Chapter 32 : Perasaan Terlarang
Sudah terhitung sebulan sejak aku terpilih sebagai penyihir pengawal milik pangeran Iru. Hari ini raja dan ratu sedang mengadakan kunjungan ke kerajaan diluar Ebetopia. Dan otomatis, urusan kerajaan dialih tugaskan kepada pangeran.
Bunga - bunga sakura bermekaran. Musim semi telah datang di negeri kami. Aku memijat - mijat punggungku yang terasa sakit akibat mengikuti pangeran keliling pemukiman. Hari ini banyak sekali masalah rupanya.
Aku duduk di pelataran belakang rumah milik Mrs. Liliane. Sedangkan si empunya rumah sedang berdiskusi dengan pangeran di dalam. Manik merah muda milikku terus menengadah ke atas. Menatap ke arah pohon sakura yang tumbuh subur di depanku.
"Sudah berapa lama aku tidak pernah bermalas - malasan, ya?" kenangku.
"Ana!" tiba - tiba pangeran duduk di sebelahku.
"Apa diskusinya sudah selesai, yang mulia?" tanyaku.
"Sudah, Mrs. Liliane sekarang pergi menuju ke akademinya bersama Ren, Paulina, Sandra, dan Yessica," jawab pangeran santai.
"Lho? Pangeran tidak ikut?" tanyaku kaget.
Pangeran menggeleng. Lalu ia menaruh kedua tangannya ke belakang. Menumpu berat badannya. Ia menatapku dengan manik langit malamnya.
"Aku lelah, jadi mereka memperbolehkanku istirahat sebentar di sini," jawabnya tersenyum.
"Oh. Heee?? Lalu kenapa aku tidak kau perintahkan untuk ikut bersama mereka? Nanti aku kena hukuman!!" aku panik.
"Tidak," ujarnya. Matanya masih terus menatapku.
"Ha?" gumamku bingung.
"Lagipula aku ingin di sini bersamamu," ujarnya.
Aku tercekat. Aku yakin sekali wajahku berwarna merah sekarang. Lalu aku langsung menunduk malu.
SET!
Tiba - tiba saja pangeran meletakkan kepalanya di atas pahaku. Ia tiduran dengan santainya.
"Lihat, sekarang aku bisa melihat wajahmu lagi," ujarnya.
"..." aku terdiam kaku.
"Hei, jangan coba memalingkan wajahmu dariku lagi!" lanjutnya serius. Tangan kanannya bergerak memegangi daguku lembut.
Aku mengangguk kaku. Jantungku berdegup kencang tak karuan. Ada apa denganku!?
"Bunga sakuranya indah, ya?" ucapnya memecah keheningan. Manik langit malamnya beralih ke arah kumpulan bunga sakura di atas kepala kami.
"A? I..iya," jawabku sambil ikut memandang ke atas.
👑
"Ana, kami ingin bicara," Ren tiba - tiba menghampiriku di halaman belakang istana. Di belakangnya teman - teman yang lain mengikuti.
"Ada apa?" tanyaku.
"Sebagai teman, kami ingin memberitahukan hal ini padamu. Kau harus berhenti, Ana! Semuanya tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang kamu inginkan," ujar Ren serius. Ia menatap mataku lekat - lekat.
"Apa maksudmu?" tanyaku.
"Ana, kau menyukai pangeran Iru, kan?" Sandra bersuara sehati - hati mungkin.
"A-apa?" aku tercekat.
"Lepaskan dia, status sosialnya jauh berbeda dari kita! Jika kau terus dalam pendirianmu, kelak kau akan terluka," Paulina merangkul bahuku lembut.
"Tapi aku tidak-" sanggahku namun Paulina menyela.
"Aku melihatnya dengan sihir elemen waktu milikku. Kau dan pangeran.." ucapnya terputus. Ia tidak berani melanjutkan.
"Paulina benar. Sebesar apapun perasaan kalian, kalian tidak akan pernah bisa bersama," Yessica mengakhiri pembicaraan malam itu.
Mereka berempat meninggalkanku sendirian. Kembali ke dalam kamar mereka. Bersiap untuk memejamkan mata.
Tes..
Aku terdiam kaku. Kenapa...aku menangis?
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top