Chapter 2 : Confuse

Aku membuka mataku perlahan. Sekarang semuanya sudah terasa lebih ringan. Tubuhku terbaring di dalam ruangan UKS sekolah. Syukurlah aku tidak dibaringkan di pemakaman oleh Himeka.

Tanganku bergerak menuju dahiku. Disana ada sebuah kain yang digunakan untuk mengkompres kepalaku. Rupanya ada juga yang mau merawatku.

"Sudah sadar rupanya."

Suara itu?

"Kamu lagi?" tanyaku sembari menunjuk orang yang tengah duduk di samping ranjangku.

"Tidak suka?" tanyanya balik.

"Ehm..bukan begitu." jawabku bingung.

"Gara-gara aku." ujarnya datar.

"Hm?" gumamku bingung.

"Kamu terluka gara-gara aku. Seharusnya aku lebih waspada." ujarnya datar.

"Tak apa. Aku sudah pernah ditampar sekeras itu oleh Himeka." tuturku.

Seketika orang itu membelalakan matanya tak percaya. Ia menuntut penjelasan dariku. Tapi tak ada gunanya juga sih, aku menceritakan kesedihanku padanya. Toh, dia tak akan peduli. Orang-orang itu hanya sekedar penasaran saja.

"Sudahlah, aku baik-baik saja. Sudah sepantasnya aku ditampar seperti itu oleh Himeka. Aku kan, baru saja mengganggu pacarnya." ujarku tersenyum.

Orang itu terdiam. Lalu dengan dinginnya dia beranjak dari tempat duduknya menuju pintu keluar. Aku menghela nafas panjang menatap kepergiannya.

Lalu kusadari suatu hal. Apa dia yang sedari tadi merawat dan menjagaku di UKS?
Selama jam pelajaran berlangsung? Yang benar saja?

Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu ia memegangi kenop pintu. Lalu tanpa menoleh ke arahku, ia berkata "Aku tidak pernah menginginkan orang itu."

👑

Langit biru cerah telah berubah menjadi langit jingga temaram. Bebas. Itulah yang kurasakan. Setelah delapan jam berada di sekolah, akhirnya waktu kebebasanku tiba juga. Sendirian di rumah besar itu jauh lebih baik daripada berada di sekolah bersama Himeka.

Orang tua? Ada. Hanya saja mereka bekerja. Kurasa minggu depan mereka baru bisa pulang ke rumah dan memanjakan aku seperti dulu. Dengar, ini hanya kurasa. Karena entah sudah berapa lama mereka tidak menunjukkan dirinya di hadapanku. Berangkat pagi pulang malam dan hanya menyisakan secarik kertas di pintu kulkas.

Grep. Tiba-tiba seseorang menarik kerah bajuku keras dari arah belakang. Aku agak tercekik dibuatnya.

"Ayo ikut!" paksanya kasar.

Suara ini...siapa lagi kalau bukan Himeka?

DUG! Himeka membenturkan tubuhku ke dinding begitu kami sampai di belakang sekolah.

Wajahnya semerah tomat, kelopak mata indahnya menatapku marah. Sedangkan aku hanya kebingungan dibuatnya.

"Apa yang sudah kau lakukan pada pangeranku,hah!?" bentak Himeka.

"Maksudmu apa?" aku bingung.

"Jangan pura-pura bodoh. Kau merayunya, kan? Kenapa sih, dia jadi perhatian padamu?" kesal Himeka.

"Mana kutahu. Kenapa kau tidak tanyakan saja padanya?" ujarku risih.

"Baka!!" seru Himeka sambil menendang-nendang tubuhku.

Aku yang bertubuh kecil ini tidak sanggup membalas. Diam dan menerima setiap serangan Himeka adalah keahlianku. Begitulah, malang dan sendirian adalah nasib yang harus dialami seorang Koizumi Alyn.

Setelah dirasa tubuhku babak belur, Himeka langsung pergi meninggalkanku. Aku meringis kesakitan. Tapi tentu saja tidak ada yang bisa mendengarku disini.

Perutku rasanya sangat sakit akibat tendangan barusan. Setetes darah keluar dari sudut bibirku sebagai efeknya. Kini wajah dan perutku dipenuhi memar. Sialan. Tanpa memarpun wajahku sudah cukup jelek untuk menjauhkan pangeranmu dariku, Himeka. Kenapa kau begitu takut kalau aku bisa mengambilnya darimu?

👑

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top