[S2] Chapter 24 : Terakhir
Peluh yang bercucuran dari pelipisku langsung mengkristal di udara lalu pecah menjadi butiran-butiran bercahaya begitu dirinya menabrak bumi. Aura-aura hitam si iblis kini menjerat seluruh tubuhku hingga rasanya aku menjadi sebuah kepompong raksasa.
"Haha, tidak peduli seberapa kuat pun kekuatanmu, tetap akulah yang akan menang!" ejek Iblis Pride dengan nada congkak.
"Aku ...," gumamku tersekat.
"Hah? Apa? Aku tidak bisa mendengarmu, Yang Mulia," ejek Iblis Pride sembari mendekatkan telinganya ke udara, seakan ia sedang berusaha mencari suaraku.
Ah, sial. Dia membuatku naik darah.
"Aku akan membunuhmu!!!" teriakku dengan suara lantang. Seketika seluruh tubuhku pun diselimuti oleh cahaya kebiruan yang sangat terang. Cahaya kebiruan tersebut, pada akhirnya berhasil menyingkirkan semua aura hitam yang membelenggu tubuhku.
Suhu udara pun terasa semakin dingin ketika aku telah benar-benar lolos dari perangkap si iblis sialan. Aku tidak tahu harus senang atau sedih akan hal ini. Karena meskipun kekuatan sihirku kini telah bangkit sepenuhnya tetapi, aku memiliki firasat buruk tentang apa yang akan selanjutnya terjadi.
"Tcih! Kau hanya beruntung!" ujar Iblis Pride sembari menyingkirkan bunga-bunga es yang tumbuh di tangannya. "Putri Yuki, mulai detik ini, aku tidak akan bermain-main lagi denganmu!"
"Sejak awal aku memang tidak mengajakmu bermain, baka!" balasku kesal. Setelah mengatakan itu, kuangkat tanganku ke udara dan seketika munculah butir-butir cahaya terang yang kemudian bersatu membentuk sebuah pedang kristal di telapak tanganku.
Ah, tentu saja dengan sangat berat hati, kuakui bahwa pedang yang sedang kugenggam ini adalah pedang yang telah merenggut nyawa Natsu.
Mengingat hal tersebut, sekilas kupandangi jasad Natsu yang sekarang tengah terbujur kaku di dalam kristal es yang barusan kubuat. Kini, di perutnya sudah tidak ada lagi pedang yang tertancap.
Oh, rupanya rasanya sakit sekali. Jadi kehilangan seseorang itu rasanya seperti ini, ya?
"Lihat apa kau?" Tiba-tiba terdengar suara bisikan berat di telinga kiriku. Tersadar dari lamunan, aku pun langsung dengan gesit menoleh ke arah si sumber pemilik suara.
SHING! WUSH!!
Tubuhku terpental jauh hingga menabrak dinding es yang keras dan dingin. Sebuah aliran berwarna merah terjun bebas dari lubang hidungku, bersamaan dengan datangnya rasa nyeri luar biasa di punggung.
"Masih belum cukup!!" teriak si Iblis Pride. Dirinya kembali melesat ke arahku dengan sebuah pedang baja berwarna hitam yang sedari tadi disimpannya dengan rapi di balik jubah.
"Errngh ...," erangku kesakitan. Kucoba untuk bangkit berdiri sekuat tenaga. Namun, lagi-lagi aku terlambat untuk menghindar.
Sial, kurasa aku benar-benar akan kalah. Tidak lama lagi, aku akan bertemu kembali dengan Noel dan Natsu. Ya, kupikir begitu. Haha, tidak buruk juga.
SHING! SHING!
Kurasakan rasa perih yang hebat begitu sebuah sayatan di lengan dan kakiku terbuka lebar. Cairan kental berwarna merah merembes keluar, membuat noda kotor di pakaianku. Kemudian Iblis Pride yang sepertinya ingin bermain-main denganku, langsung kembali menyarungkan pedangnya. Lalu tangan kokohnya bergerak menjambak rambutku dengan kasar.
"Sudah kuduga, kau ini lemah!" ujarnya sembari memasang senyum miring. "Lalu untuk apa serangan seriusku yang barusan, ya?"
"Bunuh saja aku, dasar sial!" ucapku geram.
"Akan sangat tidak menarik jika kau langsung pergi begitu saja, kan?" balas Iblis Pride, "akan kubiarkan kau hidup lebih lama lagi, Yang Mulia."
"Tcih!" decihku kesal. Lalu sambil menahan sakit yang timbul di setiap pergerakan yang kulakukan, kugenggam tangan Iblis Pride dengan kedua tanganku.
WUSH ....
"M-membeku?!" pekiknya terkejut. Ya, aku membekukan tangannya sebagai usaha terakhirku untuk melawan.
"Kurang ajar!!" Iblis Pride melemparkanku ke tanah dengan kasar. Bersamaan dengan itu, es yang membelenggu tangan kanannya pun hancur berkeping-keping.
"Sampai akhir pun, aku akan tetap melawanmu sebisaku, Pride!" ujarku lemas. Dengan sisa-sisa kekuatan yang kupunya, kucoba untuk bangkit berdiri. Namun, belum sempat aku mencoba, Iblis Pride datang menerjangku.
BUK! Kepalaku berbenturan dengan tanah dengan keras. Sementara itu sekarang leherku tengah dicekik tanpa ampun oleh kedua tangan kokoh Iblis Pride.
"Dasar licik! Putri yang sombong dan licik!" bentaknya di depan wajahku.
"Tcih!" Aku meludahi wajahnya dengan senyuman bangga. "Jangan berani-berani kau tunjukkan ekspresi itu menggunakan wajah Noel, keparat!"
BUK! Dengan satu tarikan dan dorongan cepat, Iblis Pride kembali menghantamkan kepalaku ke tanah dengan kasar. Membuat cairan merah yang mengalir dari hidungku keluar semakin deras.
"Kurang ajar!! Kau tahu tidak, apa alasan kau mudah untuk kukelabui?" bentaknya nanar. "Kau adalah manusia dengan tingkat harga diri tertinggi! Kau manusia sombong!"
"Huh?" gumamku.
"Kau itu sama seperti aku!!" bentaknya lagi sembari mengeratkan genggamannya di tulang leherku.
Ah, kurasa sebentar lagi aku akan pergi. Pandanganku terasa semakin memutih. Wajah Noel yang kini dicuri oleh Iblis Pride perlahan mulai menghilang dari pandangan.
Jika kau tanya pendapatku tentang siapakah pahlawan terburuk? Maka jawabanku adalah ... aku. Ya, aku orangnya.
Namun, sepertinya aku bahkan tidak pantas menyandang gelar besar seperti itu. Aku ini lebih mirip dengan sampah.
JLEB!
"Ak-Akkkhm ...!"
JLEB!
"UGH!!"
JLEB!
"...."
Pandanganku seketika kembali normal. Kupandangi Iblis Pride yang sekarang tengah menggantung tidak berdaya di atasku. Kedua matanya terbelalak lebar lalu dari mulut dan hidungnya keluar cairan kental berwarna merah yang mengalir deras.
Aku bangkit berdiri lalu tersenyum miring. Setelah dipikir, ternyata aku belum mau mati.
"Sial, aku m-membunuhnya," gumamku miris. Aku berjalan mendekati jasadnya yang mengenaskan. Kuamati bagian perut, dada, dan lehernya yang kini tertusuk sebuah stalaktit kristal yang muncul dari bawah tanah.
"Natsu, maafkan aku. Aku telah menjadi seorang pembunuh," gumamku miris.
"Kau sudah tahu kesalahanmu, bukan?" Tiba-tiba terdengar sebuah suara merdu dari arah belakangku.
"Hm, siapa kau?" tanyaku pelan.
"Aku Greivizuka. Akulah yang memiliki dunia ini." Seorang gadis bersurai hitam dengan gaun putih melayang di hadapanku. "Kematian Pride membuat dunia ini akan mengalami goncangan besar."
Aku mengerutkan keningku begitu mendengar ucapannya. "Apa maksudmu?"
"Meski terkesan jahat tetapi, dunia ini tidak akan seimbang tanpa kehadirannya. Kau harus mengerti, Tuan Putri Ebetopia," jawab Greivizuka.
"Jadi apa yang bisa kulakukan untuk menebus kesalahanku?" tanyaku langsung pada intinya.
Greivizuka tersenyum miring. Kemudian dia menjawab, "Jadilah pengganti Pride!"
Aku mengembuskan napas panjang begitu mendengar jawaban sang gadis misterius. Mau tidak mau aku harus membayar kesalahan ini, kan?
"Jika aku setuju, apa yang akan terjadi selanjutnya?" tanyaku.
"Akan kuubah semuanya seakan semua ini tidak pernah terjadi," jawab Greivizuka.
❄
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top