyanya sarkastik.

"Aku tidak takut kepadamu," jawabku dingin.

"Kurang ajar!" umpatnya. Lalu dengan berani, ia menampar wajahku dengan keras.

Semua orang terdiam. Tidak ada yang bergerak dari tempat mereka. Kurasa butuh beberapa lama bagi mereka untuk mencerna kelakuan Ferdinand yang satu ini. Terlebih di hadapan orang tuanya dan orang tuaku--Raja dan Ratu Ebetopia.

Uap dingin mengepul dari dalam mulutku. Suhu tubuhku menurun dengan drastis. Menyadari hal itu, Ferdinand langsung melepaskan cengkramannya dariku.

"A--apa ini? Dingin sekali," gumamnya tak mengerti.

Aku tertunduk. Kedua telapak tanganku mengepal. Suhu tubuhku sekarang telah berubah menjadi lebih dingin daripada suhu tubuh orang mati. Butiran kristal salju kini bercampur dengan nafas dinginku yang mengepul keluar.

"Ferdinand," gumamku nanar. Kutengadahkan wajahku ke arahnya.

Ferdinand bergidik ngeri menatapku. Ia pun perlahan mengambil langkah mundur.

Bersamaan dengan langkahnya, perlahan lantai marmer yang kupijaki mulai membeku. Terus membeku hingga mencapai lantai marmer yang dipijaki Ferdinand. Membuat Ferdinand jatuh terduduk dengan anggunnya.

"Yuki!" Seketika Mama melesat dari singgasananya dan memegangi lenganku erat.

Kemudian ia menghangatkan suhu tubuhku dengan kekuatannya sebelum aku berhasil membekukan seluruh ruangan ini. Alhasil uap panas pun mengepul di atmosfer.

"Maafkan kami. Tapi pernikahannya ditolak," ucap Mama tegas.

Setelah dirasa suasana telah kembali aman, Ferdinand kembali berdiri. Ia tidak mengatakan sepatah katapun. Yang ia lakukan hanyalah menatapku dengan tatapan menantang.

"Bersiaplah karena kami, Kerajaan Troxe akan menyerang Kerajaan kalian cepat atau lambat!" Kalimat dari Raja Troxe mengakhiri suasana penuh ketegangan di ruangan itu.

Dan aku tahu, setelah ini mereka bukanlah kawan lagi.



Name : Yuki Delirium
Birthday : 25 December
Race : Human
Likes : Ice
Dislikes : Rule, Ferdinand--of course, Ghost
Crush : Natsu Rhitmero

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top