[S2] Chapter 6 : Elf Dalam Kerangkeng Emas
Natsu menarikku berjalan mengikuti Varghna. Padahal tadinya aku ingin segera pergi dari desa ini dan kembali ke kerajaan.
Kami pun tiba di sebuah lapangan luas yang gersang. Di pinggir-pinggirnya terdapat beberapa jajar rumah panggung yang mengelilingi. Para vampir muda berkumpul di tengah lapangan. Mata mereka menatap ke atas, seakan mereka sedang menatap sesuatu yang besar. Tapi aku tidak bisa melihat apapun.
"Oh, aku hampir lupa." Varghna tiba-tiba menghentikan langkahnya lalu berbalik menatapku.
"A-ada apa?" tanyaku.
Varghna tersenyum miring lalu berbisik, "Kau tidak bisa melihat sang elf. Benar begitu, Tuan Putri?"
DEG.
Aku dan Natsu kini sama-sama terdiam. Suhu tanganku kini kembali menurun. Namun entah mengapa suhu tangan Natsu tetap tidak berubah. Ia mampu menyeimbangkan suhu tangannya dengan tanganku. Hangat.
"Ba-bagaimana kau tahu?" tanyaku terbata.
"Bagaimana aku bisa lupa dengan manik biru tajam milikmu itu, Yang Mulia? Hanya kau yang memiliki tatapan itu," jawabnya santai. Tapi entah kenapa, aku dapat merasakan aura tidak bersahabat yang keluar dari tubuhnya.
"Xepentrum!" Seketika Varghna mengarahkan telunjuknya ke arah wajahku. Dan dari sana dapat kulihat setitik cahaya yang mengaburkan pandanganku.
T-tunggu dulu. Varghna bisa menggunakan sihir?
Tak lama setelah itu, kudapati wajah Natsu yang tersenyum. Keningku mengernyit pertanda bingung lalu Natsu langsung mengarahkan dagunya ke depan, memintaku untuk menatap ke arah yang ia tunjuk.
Sebuah kerangkeng raksasa. Erm, itu bukan kerangkeng raksasa biasa kupikir. Tapi itu adalah sebuah kerangkeng emas.
Mataku berbinar menatapnya. Sama sekali tidak kutemukan aura mencurigakan dari kerangkeng itu. Kemudian aku beralih ke arah Varghna, kulihat ia tersenyum. Lalu tangannya mengepal dan ia letakan di jantungnya. Ia membungkuk hormat.
"Va-Varghna?" gumamku takjub.
Tadinya kupikir ia akan langsung membocorkan identitasku. Tapi sepertinya aku telah salah paham dengannya. Betapa bodohnya aku, hanya karena penampilan Varghna menyeramkan, bukan berarti dia adalah orang jahat, kan?
"Silahkan duluan, Yang Mulia," ucapnya penuh dengan wibawa.
Aku berjalan bersama Natsu ke barisan paling depan. Sepanjang langkah, Natsu tidak kunjung juga melepaskan genggamannya dari tanganku. Dengan kata lain sedari tadi kami terus bergandengan tangan.
Benar-benar seperti pasangan, bukan? Ehhh, apa yang barusan kupikirkan???
Aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Natsu bisa risih denganku jika aku sampai memiliki perasaan yang aneh-aneh kepadanya. Uhh, tapi sedari tadi jantungku terus berdetak melebihi kecepatan detak normalnya.
Aku harus bagaimana..?
GREP. Tiba-tiba kurasakan genggaman Natsu menghangat. Mengusir suhu dingin yang merambat di setiap jenjang kulitku.
"Tak apa," ujarnya sambil terus melihat ke depan. "Perasaan itu, ermm.. rasakan saja sesukamu."
DEG DEG.
"Perasaan apa yang kau maksud, huh!?" Aku membentaknya secara refleks. Seluruh inci wajahku kini berubah menjadi semerah mawar.
Natsu melirikku sebentar.
"Tidak ada." Dan perlahan, wajah putihnya ikutan memerah.
❄
Author Note : Ahhh, jadi sayang~~ :V
❄
Sesampainya di barisan paling depan, mataku pun sukses terbelalak lebar. Di dalam kerangkeng, kulihat beberapa vampir berjubah hitam tengah berdiri di hadapan seorang elf bersurai merah muda yang tengah di rantai.
Vampir-vampir berjubah itu nampak melontarkan pernyataan-pernyataan yang menyatakan bahwa si elf telah melakukan beberapa pelanggaran. Termasuk menerobos wilayah desa mereka.
Dan, yang lebih parah dari semua itu adalah... elf bersurai merah muda itu adalah temanku.
"Hana!!" seruku refleks.
"Kau mengenalnya, Yuki?" gumam Natsu terkejut.
Seketika elf itu--Hana, langsung mengalihkan tatapannya ke arahku. Matanya membelalak lebar dan kulihat tetesan-tetesan kristal beningnya tumpah keluar.
"Kau mengenal gadis ini, wahai seti vamipayeri?" tanya salah seorang vampir berjubah hitam. Suaranya terdengar amat dalam.
"Seti va-apa?" gumamku bingung. Ayolah, bahasa apa yang baru saja sosok itu ucapkan??
Melihat kondisiku yang masih belum mengerti apapun, Natsu langsung mengambil alih pembicaraan.
"Itu benar. Dia teman kami. Dia tidak bermaksud menerobos desa tapi ia hanya ingin menyelesaikan urusannya dengan kami. Ini semua salah paham," jelas Natsu asal.
"Natsu benar. Merupakan salah kami yang tidak memberi peringatan apapun sebelumnya, bahwa ia akan datang ke desa, " sambungku cepat.
Para vampir berjubah hitam itu mengangguk tanda mempercayai ucapan kami. Kemudian salah satu dari mereka berkata, "Kami pegang ucapan kalian namun jika terjadi sesuatu yang buruk pada desa ini, maka kalian lah yang bersalah."
Setelahnya, Hana dibebaskan dari kerangkeng tersebut. Ia langsung berlari memelukku penuh haru. Bersamaan dengan itu, semua vampir pun pergi meninggalkan lapangan.
"Kenapa kau disini?" bisikku.
"Aku khawatir. Soalnya aku baru saja melihatmu ditarik paksa oleh vampir ini ke dalam hutan," jelas Hana sembari menunjuk ke arah Natsu.
"Yang benar saja," cibir Natsu.
"Tenang saja, Hana. Natsu vampir yang baik, kok. Dia berniat untuk membantuku menyelesaikan masalahku dengan Ferdinand," ujarku.
DEG. Ups, bicaraku kelewatan sepertinya. Hana bisa saja langsung melaporkan ucapanku ke ibunya,yang mana ibunya--Nina Revalium, merupakan pendeta kerajaan yang paling dipercayai oleh orang tuaku.
"Masalah dengan Pangeran Ferdinand? Kenapa kau tidak bilang padaku?" protes Hana kesal.
"Ano..itu.." gumamku terbata.
"Aku sudah tau orang itu punya niat jahat. Jadi bisakah aku ikut membantumu?" pinta Hana polos.
Ehh? Hana langsung mengerti situasi rupanya. Sungguh diluar dugaan, mengingat karakternya yang tukang mengadukan segala hal kepada ibunya. Termasuk kejadian disaat aku mencoret-coret wajahnya yang berakhir dengan seluruh kekuatanku disegel selama sepekan.
"Ngomong-ngomong, kulihat sedari tadi kalian saling berpegangan tangan," ucapnya.
Aku dan Natsu seketika sama-sama saling menatap. Kedua mata kami terbelalak lebar.
"Apa kalian pasangan?" tanya Hana dengan senyum jahil.
"CHIGAU YO!" Aku dan Natsu menolak keras secara bersamaan.
❄
Author Note : Aduhh,maaf yak update nya lama banget :" Habisnya aku kena writter block dan aku sempat berpikir untuk unpub cerita ini dan ga akan melanjutkannya lagi.
Haha, tapi semalam, aku dapat ilham dari Illahi untuk melanjutkan ceritanya. Bahkan alurnya sudah kucatat di ponselku sampai tamat. Mueheheehe.
Bagi kalian para readers yang ngeship "Yu-Na", banyak-banyak berdoa buat kelangsungan kisah cinta monyet mereka, yak :V
Bye-bye~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top