Chapter 28 : Darah yang Berceceran
Ledakan - ledakan keras terdengar dari arah luar area hutan. Perhatian kami bertiga teralih ke arah sumber ledakan itu.
Mataku membelalak lebar melihat asap hitam yang mengepul ke udara. Setelahnya terjadi ledakan lainnya yang tak jauh dari area tersebut. Dan, sama seperti yang tadi asap hitam kembali mengepul.
"Rakyat - rakyat bodoh itu telah melakukan perlawanan yang sia - sia. Mereka telah salah memilih pemimpin." ucap Yuusaku menyeringai.
"Mereka masih bertempur demi Iru..?" gumamku salut.
"Bagaimana kalau kita memulai pertarungan kita juga, Yuusaku?" tantang Iru bersemangat. Ia menarik pedangnya keluar dan mengacungkannya ke depan.
Yuusaku tersenyum miring menanggapi hal itu. Kemudian ia ikut menarik pedangnya keluar. Dan, bersamaan dengan ditariknya pedang dari sarungnya, aura gelap pekat turut keluar dari sana.
"Berani sekali kau menantangku, cih!" gerutu Yuusaku.
Pandanganku beralih menatap Iru. Kulihat manik langit malamnya nampak menyiratkan ketakutan. Namun kedua kakinya tetap berdiri kokoh menopang seluruh tubuh dan keberanian yang ia punya.
"Alyn, bersembunyilah ke balik pohon!" perintah Iru.
"Tapi.." gumamku.
"Ini perintah mutlak dariku. Laksanakanlah!" sela Iru.
"Baik." jawabku pada akhirnya.
Aku berlari dengan tergopoh - gopoh menuju belakang pohon yang kukira paling besar. Setidaknya cukup untuk menyembunyikan tubuh lemahku di baliknya.
Aku duduk memeluk lututku. Kurasakan atmosfer semakin mencekam. Tanpa sadar tubuhku bergidik ngeri sendiri. Otakku sibuk memikirkan semua dosa yang pernah kulakukan. Aku rasa ini adalah hukumanku. Hukuman atas dosa tersebut.
Aku mulai membayangkan kehidupan normalku di Jepang. Tak ada pertarungan, tak ada sihir, tak ada iblis, dan semuanya tampak normal. Meskipun Himeka ada di sana namun aku ingin kembali ke dunia itu. Dunia sihir ini...
terlalu menakutkan.
Suara desingan pedang yang saling berbenturan terdengar keras di balik sana. Saling menyerang tanpa ampun dan tanpa memberikan celah. Sesekali kudengar Yuusaku mengeluarkan mantra sihir anehnya. Dan saat itulah juga kudengar Iru terjatuh ke tanah.
Pertarungan mereka terus berlanjut. Tak ada yang mau menyerah. Perlahan aku bergerak mengintip ke balik pohon. Tepatnya ke arah mereka.
DEG!
Mataku sukses membulat lebar. Nafasku terasa berhenti seketika. Di depan sana, kulihat banyak sekali darah yang berceceran. Warna merah kentalnya memberikan warna pada rumput dan daun hutan yang kini berwarna abu.
Satu hal yang menggangguku. Yuusaku masih bersih tanpa luka. Artinya semua darah yang berceceran itu adalah...
DEG!
Kulihat Iru kembali menyerang. Ia menebaskan pedangnya ke arah Yuusaku. Hatiku sakit ketika melihatnya. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan luka sayatan yang cukup lebar. Namun ia tetap berdiri dan melakukan perlawanan.
"I..Iru.." gumamku tercekat.
Kenapa disaat seperti ini aku tidak bisa melakukan apa - apa?
"Sudah kukatakan, raja terbaik adalah aku! Akan kuhukum rakyat bodoh itu setelah aku membunuhmu!" ujar Yuusaku sambil menciptakan sayatan lainnya pada Iru.
"He, itu kalau kau bisa menang dariku." timpal Iru.
"Dasar sombong! Dengan keadaan seperti itu tidak mungkin kau bisa membunuhku!" ledek Yuusaku.
"Kita lihat saja nanti!" seru Iru lalu kembali menyerang.
"Hiaaatt!!"
BUAGH!
Yuusaku dengan mudahnya menedang bagian perut Iru. Membuat Iru terlempar jatuh ke belakang.
"Dengan gerakan lambat seperti itu kau sudah tidak bisa lagi menyerangku." ledek Yuusaku. Ia berjalan mendekati Iru lalu menginjak perutnya dengan kasar.
"Hei, raja sialan! Cepatlah pergi ke neraka! Dari sana kau akan melihatku mencium wanita yang kau sukai itu! Hahahaha!" ucap Yuusaku yang diikuti dengan tawa kemenangan.
Tidak...
Tidak akan kubiarkan...
Tidak akan kubiarkan kau menyentuhku!!!
Tes...
Lagi - lagi aku hanya bisa menangis.
Begitu butiran air mataku jatuh mengenai tanah, seketika tanah yang kupijaki mengeluarkan simbol sihir yang mengeluarkan cahaya merah muda. Mataku kembali terbelalak lebar.
"A..apa itu?" pikir Iru dan Yuusaku. Perhatian mereka teralihkan ke balik pohon besar yang kujadikan tempat sembunyi.
Perlahan aku mencoba berdiri. Dan dalam waktu hitungan detik kemudian, angin kencang keluar dari simbol sihir itu. Aku terdiam takjub begitu cahaya yang keluar bergerak menyelimuti tubuhku.
Dan seketika pakaian pengantinku berubah menjadi gaun mini berenda putih dan merah muda. Taring vampir yang baru saja kudapatkan menghilang dan manik mataku kembali normal.
"Kekuatan sihir...?" gumamku.
👑
Yuusaku tersenyum miring. Ada perasaan buruk di dalam hatinya.
"Dia akan mengalahkanmu..uhuk!" ucap Iru tersenyum meremehkan ke arah Yuusaku. Setelahnya ia terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.
BUG! Yuusaku menginjak Iru dengan kasar.
"Jangan asal bicara, raja sialan!" pekik Yuusaku jengkel.
DUAK!
Seketika Yuusaku terpental jauh ke belakang akibat akar pohon besar yang tumbuh dari tanah secara tiba - tiba. Dan, dengan mudahnya darah keluar dari sudut bibir Yuusaku.
Angin besar muncul di sekitar area pertarungan mereka. Membuat daun - daun kering beterbangan ke udara. Diantara daun dan debu yanv beterbangan itu, aku memunculkan diriku di area pertarungan.
"Alyn..." gumam Yuusaku pelan.
"Ahaha..ini pasti hanya ilusi! Tidak mungkin Alyn bisa melakukannya!" ucap Yuusaku melantur.
"Apa maksudmu?" tanyaku datar.
"Hei, Alyn! Darimana kau mendapatkan kekuatan sihir elemen, huh? Dari peri yang lewat? Atau barangkali dari hantunya Ana?" ucap Yuusaku.
"Cih!" aku berdecih kesal mendengar ucapan tidak jelasnya itu.
Tiba - tiba cahaya putih yang menyilaukan muncul di atas kami. Kami bertiga menatap ke arah sunber cahaya. Berharap ada bantuan di pihak masing - masing.
Namun ternyata harapan kami harus pupus begitu si sumber cahaya mendarat manis di atas tanah. Perlahan cahayanya menipis dan tampaklah wujudnya.
"Apa yang dilakukan cermin itu di sini?" gumamku.
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top