[S2] Chapter 11 : Serangan Mendadak
Lima hari telah berlalu semenjak pernyataan perang dari keluarga Raja Troxe dinyatakan. Dan sampai detik ini, belum ada sinyal maupun penyerangan yang terjadi.
Aku berdiri di samping Papa yang kini sedang mengabsen para prajurit yang akan dikirim ke medan perang nantinya. Beberapa rakyat dari berbagai ras memutuskan untuk ikut berperang. Mereka mengatakan bahwa mereka ingin membalas jasa mulia Papa dan Mamaku tempo lalu.
Baiklah, kulihat disini ada ras manusia, ras hewan, ras elf, ras magus, dan ras raksasa. Hanya itu. Sejauh mata memandang, aku tidak dapat menemukan keberadaan rasnya Natsu-- ras vampir. Atau bahkan mereka sama sekali tidak datang.
Hufft, wajar saja. Jika mereka ikut bergabung sekarang, kurasa mereka hanya akan mendapatkan cemoohan dari ras lainnya. Tidak adil memang, tapi pada kenyataannya memang seperti itu.
"Hei, para vampir itu tidak bergabung." Terdengar bisik-bisik dari kejauhan.
"Dasar tidak tahu terimakasih. Apakah mereka sudah melupakan dosa mereka begitu saja kepada Yang Mulia?" Terdengar suara lain menimpali.
"Yahh, mereka itu kan, cuma sampah yang maunya enak sendiri."
SET! Sebilah kristal es melesat dan mendarat di dinding, hampir mengenai leher orang-orang yang barusan mengatakan hal yang buruk tentang ras vampir. Mereka terdiam mematung. Suasana menjadi penuh ketegangan.
"Jangan mengatakan hal yang macam-macam jika kalian tidak tahu yang sebenarnya!" seruku penuh emosi. Uap dingin mengepul keluar dari dalam mulutku.
"M--maa--maafkan kami, Yang Mulia Putri Yuki," ujar mereka bersamaan. Kini mereka memasang posisi bersujud ke arahku.
"Tcih!" Aku mendecih kesal sembari berkacak pinggang.
TUK! Papa memukul pelan kepalaku. Membuatku meringis kecil.
"Terimakasih," gumamnya.
❄
Aku memandangi liontin kaca yang diberikan oleh Varghna kemarin di atas kasurku. Terselip perasaan ragu di dalam hatiku tentang liontin ini. Apakah liontin sekecil ini memang bisa membantu kerajaan untuk memenangkan perang?
"Yuki," panggil Hana.
Aku tersentak kaget mendengar suara Hana. Oh iya, aku baru saja melupakan keberadaan Hana yang sedari tadi sedang memainkan rambutku. Ia memasang banyak pita disana.
"Kenapa?" tanyaku.
"Varghna itu sebenarnya siapa?" Ia balik bertanya kepadaku.
"Ermm.., hanya seorang dukun, kan?" jawabku sekenanya.
"Dukun, ya?" ulang Hana dengan suara pelan.
"Memang ada apa, sih? Kenapa tiba-tiba kamu menanyaiku soal itu?" tanyaku penasaran. Apa jangan-jangan Hana juga melihat bayangan-bayangan mengerikan yang kulihat waktu itu?
"Kemarin dia..., mengucapkan mantra yang ermm cukup aneh," jawab Hana dengan nada gemetar.
"Apakah kamu pernah dengar tentang para ras iblis?"
Aku mendelik ke arah Hana. Wajahku memasang ekspresi mempermainkan. Di pelajaran sekolah sihir manapun, tidak ada yang namanya ras iblis di dunia ini. Mereka hanyalah para aktor di balik layar yang bertugas untuk menyeret para ras dunia untuk berbuat jahat.
"Kau bercanda, ya? Mereka itu cuma mitos!" sanggahku sambil terkekeh geli.
"Bagi kami--para ras elf, mereka itu nyata. Mereka memang para aktor yang bekerja di balik layar dan tidak pernah menunjukkan batang hidung mereka di dunia," ujar Hana.
"Lalu apa masalahnya? Menurutmu apa hubungannya dengan Varghna?" tanyaku mencoba menguji imajinasi liar Hana.
"Di dunia ini terdapat tujuh iblis terkuat. Mereka adalah para iblis dosa besar. Dan.., ketujuh iblis itu memiliki kekuatan untuk turun ke dunia," jelas Hana.
"Sebagai seorang elf, aku mampu untuk menerjemahkan mantra apapun ke dalam bahasa kami. Dan, mantra yang diucapkan Varghna kemarin..., mengandung pujian kepada iblis," lanjutnya serius.
DEG. I--iblis?
"Yang Mulia, apakah kau percaya dengan keberadaan iblis?"...
Seketika, pertanyaan yang diajukan Varghna kemarin terngiang kembali di dalam kepalaku. Dan sungguh, itu sangatlah mengganggu.
"Menurutmu Varghna adalah pemuja iblis?" tanyaku untuk memastikan hipotesis Hana.
"Entahlah. Bisa saja dialah iblisnya. Kau pernah dengar soal Pride?" ucap Hana setengah berbisik.
DUARR!!
Aku dan Hana terperanjat kaget di tempat. Barusan baru saja terdengar suara ledakan dari luar!
Aku buru-buru berlari ke balkon kamarku. Dari jauh, kulihat asap tebal berwarna hitam membungbung ke langit. Aku tertegun dalam ketakutan. Asap itu berasal dari ladang pertanian para warga. Lalu tak jauh dari sana, kulihat pasukan berkuda asing sedang menuju kesini.
Pasukan berkuda itu mengibarkan bendera berwarna ungu dengan simbol lavender di tengahnya. Oh, sial. Itu Pasukan Kerajaan Troxe.
❄
Note : Hai!!! Maaf aku sering bikin note. Ehehei.
Aku gak akan banyak cuap-cuap, sih. Kali ini aku akan membagikan gambar buatanku buat kalian, para readers tercintahh yang mendukung kampanye #timYuNa :v
Nah, berikut gambarnya...
Masih WIP nih, alias Work In Progress :") Tapi aku ingin cepet2 update gambar ini :v
Yakk, suatu hari, aku juga akan update gambar buat kalian para readers yang mendukung kampanye #timHaTsu :v Fufufu~ biar adill yakk..
Jaa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top