[S2] Chapter 20 : Meletusnya Perang
Para penyihir agung saling bergandengan tangan. Kelopak mata mereka terpejam. Bibir mereka sibuk menggumamkan barisan-barisan mantra yang sama sekali tidak dapat kupahami. Kemudian penghalang yang ditimbulkan oleh mantra pengikat milik iblis Pride perlahan mulai menipis lalu menghilang sempurna.
Para ras vampir bersorak girang melihat hal tersebut. Di tangan masing-masing dari kami, kini tergenggam berbagai macam senjata sihir. Itu benar, tepat pada hari ini kami akan melakukan perlawanan kepada si iblis. Sebelumnya masing-masing dari kami sudah melakukan ritual pemurnian hati agar nantinya iblis Pride tidak dapat memanipulasi kesombongan dan kebanggan hati kami menjadi kekuatan sihirnya.
"Hari ini adalah hari yang besar! Ingatlah bahwa kalian sudah bersumpah untuk terus bertarung hingga nyawa terenggut dari raga kalian!" seru Raja Iru lantang. Dia berdiri di depan barisan pasukan vampir yang akan maju ke medan perang. "Apa pun yang terjadi, jangan kalah! Ini tanah kita dan tidak ada yang boleh merebutnya!"
Ketika Raja Iru mengacungkan pedang sihirnya ke udara, seluruh anggota ras vampir bersorak penuh semangat. Setelahnya kami semua maju menuju istana dengan mengendarai kuda masing-masing yang tentunya dipimpin oleh Raja Iru di barisan paling depan.
Aku menenggak salivaku perlahan. Sedari tadi tanganku tidak berhenti bergetar. Jujur saja, aku takut. Aku tidak siap jika harus melihat banyak nyawa yang melayang di hari ini. Tapi aku sadar, kami semua tidak memiliki pilihan lain selain terus bertarung.
Ah, apakah ada hari di mana aku dan Yuki bisa bersantai bersama, ya?
Aku menatap sendu ke arah dedaunan pohon yang bergemerisik tenang ditiup angin. Langit biru cerah sebagai latarnya membuat sebagian pemikiran negatifku melayang entah ke mana. Rasanya diriku dibawa kembali ke hari itu. Hari di mana pertemuan pertamaku dengan Yuki di hutan ini terjadi.
❄
Begitu sampai di perbatasan Kerajaan Delirium, pasukan kami berpencar. Masing-masing dari kami berusaha mengevakuasi warga yang masih beraktivitas seperti biasa. Tentu saja, kami tidak ingin para warga yang tidak tahu menahu tentang rencana perlawanan ini menjadi tumbal.
Kami mengevakuasi para warga dengan cara membagikan jimat teleportasi sihir menuju Desa Batware.
Alhasil, kerajaan pun kosong. Kini hanya tinggal bangunan-bangunannya saja yang masih berdiri kokoh. Angin berhembus lembut memainkan surai merahku. Kemudian manik heterochromia milikku menangkap adanya aura hitam pekat yang bergerak perlahan menyelimuti langit kerajaan.
"A-apa itu?" gumamku terkejut.
"Hahahaha!!" Tiba-tiba terdengar suara tawa yang menggelegar di langit, membuat jantungku terasa berhenti berdetak. "Jangan kalian kira aku tidak tahu tindak-tanduk kalian semua!"
DEG. Sial. Rupanya sejak awal sudah ketahuan!
"Ah, sebagai penghargaan karena telah berani melawanku, maka kuhadiahkan kalian sebuah pertarungan melawan tentaraku!" ujar suara itu lagi.
"Pasukan? Pasukan apa?" gumam Matthew yang sedari tadi berada di belakangku.
Sunyi. Tidak terdengar suara apapun lagi.
Tap! Tap! Tap!
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang menggema dari ujung gang. Aku mencoba menyipitkan mataku untuk memperjelas pengelihatan. Lalu tak lama kemudian suara langkah kaki asing yang terdengar terasa semakin banyak dan saling menumpuk.
"Ah, sial! Kurasa ada lebih dari satu orang yang menuju ke sini, Natsu!" ujar Matthew.
"Aku baru tahu kalau iblis itu juga memiliki pasukan tentara. Apa dia mencuci otak tentara kerajaan?" ujarku kebingungan.
Aku dan Matthew terus menatap waspada ke arah gang di hadapan kami yang sebagian besar sudutnya tidak tersinari matahari. Kami terus menunggu. Detik-detik dari jarum jam yang tergambar di otakku seakan membunuh nyaliku secara perlahan ketika kulihat sepasang sepatu bot berwarna biru dengan hiasan kepingan salju di atasnya.
Kedua mataku terbelalak lebar. Seluruh tubuhku bergetar hebat. Aku ... sungguh tidak ingin mempercayai pemandangan di depanku.
❄
Raja Iru dan beberapa vampir kini hanya bisa terdiam beku di tempat mereka. Tenggorokan mereka terasa tercekat, sehingga lisan mereka lebih memilih untuk bungkam begitu beberapa tentara iblis Pride berdatangan dari langit.
Manik langit malam milik sang Raja terbelalak lebar. Dia merasa muak dengan kenyataan yang ia hadapi ini. Logikanya yang cemerlang itu kini disiksa secara perlahan.
"Yang Mulia?" tanya salah satu vampir dengan nada ragu. Dia menatap Rajanya dengan pandangan penuh harap.
Sang Raja menggemelutkan giginya, pertanda emosinya sedang meluap-luap hampir tak tertahankan. Kemudian dengan pandangan kosong, bibirnya membuka, "Bunuh mereka!"
❄
"Natsu, bagaimana ini? Kita tidak tahu mana yang asli," ujar Matthew panik.
Tidak, aku harus percaya kalau diantara mereka tidak ada yang asli, batinku.
Aku mengacungkan pedangku ke depan. Dengan ini, aku memantapkan hatiku untuk merenggut nyawa musuh-musuhku tak peduli seperti apa penampilan mereka sekarang.
"Ayo kita habisi mereka, Matthew!" ujarku serius.
"Um! Baiklah!" ujar Matthew mengiyakan. Lalu ia mulai memasang kuda-kuda bertarung andalannya.
Musuh-musuh kami sekarang berdiri menatap kami sambil menyeringai. Pedang-pedang sihir mereka teracung ke depan. Siap menebas leher kami kapan pun mereka mau.
"Ke-kenapa mereka semua harus memiliki fisik seperti Yuki?" gumamku miris.
❄
Note : Haloo! Maaf udah lama banget nggak pernah update! Hehe, sebagai permintaan maaf, besok aku bakalan update lagi! Dan InsyaAllah aku bakalan menyelesaikan cerita ini sampai selesai!!^^
Siapa yah, yang mau baca ceritaku jam segini? :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top