Chapter 8 : Mantra Tidur
Aku duduk di atas sebuah sofa empuk bergaya ala abad pertengahan. Di hadapanku, duduk seorang wanita paruh baya dengan topi kerucutnya yang aneh. Kursi tempat duduk wanita itu nampak lebih mewah dan besar daripada tempat dudukku. Wanita itu, Mrs. Violetta, menopang dagunya dengan kedua tangannya di atas meja. Manik lavendernya menatap tajam ke arah manik merah muda milikku.
"Alyn, apakah kau memiliki hubungan dengan Raja Drangar?" tanya Mrs. Violetta seketika.
Aku membulatkan mataku. Kemudian aku menjawab "Begitulah.."
Mrs. Violetta mengkerutkan keningnya. Bola matanya melirik kesana kemari dengan lincah. Nampaknya ia sedang mencoba untuk mengingat sesuatu.
"Hubungan macam apa yang kau jalin dengannya?" tanyanya lagi yang tentu saja membuatku bingung untuk menjawabnya.
Raja Drangar atau yang selama ini kupanggil Yuusaku, adalah kekasih hati Himeka yang peduli padaku. Jika aku menjawab pertanyaan Mrs. Violetta dengan realita yang terjadi, kurasa dia tak mungkin percaya.
"Ehm..sulit menjelaskannya. Tapi kurasa dulu kami teman." jawabku pada akhirnya.
"Teman? Jadi kau dulu tinggal di istana? Apa keluargamu adalah keluarga bangsawan?" tanya Mrs. Violetta beruntun.
Akupun menggeleng untuk setiap pertanyaannya.
"Lalu bagaimana kalian bisa saling mengenal?" tanyanya masih penasaran.
"Ehmm..apakah anda pernah mendengar tentang dunia tanpa adanya sihir? Dari situlah aku berasal." jawabku jujur.
"Dunia tanpa sihir?" gumam Mrs. Violetta.
"Di dunia itu aku berteman dengan Raja Drangar." lanjutku.
"Ah! Kalau tidak salah aku pernah membaca cerita tentang dunia yang seperti itu di perpustakaan. Dunia tanpa adanya kekuatan sihir." ujar Mrs. Violetta sembari menjetikkan jarinya.
"Anda percaya?" tanyaku lirih.
"Tentu saja. Tapi ada satu hal yang mengganggu pikiranku." jawab Mrs. Violetta sembari melipat tangannya di atas meja.
Ia menghela nafas panjang. Suasana terdengar sangat hening untuk beberapa saat. Hanya suara detikan jam saja yang mengisi kesunyian atmosfir ruangan saat itu.
"Apa tujuan Raja Drangar datang ke dunia tanpa sihir?"
👑
Kelopak mataku mulai terasa berat. Berkali - kali ia memaksaku untuk menutup mata. Tapi itu tidak mungkin kulakukan. Pasalnya, sekarang aku sedang berada di tengah - tengah jam pelajaran.
Mr. Kaito sedari tadi asyik dengan dunianya sendiri. Ia terus saja bicara di depan kelas, menjelaskan materi sihir tanpa mempedulikan nasib muridnya yang sedang bertarung melawan kantuk.
"Alyn!" bisik Iru. Ia menepuk tanganku pelan.
Refleks, aku menoleh ke arahnya. Kucoba membuka mataku lebar - lebar untuk meyakinkan padanya bahwa aku baik - baik saja.
"Apa?" tanyaku.
"Buatlah aku tertidur dengan mantra yang baru saja Mr. Kaito ajarkan!" perintah Iru antusias.
"Hn? Sedari tadi aku sibuk menahan kantuk dan tidak sempat memperhatikan Mr. Kaito." ujarku jujur.
Dan, kata - kataku itu mendapat sebuah tatapan datar dari Iru. Kemudian Iru memperlihatkan isi buku paket tebalnya ke depan wajahku. Disana kulihat, tepatnya pada halaman 657, terdapat sebuah materi tentang 'Mantra Tidur.'
Aku memiringkan kepalaku sejenak. Mencoba memahami setiap kata yang tercantum di buku membosankan itu. Dan...caranya cukup mudah.
"Baiklah, aku akan membuatmu tertidur." ujarku percaya diri.
"Baguslah!" timpal Iru bersemangat.
Kemudian aku mengeluarkan tongkat sihirku dari saku jubah, dan mengarahkannya tepat ke arah Iru.
Ayun sana, ayun sini, putar dua kali dan...
"Nemuria!" ujarku merapalkan mantra. Seketika butiran debu sihir berwarna merah muda keluar dari ujung tongkatku dan meluncur cepat ke arah Iru.
Bruk! Iru langsung menjatuhkan diri ke atas meja. Matanya telah tertutup rapat.
Aku tidak percaya ini, tapi aku berhasil.
"Anak - anak, jangan pernah mencoba menggunakan mantra ini pada teman atau siapapun itu karena akan sangat sulit untuk membangunkannya kembali." ujar Mr. Kaito yang tentu saja mengagetkanku setengah mati.
"Lalu bagaimana cara membangunkannya!?" pekikku keras.
Mr. Kaito terkejut mendengar suara kerasku. Tapi ia membalasnya dengan senyuman lalu menjawab "Satu - satunya cara adalah ciuman cinta sejati."
DEG!
Aku terdiam di tempatku. Seluruh tubuhku rasanya mati. Mengingat mungkin saja cinta sejati Iru telah lama tiada. Bagaimana dengan Ana? Apakah dia masih hidup?
Jika tidak...apakah aku bisa menggantikan posisi Ana?
Eh, tapi apa yang kuharapkan?
"Alyn, ada apa?" tanya Mr. Kaito.
"Sebenarnya..."
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top