[S2] Chapter 23 : Bangkitnya Putri Es
Matahari masih setia bersinar pucat di langit. Hawa dingin terasa semakin menyiksa makhluk hidup di Ebetopia tatkala aku merasakan kesedihan yang mendalam di hatiku. Aku ditipu. Dan, meski kalung sialan pemberian Varghna sudah menghilang, rasa sakit masih mengguncang diriku dengan hebatnya.
Semua ini salahku. Seandainya saja aku lebih menurut dan menjadi seorang putri yang baik, pasti hal semengerikan ini tidak akan pernah terjadi.
Aku sudah lelah menangis. Sekeras apa pun teriakan dan tangisan yang kukeluarkan, aku sadar keadaan tidak akan berubah semudah itu. Kini mataku pun hanya memandang kosong ke satu arah. Sedari tadi, dari sana mengalir sungai air mata yang tak kunjung kering jua. Badanku bergetar hebat. Diriku terduduk lemah di tanah. Kemudian diantara rasa sakit dan penyesalan, bibirku bergetar. Namun, yang keluar dari sana hanyalah sebuah bisikan kecil nan rapuh.
"Ini neraka."
"Yu-Yuki ...." Sesosok tubuh tak berdaya di dekapanku meraih tanganku dengan lembut. Membuatku menoleh.
Lagi-lagi bibir itu tersenyum hangat. Padahal sudah jelas-jelas di sudut-sudutnya telah mengalir banyak sekali cairan kental berwarna merah.
"Ja-jangan pernah ... menyerah ...," ucapnya yang diselingi oleh batuk yang kian menambah buruk kondisinya.
"Kumohon ... jangan dilanjutkan," ucapku. Tanpa sadar kumengeratkan genggamanku kepadanya.
Ia tersenyum lalu melanjutkan, "... meskipun itu tanpaku."
Satu tetes bulir bening mengalir turun tepat ke wajah pemuda itu---Natsu---yang sekarang telah berubah menjadi dingin. Kelopak matanya tertutup rapat. Senyuman damai mengembang di wajahnya.
Nafasku sesak. Tangan hangat nan kokoh itu kini telah kehilangan kekuatannya. Namun aku tidak membiarkannya melepaskan diri dari genggamanku. Perlahan aku menengadah ke langit. Diantara serpihan putih lembut yang turun mengenai permukaan wajahku, aku menarik napas panjang lalu berteriak sekeras mungkin.
Dan saat itu kutahu, tepat di atas sana ada seseorang, tidak. Tepatnya iblis yang tengah menertawai penderitaanku.
Selamat. Ya, selamat. Kau berhasil menipu sang putri kecil ini batinku emosi.
"Hahahaha!!" Suara tawa yang menggelegar terdengar merasuk ke indra pendengaranku. Menciptakan kedutan sakit untuk sesaat.
"Diamlah, sialan!! Tidak ada yang lucu di sini!" umpatku kesal.
"Ah, sang Putri marah rupanya!" Angin kencang bertiup di depan wajahku. Menerbangkan butiran-butiran kapas putih yang sudah bertumpuk di tanah ke atmosfer. Aku mendekap tubuh Natsu erat. Tak akan kubiarkan dirinya merasa kedinginan meski akal sehatku tahu bahwa jiwanya sudah tak lagi bersemayam di raga yang kudekap.
Ketika angin kencang tadi berhenti bertiup, muncul di depanku, sosok Noel dengan setelan jubah beludru hitam yang megah. Bibirnya menyeringai lebar.
"Nah, Yuki," ucapnya, "kau mau bergabung bersamaku atau mati bersama si vampir bodoh itu?"
"S-s-sial!" gumamku.
"Kau tahu? Aku tak akan memaksamu, lho!" ujar iblis Pride.
"Kalau begitu, bagaimana kalau aku memilih untuk membunuhmu?" balasku dingin.
"Hm? Hahahaha. Pilihan yang menarik!" ujar iblis Pride dengan nada meremehkan. Kemudian dia mengangkat tangan kanannya ke samping kiri, seakan bersiap menamparku dari tempatnya berdiri.
Dan ... WUSH!!
Kilatan petir berwarna hitam muncul ketika iblis Pride menggibaskan tangannya ke bawah. Kilatan petir itu melesat dengan kecepatan penuh ke arahku. Aku, yang tidak sempat menghindar pun tak dapat berbuat banyak.
"M-maafkan aku," gumamku pelan. Mataku kini hanya dapat terpejam. Menunggu hingga sang kilat menyambar tubuh lemahku.
Namun, sudah beberapa saat berlalu dan diriku tidak juga merasakan adanya kilat yang membuat seinci tubuhku merasakan nyeri. Aneh sekali.
Lalu ketika kuputuskan untuk membuka mata, seketika aku mendapati diriku dan jasad Natsu terkungkung di dalam sebuah kristal es raksasa. Tapi anehnya, aku masih bisa bernapas dengan lancar. Napasku yang keluar dari mulut menciptakan udara dingin yang mengkristal. Membuat permukaan es di depanku menimbulkan retakan-retakan kecil yang kemudian merambat dan memecahkan kristal raksasa yang mengurung diriku.
"B-bagaimana bisa?! Liontinku sudah meraup habis kekuatanmu, bukan?!" pekik Iblis Pride takjub. Kedua matanya terbelalak lebar menatapku.
"Entahlah," ucapku singkat. Lalu kupasang seringaian andalanku. Bersamaan dengan itu, bunga-bunga es mulai bermunculan di permukaan kulit tanganku. Ah, kurasa kekuatan milikku sudah kembali seutuhnya. Tidak, bahkan kurasa kekuatanku yang kali ini terasa jauh lebih baik.
"Tcih! Apa boleh buat!" gumam Iblis Pride, ia ikut menyeringai. "Sepertinya aku harus mengeluarkan seluruh kekuatanku untuk membunuhmu, Yang Mulia!"
Aura-aura hitam kini mulai bermunculan mengelilingi sang iblis. Rasanya begitu pekat dan membuat dadaku sesak.
"Aku terima dengan senang hati," balasku sembari mengangkat kedua lenganku tinggi-tinggi. Dan, munculah balok-balok es raksasa di sekelilingku. Aku akan mengakhiri riwayat Iblis Pride sampai di sini.
Sebenarnya aku tidak yakin bisa menang. Tapi jika aku mati tanpa berjuang terlebih dahulu, kurasa Natsu akan membenciku. Hehe.
Natsu, tunggulah aku.
❄
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top