Chapter 10 : Sayembara
Sudah dua hari berlangsung sejak diumumkannya sayembara konyol itu. Setiap hari banyak sekali wanita - wanita desa hilir mudik di dalam sekolah. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan ciuman pertama Iru. Oh Tuhan, ini sangatlah buruk. Benar - benar keterlaluan.
BRUK! Aku jatuh terduduk akibat menabrak salah satu kontestan sayembara. Kudengar ia meringis kesakitan. Bukan karena jatuh, akan tetapi karena luka - luka yang ada di tubuh mulusnya.
Mataku membelalak menatapnya. Dia mirip sekali seperti orang yang baru saja dihempaskan oleh angin topan.
"Ada apa?" tanyaku padanya. Tanganku terulur ke arahnya, mencoba membantunya berdiri
"Aku gagal dalam sayembara itu." jawabnya lemas sembari menerima bantuan tanganku.
"Lho? Kenapa badanmu jadi penuh luka begitu? Apa ada hubungannya?" tanyaku lagi sembari menunjuk luka - luka yang ada pada tubuh gadis itu.
Gadis itu mengangguk pasrah. Kemudian ia menjelaskan padaku, bahwa siapapun yang bukan cinta sejati Iru maka gadis itu akan terpental jauh sebelum berhasil mendaratkan ciumannya di bibir Iru.
"Heee? Ada mantra seperti itu?" tanyaku terkejut. Sebenarnya ada rasa senang di dalam dada.
"Aku juga baru tahu. Sampai jumpa." ujarnya buru - buru pamit.
Sedangkan aku segera berlari menuju aula. Tempat diadakannya sayembara konyol itu. Beberapa kali tak sengaja aku menabrak orang - orang yang berjalan di depanku. Apa aku kurang minum? Entahlah, aku hanya ingin melihat bagaimana gadis - gadis itu terpental begitu sedang mencoba mencium Iru.
Sesampainya di ambang pintu aula, mataku mendapati banyak sekali gadis - gadis cantik tengah duduk menunggu giliran. Kulihat Mrs. Violetta sedang duduk di atas podium sambil memeriksa satu persatu nama kontestan yang terdapat pada secarik kertas melayang.
Di samping Mrs. Violetta, terdapat sebuah tenda putih yang ukurannya tidak terlalu besar. Kurasa cukup untuk satu tempat tidur. Lalu...
BRAK! Tubuh seorang gadis terpental dari dalam tenda itu. Aku agak menutup mataku begitu tubuhnya sukses menabrak tiang ruangan.
"Wahahaha! Konyol sekali!" aku tergelak dalam tawa.
"Rupanya kau disitu, Alyn!" panggil Mrs. Violetta dengan nada berat.
"Ah..hai, Mrs!" sahutku.
"Kemana saja kamu!? Bukankah kau kutugaskan untuk menjadi panitia di sayembara ini?" tanya Mrs. Violetta sembari geleng - geleng kepala.
"Aku tidak akan sudi menjadi panitia penyelenggara lomba bodoh ini!" tolakku.
"Aku tahu kau tidak suka, tapi tanggung jawab tetaplah tanggung jawab." ujar Mrs. Violetta lalu mengarahkan tongkat sihirnya ke arahku.
"Teleporta!" satu mantra sihir berhasil terlontar dari mulut Mrs. Violetta dan dalam sekejap debu sihir berwarna lavender mengelilingiku.
Satu detik kemudian, aku berdiri sempurna di sebelah Mrs. Violetta. Aku menatapnya. Begitu juga dengannya.
"Aku heran kenapa kau ini susah diatur." komentarnya kesal tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.
"Hm." jawabku malas.
"Padahal orang - orang heboh membicarakan acara ini. Aku heran kenapa kau tidak mau tergabung ke dalamnya." lanjut Mrs. Violetta lalu memanggil nama kontestan berikutnya.
Seorang gadis bersurai emas dengan senyuman semanis madu merespon panggilan dari Mrs. Violetta. Kulihat telinga dan ekor rubahnya bergerak - gerak. Rupanya gadis itu berasal dari ras hewan. Ia berjalan dengan anggunnya ke atas podium. Sebelum ia masuk ke dalam tenda, ia tersenyum ke arah Mrs. Violetta lalu bergantian ke arahku.
"Cuih." jijik aku melihat tampang sok cantiknya.
Cukup lama gadis itu berada di dalam. Jantungku mulai berdegup cepat. Perasaan terbakar memenuhi rongga hatiku. Apakah ia berhasil? Aku harap tidak.
Mrs. Violetta nampaknya mulai penasaran sama sepertiku. Para kontestan yang masih duduk di kursi mereka saling berbisik dengan wajah khawatir. Kurasa mereka takut tak kebagian giliran.
"Cih!" aku berdecih. Lama sekali gadis sok cantik itu berada di dalam. Tanpa perintah, kakiku bergerak menyibakkan pintu tenda agar aku bisa melihat apa yang sedang dilakukan oleh gadis itu.
"Tidak mungkin, kan, kalau dia adalah reinkarnasi dari Ana Fredella yang kata ramalan itu akan datang!?" pikirku cemas.
Tuhan, aku mohon, aku tidak ingin Iru jauh dariku hanya karena ia berhasil bertemu dengan cinta sejatinya. Aku...aku...
"Ah! Apa yang kau lakukan!" pekikku nanar.
Sebuah benda tajam teracung ke atas. Gadis bersurai emas itu rupanya sedang mencoba untuk membunuh Iru. Ia sangat panik begitu kelakuannya dilihat jelas oleh orang - orang.
"Sial!" umpatnya.
"Kenapa.." gumamku tidak selesai.
"Aku ingin membunuh raja sialan ini!" sahutnya kesal penuh emosi.
Raja sialan? Jadi gadis itu menyangka Iru adalah raja masa lalu Ebetopia?
"Hentikan, nona Yasmine!" perintah Mrs. Violetta tegas.
"Tidak akan!" tolaknya sembari mengarahkan sebuah tongkat sihir ke arahku dan juga Mrs. Violetta.
"Jangan ada yang membuatku menggunakan sihir Dumora!" ancamnya.
Euh, Dumora? Sihir apa itu?
"Itu sihir pembunuh. Salah satu sihir andalan klan rubah dari ras hewan." jelas Mrs. Violetta.
Baiklah, sekarang aku yakin kalau Mrs. Violetta bisa membaca pikiranku.
Seketika seluruh penjuru aula diterpa oleh angin besar. Angin besar itu hampir menerbangkan apapun yang ada di dalam aula ini. Bahkan tenda yang dipakai untuk melindungi tubuh Iru hampir goyah. Untung saja Mrs. Violetta cepat - cepat menggunakan mantra sihir untuk mempertahankannya.
"Sihir angin??...
Semua yang ada di aula berdecak kagum sekaligus ketakutan. Kulihat Mrs. Violetta hanya terdiam di tempatnya.
"Sihir elemen? Tidak mungkin ada yang bisa..." gumamnya pelan.
"Hentikan sayembara bodoh ini!" terdengar suara wanita di ambang pintu aula.
Mataku membelalak lebar. Surai merah muda itu, manik mata yang senada dan, pakaian berenda putih - merah muda. Diakah orangnya? Tapi itu mustahil. Dia seharusnya sudah mati.
"Siapa anda, kalau saya boleh tahu?" tanya Mrs. Violetta sopan namun terdengar elegan dan berkelas.
"Namaku Ana Fredella dan aku kemari untuk menjemput Iru-ku kembali." jawab gadis itu serius.
DEG!
Oh tidak...
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top