Semua masyarakat Ebetopia bahu membahu membangun kerajaan kembali. Pembangunan itu dilakukan semua ras dengan suka cita di hati mereka. Termasuk ras vampir yang masih terisa. Tak banyak jumlah dari mereka saat itu.
Iru memaafkan mereka dan mengizinkan mereka untuk membaur dengan ras yang lain. Awalnya keputusan itu menjadi viral di kalangan masyarakat. Ya..aku memaklumi keadaan saat itu.
Sekarang setelah lima tahun sejak saat itu, sebuah istana indah berdiri di atas sebuah bukit yang ditumbuhi banyak sekali pohon sakura. Setiap musim semi, istana akan dibuka untuk umum agar semua orang bisa menikmati hanami bersama.
Seorang elf dengan bakat meramalnya yang hebat berdiri di hadapan singgasana sang raja. Ia memberi hormat lalu tersenyum.
"Jadi ramalan apa yang kau lihat, Nina?" tanya raja Iru. Manik langit malamnya berbinar.
"Katanya ramalan itu menghebohkan seluruh kerajaan ini. Tapi kenapa aku dan lima penyihir pengawalku tidak boleh tahu?"
Nina terkekeh pelan. Kemudian ia menjawab semua rasa penasaran kami, "Yang Mulia, aku melihat sebuah ramalan yang menggembirakan untuk kerajaan kita,"
"Dan apa itu?" tanya raja Iru penasaran.
"Tahun depan kau akan dianugerahi seorang anak perempuan," ujar Nina.
Krik..krik...krik...
"HEEEEE????"
Dan hari itu menjadi hari terheboh dalam hidupku. Pertanyaan demi pertanyaan keluar untuk Nina secara beruntun. Membuat yang ditanya kewalahan sendiri.
Aku tahu ini adalah kabar yang menggembirakan. Kerajaan Delirium akan memiliki seorang pewaris tahta selanjutnya. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa hatiku terasa sakit.
👑
KRIEETT...
Terdengar suara pintu kamar yang berderit. Cahaya dari lorong merembes masuk melewati celah pintu yang kini terbuka. Mataku masih terpejam meskipun pada kenyataannya pikiranku sudah setengah sadar.
BUG!
"Kyaaa!!" orang yang awalnya masih tertidur di sebelahku seketika memekik kesakitan. Membuatku langsung terbangun dalam posisi duduk.
"Papa, selamat ulang tahun yang ke-829!" seorang gadis bersurai biru muda duduk di atas perut milik sosok laki - laki yang ia sebut sebagai papanya.
"Eh? Rupanya kau, Yuki - chan," sosok itu buru - buru mengambil kaca matanya yang ia taruh di meja kecil di samping tempat tidurnya.
Kini terlihat jelas olehnya sebuah kue coklat dengan lilin berbentuk angka 829 yang di bawa oleh si gadis kecil.
"Terimakasih, Yuki - chan! Kau memang gadis termanis punya papa!" seru sang papa.
"Tapi...bisakah kau hilangkan angka delapan itu? Aku jadi terdengar seperti seorang kakek tua ubanan,"
"Ahaha! Tapi memang itulah kenyataannya, Iru!" aku meledek sosok di sebelahku.
"Hee? Tapi, kan fisikku ini masih terlihat seperti seseorang yang berumur duapuluh sembilan, tahu!" protes Iru sambil menjepit hidungku dengan jarinya.
"Akkhh..aku tidak bisa bernafas!" ujarku.
"Papa, buatlah permintaan!" pinta Yuki.
"Hm? Apa, ya?" Iru nampak berpikir.
"Cepat, papa! Aku dan mama ingin segera makan kuenya!" Yuki mulai merajuk.
"Kalau begitu papa ingin Yuki tumbuh menjadi putri yang cantik dan baik hati," ucap Iru lalu ia mulai meniup lilin ulang tahunnya.
"Ehh? Mama, kenapa papa malah memberikan harapannya untukku? Aku tidak mau! Itu tidak adil jadinya," celoteh Yuki tak terima.
"Ehh..coba tanya saja ke papamu," jawabku sambil tersenyum.
"Papa, ke - na - pa?" tanya Yuki sambil menggebungkan kedua pipinya.
Tangan Iru bergerak mengambil kue yang ada di tangan Yuki dan menaruhnya di meja kecil samping tempat tidur. Kemudian ia memeluk anaknya itu dengan sayang.
"Itu karena papa sangat menyayangimu, Yuki - chan," bisik Iru.
"Eh? Kalau begitu Yuki juga sayang mama papa!" seru Yuki lalu memeluk Iru dan juga aku.
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top