Chapter 7 : Berakhir Aneh
Aku bergidik ngeri begitu sosok laki-laki tampan di depan sana menyebutkan nama depanku. Ia menyerigai ke arahku sembari menunjukkan gigi taring yang bertengget manis di mulutnya.
Tunggu, taring?
"Alyn, kita bertemu lagi." ujarnya.
Aku mengangguk pelan menanggapi perkataannya. Otakku terfokus pada taring yang menempel di mulut sang raja. Membuatku meningkatkan kewaspadaanku terhadapnya.
"Alyn, majulah kemari!" perintahnya kepadaku.
Tidak mau ambil pusing, aku langsung saja menuruti permintaannya. Kakiku melangkh gontai ke atas podium. Tak ada satupun orang yang berani menghentikan aksiku ini. Masing-masing individu kini tengah sibuk menyelamatkan diri mereka masing - masing.
"Ada apa, yang mulia?" tanyaku berusaha menyembunyikan rasa takutku.
GREP.
"Akh...akkk...ak...aku..." ujarku sulit bicara. Kurasakan nafasku begitu sesak ketika sang raja mencengkram leherku dengan tangan kanannya.
Ia mengangkat tubuhku ke udara namun menatapku dengan tatapan rendah. Seringainya sedikit memperlihatkan taringnya padaku. Entah mana yang lebih mengerikan, dicekik atau dilukai dengan taringnya itu.
"Tidak kusangka kau berhasil datang kemari seperti yang satunya." ujar sang raja.
"Le..lepas...!" pintaku memohon.
"Pasti sewaktu di dunia netral itu, kau mengira kalau aku adalah orang baik. Ck..kau salah besar, Alyn." ujar sang raja dengan nada mempermainkan.
"Yuusaku..." ujarku pelan.
"Hm? Wah, bahkan kau mengingat namaku. Fantastis sekali!" ujar sang raja, Raja Yuusaku.
Untuk beberapa saat dia terdiam. Membiarkanku menikmati rasa sakit yang kuterima di leherku akibat cengkramannya. Kemudian manik matanya berkilat - kilat begitu ia melihat leherku. Kulihat air liurnya menetes dari ujung taringnya.
"Ma...mau a...apa..?" tanyaku kesulitan.
"Lehermu sepertinya enak." ujar sang raja.
Leher katanya?
Mataku melebar dengan sendirinya. Suhu badanku menurun drastis. Perlahan tapi pasti, Yuusaku - maksudku Raja Yuusaku, mencoba menancapkan kedua taring runcingnya itu di leherku.
Sial. Untuk kedua kalinya aku akan mati. Adakah manusia di dunia ini yang lebih sial dariku?
"Hentikan!" suara keras seorang laki - laki terdengar menggema di seluruh penjuru aula.
Merasa terganggu, maka Raja Yuusaku menghentikan aksinya. Manik matanya mulai beralih ke arah kursi - kursi para hadirin. Begitu juga denganku. Lalu diantara para hadirin yang tengah tertunduk takut, seorang anak laki - laki berdiri tegap dari kursinya. Matanya menatap tajam ke arah Raja Yuusaku.
"I...Iru..?" gumamku tidak percaya.
"Siapa kau, bocah tengil?" tanya Raja Yuusaku arogan.
"Namaku bukan bocah tengil! Namaku Iru!" jawab Iru membentak.
Seketika bola mata Raja Yuusaku membelalak lebar. Wajahnya berubah pucat begitu mendengar apa yang telah Iru ucapkan. Kurasakan cengkramannya agak melonggar dari leherku. Ada apa ini?
Kemudian, Raja Yuusaku cepat - cepat merubah ekspresi wajahnya. Kini wajahnya yang tampan itu berubah kembali seperti semula. Arogan.
"Namaku Iru Delirium! Cepat lepaskan Alyn atau tidak, aku tidak akan segan - segan membunuhmu!" ancam Iru serius.
BRUK. Tak butuh waktu lama untuk Raja Yuusaku melepaskanku. Ia langsung mematuhi perintah Iru begitu saja.
"Uhuk..uhuk..." aku terbatuk - batuk akibat cengkraman yang cukup keras tadi.
"Cih." kudengar Raja Yuusaku berdecih.
Kemudian dengan angkuhnya ia berjalan meninggalkan podium menuju pintu keluar. Wajahnya nampak kesal sehabis mendengar ancaman dari Iru. Tapi kenapa?
Suasana perlahan berubah kembali menjadi normal. Orang - orang berbondong - bondong menghampiri Iru yang sekarang sedang berdiri di dekat pintu keluar aula. Banyak sekali pertanyaan yang mereka lontarkan terhadap Iru.
"Kau hebat.."
"Berani sekali..."
"Kau cari mati, ya?"...
"Apa gadis yang hampir diminum darahnya oleh si raja sialan itu berharga bagimu?"...
Seketika sebuah pertanyaan menarik perhatian Iru. Dilihatnya seorang gadis berambut pendek dengan pita biru besar di belakang kepalanya. Si gadis itu menaikkan sebelah alisnya, meminta jawaban atas pertanyaan super kepo miliknya.
"Hmm...entahlah. Hanya saja Alyn mengingatkan aku dengan seseorang." jawab Iru malu.
"Pelampiasan rupanya." gumam gadis itu agak kecewa.
"Pelampiasan?" gumam Iru lirih. Ia sama sekali tidak pernah terpikirkan akan hal itu. Ia merasa kalau menjadikan Alyn sebagai pelampiasan adalah sesuatu yang sangat jahat.
Beberapa pertanyaan kembali berdatangan kepadanya. Membuyarkan lamunannya akan sosok perempuan bersurai merah muda yang akhir - akhir ini menghantui malam - malamnya dan juga tidurnya.
Perasaan bersalah itu... tidak mungkin bisa hilang dengan mudah.
Sementara itu Mrs. Violetta menghampiriku yang masih terduduk lemas di atas podium. Ia memeriksa keadaanku dengan teliti. Takut - takut murid barunya ini mengalami trauma berat.
"Kau tidak apa - apa?" tanyanya khawatir.
Aku menggeleng.
"Kau yakin?" tanyanya tidak percaya.
"Aku sangat yakin. Anda tenang saja." jawabku berusaha meyakinkan Mrs. Violetta.
Kemudian dengan sigap, Mrs. Violetta mengayunkan tongkat sihir miliknya sembari merapalkan sebuah mantra ke arahku "Clodihora!"
Satu detik kemudian, aku tiba - tiba saja sudah berada di atas sebuah awan putih yang nyaman. Meskipun begitu, aku mencoba turun dari atas awan ini.
"Aku baik - baik saja, Mrs. Violetta." tolakku.
Mrs. Violetta menggeleng tidak setuju.
"Kau harus kuperiksa di ruanganku." ujarnya dengan nada memaksa.
Hm? Aku memiringkan kepalaku sebagai tanda bahwa aku sedang dilanda kebingungan.
"Dan... ada beberapa pertanyaan yang harus kutanyakan padamu."
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top