Chapter 23 : Elemen Kegelapan

Pertarungan Yuusaku dan Iru kembali dimulai. Mereka sama - sama tidak mau kalah. Aura dendam yang mendalam dapat kurasakan keluar dari tubuh mereka. Saat ini aku hanya bisa menangis di sudut ruangan sambil menjaga Nina yang belum juga siuman.

Sebenarnya aku ini siapa...?

Kenapa aku dilahirkan...?

Dan, kenapa aku begitu tidak berguna...?

"A..Alyn..?"

DEG!

"Nina, kau siuman! Syukurlah." ujarku sambil berusaha menahan tangis.

Dengan gerakan pelan, Nina berusaha bangkit dari posisi tidurnya. Sesekali ia menyentuh bagian kepalanya yang berwarna keunguan akibat memar.

"Maaf." ujar Nina.

"Tak apa. Sejak awal akulah yang salah." ujarku menyanggah penyesalan Nina.

SET!

"Kau lihat itu, Alyn?" tanya Nina sambil menunjuk sebutir cahaya biru yang tiba - tiba berada di langit - langit ruangan.

Aku menengadah ke atas. Berusaha melihat satu - satunya cahaya yang bersinar indah di dunia ini. Mataku tidak dapat melepaskan pandangannya dari cahaya kecil itu. Cahaya itu bergerak memutari ruangan lalu dengan perlahan ia terbang merendah.

"Seperti kepingan cahaya bulan yang hilang malam ini." gumamku. Entah kenapa hanya itu yang dapat keluar dari mulutku. Tapi memang cahaya biru itu mirip sekali dengan cahaya bulan. Tidak terlalu terang namun saat ini, ialah satu - satunya yang memberikan warna pada Ebetopia.

Semakin lama, cahaya itu bergerak mendekatiku. Ada sedikit perasaan takut, tapi kakiku sama sekali tidak bisa bergerak. Cahaya itu...datang darimana, ya?

BRUK!

Tiba - tiba saja, cahaya biru itu menghempaskan dirinya ke arah keningku dengan keras. Aku sampai terdorong ke dinding dibuatnya. Melihat itu, Nina panik sendiri.

"Alyn, kau baik - baik saja? Astaga, bagaiamana kalau yang tadi itu kutukan? Atau semacam bola arwah!? Aduh...bagaimana kalau kau kerasukan!?" cerocos Nina tiada henti. Berkali - kali ia mengusap keningku sambil berusaha mengingat mantra apapun yang bisa ia gunakan. Tapi dalam keadaan panik seperti itu, sudah pasti tak ada satupun mantra yang bisa terpikirkan oleh otaknya.

"Rasanya badanku jadi lebih ringan." ujarku. Kutatap kedua telapak tanganku bersamaan. Rasanya disana ada kekuatan aneh yang membuatku merasa hangat.

SHING!

Kedua pedang yang penuh aura dendam itu saling berbenturan. Tak ada percakapan apapun lagi yang terjadi diantara mereka. Kini mereka benar - benar serius untuk saling membunuh satu sama lain.

DUG.

Dengan liciknya, Yuusaku menendang kaki Iru. Membuat Iru jatuh berlutut sambil memegangi kakinya yang terasa sakit. Kemudian Yuusaku menendangnya lagi tapi kali ini ia menendang kepala Iru.

BRAK!

Iru terjatuh ke lantai dalam posisi terkapar. Pedangnya terpisah dari jangkauan tangannya. Ketika Iru berniat mengambilnya kembali, dengan cepat Yuusaku menusuk tangan Iru dengan pedangnya. Membuat Iru mengerang kesakitan.

"Hahahaha! Teruslah berteriak seperti itu!" sahut Yuusaku.

JLEB!

Yuusaku menusukkan pedangnya pada tangan Iru yang satunya.

"Sworda Naru!"

"Hiaaatt!!!" seketika Nina menyerang Yuusaku dengan pedang yang ia buat dari mantra sihir.

Yuusaku tersenyum meremehkan lalu berkata "Kekuatan sihir rendahan seperti itu tak akan mempan kepadaku."

Kemudian Yuusaku merentangkan tangan kirinya ke arah Nina. Dan dalam waktu sekejap, aura kegelapan hitam pekat berkumpul membentuk sebuah perisai di sana. Pedang sihir yang Nina ayunkan ke arah Yuusaku, seketika sirna menjadi butiran kecil cahaya.

"Tidak mungkin..." gumam Nina terkejut.

"Rupanya kau masih belum puas dengan siksaan yang sebelumnya, ya?" cibir Yuusaku kesal.

"Cih! Aku tidak takut padamu. Aku akan melindungi Yang Mulia Raja Iru bahkan sampai aku mati." ujar Nina lantang.

"Kelak kau akan menyesal karena telah memilih si pecundang kecil ini." ujar Yuusaku menyeringai.

Kemudian ia berbalik menghadap Nina. Tangan kanannya ia rentangkan ke depan. Lalu entah bagaimana caranya, aura kegelapan berkumpul membentuk seekor ular. Yuusaku menyeringai penuh kemenangan.

"Sihir? Bagaimana bisa?" tanya Nina.

"Hahahaha! Di masa lalu aku telah melakukan perjanjian dengan Iblis Savarghna dan berkat itu aku menjadi satu - satunya vampir yang memiliki kekuatan sihir." ujar Yuusaku sombong.

"Kurang ajar! Savarghna adalah iblis paling terkutuk diantara yang terkutuk! Dia adalah sampah di surga namun dewa kematian di neraka!" pekik Nina terkejut.

"Tepat, sebagai mantan ras elf, kau pintar juga." ujar Yuusaku.

SET.

Dengan gerakan cepat, bayangan ular milik Yuusaku melesat ke arah Nina. Rahangnya membuka dan memperlihatkan taringnya yang runcing.

BAM!

Bayangan itu menabrak permukaan lantai dengan keras. Sementara Nina melompat menghindarinya. Kemudian Nina mengarahkan tongkat sihirnya ke arah bayangan itu.

"Guardo Lixie!"

Seketika munculah monster aneh di hadapan si bayangan ular. Monster itu memakai baju jirah dan memegang sebuah kapak besar. Taringnya mencuat keluar.

"Eh? Jadi itu sosok pelindung bangsa elf?" komentar Yuusaku santai.

Monster itu mengaum keras sambil mengayunkan kapaknya. Namun berhasil ditangkis dengan sempurna oleh si bayangan ular. Maka terjadilah pertempuran sengit diantara mereka.

Mereka saling menyerang dengan brutal. Seakan  kata 'ampun' tidak ada dalam kamus mereka. Kurasa kedua makhluk itu sama sekali tidak memiliki rasa kemanusiaan.

KREK...KRETAK...

"Tidak mungkin!" pekik Nina.

👑

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top