Kurasakan tubuhku jatuh perlahan semakin ke dalam. Aku tidak tahu akan sampai kapan. Tapi saat ini aku merasa sangat takut.
Aku takut dia mengingatnya. Dia pasti akan membenci sosok laki - laki pengecut seperti aku ini. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana wajahnya saat itu. Begitu menyedihkan. Tapi meskipun begitu ia tetap menyembunyikannya dan terus bertarung.
Karena itulah, ketika orang - orang mulai menyalahkannya, aku akan sangat marah. Yang sebenarnya salah itu adalah aku. Tapi sewaktu di akademi, dia tidak mengingatnya. Begitu polos dan kikuk.
Meskipun tahu aku adalah seorang raja, tapi dia tetap memanggilku dengan nama asliku. Jika dipikir, apa dia tidak takut? Atau dia begitu bodoh? Tapi kelakuannya itu membuatku senang.
Dan mulai saat ini, aku tidak akan pernah mendengarnya memanggilku dengan sebutan "pangeran" atau "yang mulia" lagi. Dia yang dulu sudah...
"Yang Mulia!!!"
DEG!
Refleks, aku membuka mata. Tak jauh di atasku, aku melihatnya. Ia sedang bersusah payah menuju ke sini dengan gerakan seperti menyelam. Tangannya terulur ke arahku.
GREP!
Hangat. Ia berhasil meraih telapak tanganku setelah bersusah payah mencoba.
"Yang Mulia, aku tidak akan pernah meninggalkanmu!" ujarnya penuh haru. Air mata bahagia ia tunjukkan kepadaku.
"A - Alyn?" tanyaku kaget.
Ia tersenyum dalam tangisnya sambil menggeleng pelan. Kemudian ia menjawab, "Aku bukan Alyn,"
DEG!
"Aku penyihir pengawalmu,"
"A-," aku tercekat. Pada akhirnya dia berhasil mengingat semuanya. Aku siap - siap akan dibenci olehnya.
"Segel non aktif!" serunya.
Seketika pandanganku dilingkupi oleh cahaya putih yang sangat menyilaukan. Dan saat tersadar, aku sudah berdiri kembali di tengah hutan. Kulihat cermin yang selama ini menyegelku berubah menjadi cahaya terang lalu masuk menembus dada seorang perempuan bersurai merah muda.
"Ah..akhirnya jantungku kembali," ucapnya.
"Maafkan aku," ujarku lirih lalu aku memeluknya erat.
"Sejak awal aku tidak pernah membencimu," balasnya lembut.
Aku melepaskan pelukanku. Lalu kulihat gadis di depanku tersenyum. Senyuman yang mampu membuat waktuku terasa berhenti mengalir.
"Jadi sudah selesai jalan - jalannya?" suara Kurumi tiba - tiba terdengar.
"Bagaimana tendanganku tadi mantap, bukan?" kini Andrea bersuara. Ia mengerling jahil.
"Kau memang lambat menyadarinya, ya,..." Mizu menggantungkan kata - katanya.
Hening sesaat.
"...Ana - chan?"
👑
Dengan sihir teleport, kami kembali ke istana. Di sana para penduduk sedang menunggu kedatangan raja asli mereka. Mereka tersenyum bahagia. Dan tidak sedikit dari mereka yang menangis haru.
Aku bisa bernafas lega sekarang. Rupanya di sini pun terjadi kemenangan. Kemenangan yang indah.
"Alyn!!!" terdengar suara yang sudah tidak asing memanggil.
"Nina? Kau baik - baik saja!?" aku terperanjat senang melihat sosok itu. Ia kini sedang melambaikan tangannya ke arahku.
"Ya! Dan yang terpenting adalah..aku kembali menjadi elf!" ia bersorak sambil menunjukkan telinganya yang kembali memanjang khas elf.
Semua orang bersorak bahagia hari ini. Matahari terbangun dari peraduannya setelah kami semua melewati malam super panjang. Aku tersenyum. Tempat yang sempat menjadi harapanku untuk pulang sekarang sudah tidak kuharapkan lagi.
Aku sadar tempatku pulang adalah di sini. Ebetopia.
"Hei, Ana!" panggil pangeran sambil tersenyum. Ia mengulurkan tangannya ke hadapanku.
"Pangeran,... Tadaima!" ucapku sambil membalas uluran tangannya.
Lalu sambil menggenggam tanganku, pangeran menjawab, "Okaeri, Ana - chan,"
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top