Chapter 15 : Ibunda Ratu

Tibalah kami di sebuah ruangan besar yang mewah. Lampu gantung kristal menghiasi langit - langit ruangan dengan cahaya remangnya yang berpendar. Di depan kami, terdapat sebuah singgasana emas yang kosong. Nina mengatakan bahwa ruangan ini adalah ruangan pribadi milik ibunda ratu.

Tapi kemana perginya ibunda ratu yang katanya ingin bertemu denganku itu?

"Ah! Jadi ini calon menantuku?" terdengar suara seorang wanita yang menggema di ruangan.

Aku berjalan mendekati Nina. Takut, iya aku takut.

Tiba - tiba munculah sosok seorang wanita bersurai ungu terang. Sama seperti vampir yang lain, manik matanya berbeda warna antara satu dengan yang lain. Diatas kepalanya bertengger sebuah mahkota kebesaran bergaya gothic.

"Yang Mulia Ibunda Ratu Elizabeth, saya telah membawakan anda tuan putri." lapor Nina kepada sosok wanita vampir itu.

"Kerja yang bagus, Nina." puji wanita vampir itu, ibunda ratu.

"Em..jadi apa yang ingin anda bicarakan dengan saya, yang mulia?" tanyaku mencoba sesopan mungkin.

"Aku ingin kau meminum ini." jawab ibunda ratu sambil memberikan aku sebuah gelas perak.

Aku menerima pemberian ibunda ratu. Lalu kuhirup aroma minuman yang ada di dalam gelas perak tersebut. Anyir. Menjijikan. Minuman apa ini?

"Minumlah." perintah ibunda ratu lembut.

"Maaf jika saya lancang, tapi apa alasan saya harus meminum ini?" tanyaku takut.

"Anakku, Yuusaku adalah seorang raja. Namun ia belum lengkap karena tidak di dampingi oleh seorang permaisuri. Untuk itulah, ia memilihmu, gadis manusia." jelas ibunda ratu.

"Tapi kenapa aku?" tanyaku.

"Karena Yuusaku telah jatuh cinta padamu." jawab ibunda ratu.

DEG! Apa katanya...?

"Yang Mulia, maaf aku tidak bermaksud untuk tidak sopan tapi..." ujarku terputus.

"Jika kau ingin bertemu dengan Iru Delirium, maka kau harus menikah dengan anakku. Itu syaratnya." sela ibunda ratu.

"Itu tidak mungkin!" tolakku.

"Minum!!!" paksa ibunda ratu. Suaranya seketika berubah menjadi menyeramkan.

"Minum saja, tuan putri." bisik Nina pelan.

Glek...glek..glek...

Akhirnya dengan terpaksa aku meminum cairan merah yang tersaji di dalam gelas itu. Anyir dan terasa seperti besi yang berkarat. Hei, tunggu dulu. Apakah ini darah?

"Alyn, itu adalah darahku. Siapapun yang meminumnya maka ia akan menjadi seorang vampir keturunan bangsawan." jelas ibunda ratu.

"A-apa?" gumamku. Aku tercekat. Sialan, ternyata aku telah dijebak oleh ibunda ratu.

Secara perlahan kurasakan sensasi menyakitkan di seluruh tubuhku. Urat - urat yang ada di dalam tubuhku seketika tertampak ke permukaan kulit. Aku mengerang kesakitan sambil jatuh terduduk. Kupegangi kepalaku karena rasa pusing luar biasa yang kuderita.

"Aaarrgghhh..." erangku kesakitan.

"Sabarlah, sayang. Tak lama lagi kau akan sama sepertiku."...

Yuusaku..?

Beberapa menit kemudian, seluruh rasa sakit itu mereda. Nina membantuku berdiri. Ia menatapku dengan khawatir lalu aku menjawabnya dengan senyuman. Tanda aku baik - baik saja.

"Selamat, Alyn!" seru ibunda ratu girang.

Seorang pelayan datang tergopoh - gopoh ke arah kami. Di tangannya ia membawa sebuah cermin dengan motif berlian. Indah sekali. Dan pastinya aku tak dapat membelinya. Pelayan itu menyerahkan cermin tersebut kepada Nina.

"Tuan putri, lihatlah dirimu yang baru." ujar Nina sambil menaruh cermin itu di hadapanku.

Aku yang baru?

Ibunda ratu berjalan mendekatiku. Wajahnya yang nampak masih muda itu tersenyum ke arahku. Cantik, pikirku.

"Alyn, menikahlah dengan Yuusaku. Waktuku sudah tidak banyak lagi. Uhuk...uhuk..!" ujarnya pelan yang diiringi dengan batuk.

Aku terdiam menatap baginda ratu. Tidak tahu harus membalas perkataannya dengan apa. Seandainya dia tahu kalau aku sama sekali tidak berniat menikah dengan Yuusaku, entah apa yang akan dia lakukan padaku. Meskipun aku merasa iba, tapi tetap saja pernikahan ini adalah sebuah pemaksaan dimana aku berada di pihak yang dirugikan.

Kemudian ibunda ratu memelukku. Pelukan hangat yang begitu menenangkan. Ketakutanku sudah hilang, kurasa karena sekarang aku bukanlah manusia lagi. Dan...pada akhirnya, kurasa Ana menang. Cih.

Beberapa saat kemudian tubuh ibunda ratu bercahaya dan perlahan menghilang. Bagaikan debu yang ditiup angin, tubuhnya menghilang ke udara.

"Kenapa...?" gumamku.

"Oh, jadi dia sudah mati, ya?"...

👑

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top