Chapter 27 : Disembunyikan
Kilat di langit nampak menyanbar - nyambar dengan ganasnya. Namun pertarungan antara Yuusaku dan keempat penyihir dari Red Star Gakuen tersebut tak kunjung menandakan akhir. Mereka saling melemparkan sihir.
"Ck! Kalian merepotkan seperti biasa!" keluh Yuusaku sambil melompat mundur ke atas dahan pohon. Ia membuat jarak dengan keempat penyihir.
Tubuh keempat penyihir sudah dipenuhi oleh luka goresan akibat serangan sihir dari Yuusaku. Nafas mereka tersenggal - senggal akibat mengeluarkan energi sihir terlalu banyak. Kekuatan iblis savarghna yang bersarang pada tubuh Yuusaku memang luar biasa. Sampai saat ini pun, tubuh Yuusaku belum mengalami luka setitik pun.
"Asal kau tahu saja, kau itu lebih merepotkan!" timpal Kurumi kesal.
Kemudian tangan kanan Kurumi mengepal ke udara. Dan dalam waktu sepersekian detik kemudian, cahaya sihir berbentuk jam pasir terbentuk di tanah yang ia pijak.
"Jikan Control!" serunya lantang.
"A-apa!?" pekik Yuusaku kaget. Lalu ia pun berhenti bergerak.
Bukan hanya Yuusaku, seluruh makhluk hidup yang berada dalam jangkauan sihir Kurumi berhenti hidup. Jantung mereka tak berdetak lagi. Tapi meskipun begitu mereka tertahan pada posisi awal mereka. Waktu telah berhenti.
"Kurumi, kau berhasil mengumpulkan mana alam rupanya," ujar Andrea.
"Selama pertarungan tadi aku memang sengaja tidak terlalu banyak membuang energi sihir. Aku tahu sihir elemen waktu milikku akan sangat dibutuhkan," balas Kurumi.
"Yosh! Baiklah, mari kita akhiri pertarungan ini!" ujar Ame sambil memunculkan kristal es di tangan kanannya.
GREP.
Ketika Ame bersiap untuk melompat ke arah Yuusaku berdiri, tangan Andrea bergerak memegangi bahu Ame. Membuat Ame mengurungkan aksinya.
"Ada apa?" tanya Ame singkat.
"Apa setelah ini berakhir, kita akan saling memanggil dengan nama asli kita?" tanya balik Andrea. Tatapannya sendu.
Ame tersenyum. Lalu melepaskan pegangan Andrea pada bahunya.
SET.
Kemudian ia langsung melompat mendekati Yuusaku.
"Kuharap itu artinya 'ya'," gumam Andrea pelan.
Kini Ame sukses berdiri di belakang Yuusaku. Alis Ame bertaut. Jauh di dalam lubuk hati, ia sangat ketakutan. Belun pernah ia mencoba membunuh seseorang. Untuk itu ia mencoba mengumpulkan seluruh keberaniannya.
"Hiaaattt!!!!" seru Ame sambil menggerakkan kristal esnya untuk menikam Yuusaku.
JLEB!
"Dia berhasil.." gumam Mizu tak menyangka.
"Penderitaan kita semua akhirnya..."
Pesss....
Tiba - tiba tubuh Yuusaku mengeluarkan asap. Membuat Kurumi terkejut setengah mati.
"Bukankah dia masih dalam pengaruh sihirku? Tidak mungkin tubuhnya bisa mengeluarkan asap seperti itu." pikir Kurumi takut.
"Apa maksudnya ini!?" pekik Ame begitu menyadari sesuatu.
Tubuh Yuusaku menghilang. Tak ada sedikitpun jejak keberadaannya. Ame menenggak salivanya, takut - takut Yuusaku sedang bersiap menyerangnya dari arah tidak terduga.
"Ame, turunlah dari sana!" perintah Mizu.
"Tapi bagaimana jika Yuusaku menyerangku secara tiba - tiba?" protes Ame takut.
"Aku...tidak mau mati lagi,"
"Kau tidak akan mati, Ame." balas Mizu serius. Nampaknya ia tersadar akan sesuatu.
"Eh? Kenapa kau begitu yakin?" tanya Ame panik.
"Karena sejak awal Yuusaku tidak ada bersama kita," jawab Mizu serius.
"Rupanya itu hanya tubuh kloning, ya?" gumam Ame paham.
"Dia tidak mungkin akan dengan semudah itu melepaskan mangsa utamanya. Dan dia juga tidak mungkin akan menghabiskan waktunya melawan kita di sini," timpal Mizu.
"Itu artinya sekarang dia..." ujar Kurumi tercekat.
👑
"Iru Delirium, beraninya kau menyentuh pengantinku!" terdengar suara berat yang sangat familiar di telingaku.
Refleks, Iru melepaskan pelukannya dan berbalik ke arah si pemilik suara. Ia berdecih kesal.
"Jangan ganggu dia, Yuusaku!" ujar Iru dengan nada serius.
"Wah, wah! Sudah kuduga kau akan sangat merepotkan." ujar Yuusaku dengan wajah meremehkan.
"Iru benar, tinggalkan kami!" ucapku.
"Menyebalkan sekali. Padahal segala upaya telah kulakukan agar ramalan itu tidak terwujud. Seandainya saja kalian tidak saling mengingat, aku pasti sudah menikahi Alyn." keluh Yuusaku panjang lebar.
"Urusai! Jangan pernah kau dekati dia!" seru Iru nanar. Ia berdiri membelakangiku. Kedua lengannya ia rentangkan ke samping.
"Pfftt...muahahahaha!!" Yuusaku tertawa geli melihat tingkah Iru.
"Apa yang membuatmu ingin menjauhkannya dariku, hm? Apa kau berniat menikahinya?" goda Yuusaku.
"Me..memangnya kenapa?" Iru bertanya balik dengan nada serius. Wajahnya merona merah.
"E? Heeeee???" aku terpekik kaget sambil menutup mulutku dengan kedua tanganku. Tidak percaya dengan apa yang kudengar.
"Kau ingin menikahinya setelah apa yang telah kau perbuat di masa lalu?" tanya Yuusaku dengan wajah tidak suka.
Mulut Iru terbungkam. Ia hanya menunduk, mencoba menghindari pertanyaan Yuusaku.
"Ha? Apa maksudmu?" tanyaku.
"Alyn, dengarkan aku! Iru ingin menikahimu hanya karena ia merasa bersalah atas dosanya kepadamu di masa lalu. Jika kau ingin memilih sekarang, maka aku jauh lebih baik daripada laki - laki yang sekarang sedang bertingkah sok baik di depanmu itu." ujar Yuusaku panjang lebar.
"Aku tidak mengerti..." balasku.
"Kuyakin kau akan mengerti setelah ingatanmu kembali," timpal Yuusaku.
"Ingatanku...?"
"Diam kau!! Jangan cuci otak Alyn dengan kata - katamu!" seru Iru.
"Kau tidak berhak mengatakan itu kepadaku karena aku berkata jujur." timpal Yuusaku enteng.
"Cih! Sudah diam saja!" seru Iru kesal. Nafasnya memburu tak karuan.
"Ah, aku tahu! Apa kau takut, Yang Mulia?" ledek Yuusaku sambil menyeringai.
"Kau mencoba menyembunyikannya, ya?"
GREP.
Aku memegangi pundak Iru agak keras. Membuat Iru menoleh ke arahku sekilas.
"Iru, apa yang kau sembunyikan dariku?" tanyaku pelan.
Seketika mata Iru membelalak lebar.
👑
"Aku...tidak ingin Alyn mendapatkan ingatannya kembali,"
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top