Chapter 22 : Hitam
"Ana, adakah seseorang yang kau sukai?"...
"Rahasia."
"Kalau, Yang Mulia?"...
"Tidak ada."...
"S..Sou...ka..."...
"Tapi kalau boleh meminta, aku ingin calon permaisuriku nanti memiliki warna rambut dan iris mata yang sama denganmu."...
Aku bohong. Aku tidak menginginkan seseorang yang mirip denganmu. Aku ingin seseorang itu adalah...
Kamu.
👑
Rasa sakit yang kurasakan perlahan menghilang. Mataku terbuka dan mendapati wajah Ana yang sedang ketakutan. Di depannya berdiri Yuusaku yang tengah menanyainya beberapa hal yang sama sekali tidak aku mengerti.
DEG! Setelah beberapa saat aku tersadar, akhirnya aku menyadari sesuatu. Sekarang ini aku tengah berada di dalam pelukan Iru.
"Iru?" tanyaku ragu.
Mendengar suaraku, refleks yang merasa terpanggil langsung menundukkan wajahnya agar ia dapat melihat wajahku. Matanya membulat lebar begitu melihatku. Bibirnya agak bergetar. Alisnya bertaut.
"K..kau baik - baik saja, Alyn?" tanya Iru.
"Sudah tidak sakit, kok." jawabku jujur.
"Dengarlah jawabannya sendiri, tuan!" seru Ana tiba - tiba. Membuat Yuusaku berbalik menatap ke arahku. Ekspresi yang ia tunjukkan sama seperti yang Iru tunjukkan barusan.
"Tidak mungkin kau masih hidup!" ujarnya lantang.
"Hah-?" gumamku.
"Tak sadarkah kamu kalau Ana baru saja menusuk jantungmu?" tanya Yuusaku.
Eh...? Iya juga. Lalu kenapa aku masih hidup? Bahkan rasa sakitpun sudah tidak kurasakan lagi.
"Kau..kau ini sebenarnya makhluk apa, Alyn?" gumam Ana gemetaran. Ia bersembunyi dibalik punggung Yuusaku.
Aku sendiri tidak tahu.
Di tengah aksi terperanjatnya, dalam hitungan detik kemudian, Yuusaku langsung menyeringai sinis. Ekspresi wajahnya berubah kembali menjadi normal, arogan. Lalu tanpa di duga, tiba - tiba saja dia tertawa.
"Wahahaha!! Bagaimana aku bisa lupa?" ujarnya di sela - sela tawa.
"Tuan...?" gumam Ana.
"Sekarang aku ingat siapa diriku yang sebenarnya." lanjut Yuusaku.
"Apa maksudnya?" gumam Iru.
Setelah puas tertawa, Yuusaku melirik ke arah Ana dengan tatapan tajam. Membuat Ana berjalan mundur menjauhinya. Namun dengan gerakan cepat Yuusaku melesat ke arah Ana.
JLEB!
Apa - apaan dia itu?
Tangan kanan Yuusaku sukses menembus dada Ana. Darah pelahan nampak merembes keluar dari sana. Kemudian dengan satu tarikan cepat, tangan kanan Yuusaku berhasil mendapatkan seonggok daging merah yang masih berdetak.
"Kau gila, Yuusaku!" bentak Iru nanar.
Yuusaku tidak memedulikan bentakan Iru. Ia hanya menyeringai sambil menatap seonggok daging yang kini berada di tangan kanannya. Lalu dalam waktu sepersekian detik kemudian, ia memakan daging yang masih berdetak itu.
Kualihkan tatapanku ke arah Ana. Dan kulihat tubuhnya berubah menjadi abu lalu menghilang tertiup angin dari luar jendela.
SHING!
Tanpa kuketahui, kini Iru telah melesat ke arah Yuusaku sambil membawa pedangnya. Tatapannya tajam dan penuh dendam. Namun yang ditatapnya hanya menyeringai sambil menangkis setiap serangan.
"Ah, maafkan aku karena melupakanmu, teman lamaku." ujar Yuusaku dengan nada arogan.
"Apa maksudmu?" tanya Iru sambil menyerang kembali.
"Rupanya kau melupakan aku. Seingatku 800 tahun yang lalu, teman kecilmulah yang telah membunuhku." ujar Yuusaku.
"Apa?" gumam Iru bingung.
"He! Dasar bodoh. Merasa tidak berdosa rupanya." cibir Yuusaku menyeringai.
"Jangan - jangan kau...!?" Iru terpekik kaget.
"Jika jawabanmu adalah Raja Drangar IV, maka kau dapat nilai seratus." ujar Yuusaku.
SRET....
Iru melompat mundur. Cukup jauh jarak yang ia buat dengan Yuusaku.
Tiba - tiba seluruh warna yang berada di ruangan ini berubah, digantikan oleh warna hitam. Bahkan cahaya yang berada di lorongpun berubah menjadi abu gelap. Suhu dingin memenuhi atmosfir dengan cepat. Aura kesedihan seketika menyelimuti hati semua orang yang berada di Ebetopia. Rasanya..seperti mati. Sungguh suram.
"Wahahaha!" Yuusaku tertawa terbahak - bahak.
"Sial, ini terjadi lagi!" gerutu Iru kesal.
"Apa yang terjadi?" tanyaku.
"Kau diam saja, Alyn!" ujar Iru tanpa sedikitpun menoleh ke arahku.
"Tapi aku harus tahu! Lagipula seharusnya aku tidak memiliki hubungan apapun dengan duniamu!" sahutku takut.
Iru menghela nafas lalu menimpali "Maaf, karena kau jadi kerepotan gara - gara kesalahanku di masa lalu, Alyn."
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top