[ Arc ] : Ai Part 4

Aku melangkah pelan memasuki aula istana. Meskipun perasaanku terasa sakit tapi aku sudah memutuskan untuk ikut berbahagia ketika nantinya Raja Iru memutuskan siapakah yang akan menjadi pasangan hidupnya. Aku juga akan ikut bertepuk tangan begitu Raja Iru mencium calon pasangan hidupnya sebagai pertanda bahwa ia menjadikannya sebagai seorang istri.

Ya.

Aku akan melakukannya. Aku janji.

Dan tidak seperti sebelumnya, saat ini aku tidak akan lari lagi.

Dua orang prajurit istana memberi hormat kepadaku begitu aku tiba di ambang pintu aula. Kemudian kudapati cahaya redup yang dipancarkan oleh lampu chandelier kristal yang menggantung di tengah langit-langit ruangan.

Kini dihadapanku, banyak sekali orang-orang dari berbagai ras yang mengenakan pakaian mewah. Masing-masing dari mereka tengah berdansa dengan pasangan masing-masing. Alunan lagu dari para pemain musik di sudut ruangan mengiringi setiap langkah mereka.

Dan setelah cukup lama memperhatikan mereka, kini baru kusadari bahwa mereka semua yang berada di ruangan ini mengenakan topeng kecil di wajah mereka. Astaga, aku bodoh sekali. Kenapa aku baru menyadari bahwa ini adalah sebuah pesta topeng?

Dan, sekarang aku tidak mengenakan sesuatu apapun untuk menyembunyikan wajahku. Pfft.

Dengan langkah berat, aku melanjutkan langkahku. Berharap semuanya akan lancar seperti apa yang kuharapkan. Namun tiba-tiba kudapati sebuah tangan kokoh mencengkeram tanganku dengan lembut.

"Mau berdansa denganku?" tawarnya.

"Tapi aku tidak memakai topeng. Lagipula dandananku berantakan sekali," keluhku sembari menunjuk wajahku.

Pemuda di hadapanku pun terdiam. Namun tangan kokohnya masih belum melepaskan lenganku.

"Tak apa. Lagipula kau itu cantik. Wajahmu tidak perlu kau sembunyikan," ujarnya sambil tersenyum. Lalu ia menarikku ke tengah-tengah ruangan. Tepat diantara para pasangan yang sedang menari bersama.

Lampu chandelier di atas kami bersinar dengan redup. Pemuda asing yang berdansa bersamaku mulai menggerakan tangannya ke pinggangku. Membuat perasaanku serasa berlompatan kesana kemari.

Bukan berarti aku menyukainya! Hanya saja aku baru pertama kali sedekat ini dengan lawan jenis.

Si pemuda menatapku dalam diam. Membuatku salah tingkah dalam detik itu juga. Kemudian di tengah rasa canggung yang sedang kuderita, ia berkata, "Kalungkan lenganmu di pundakku."

"H--hah?" gumamku kaget.

"Kau ini mau berdansa, tidak?" cibirnya.

Aku pun mengangguk lalu dengan perlahan kukalungkan kedua lenganku di pundaknya. Lagu pun berganti dan kembali mengalun dengan lembut.

Seorang penyanyi yang sebelumnya pernah kuselamatkan, kini berdiri di atas panggung. Ia tersenyum hangat sambil sedikit menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti irama alat musik.

I found a love.. for me..

Darling just dive right in, and follow my lead..

"Hei, umm aku belum pernah melihatmu di dekat sini. Kau berasal darimana?" tanyaku memberanikan diri.

"Aku?" ulangnya kemudian ia terkekeh geli.

Well, I found a girl... beautiful and sweet..

"Aku serius!" ucapku menegaskan.

"Baiklah..," balasnya dengan nada mengejek.

Uhhh!

I never knew you were the someone waiting for me...

"Kalau aku bilang, aku ini Iru bagaimana?" bisiknya ke telingaku.

"A--apa?" aku tersentak kaget.

Cause we were just kids when we fell in love...

Not knowing what it was..

I will not give you up this time...

Si pemuda asing pun langsung mengangkat sebagian bagian topennya, memperlihatkan sebagian wajahnya kepadaku. Dan, benar saja! Hanya dengan melihat sebagian wajahnya, kutahu pemuda yang kini tengah berdansa denganku adalah sosok Sang Raja--Iru Delirium.

"Tapi kenapa?" Aku terpekik.

"Kenapa apanya?" tanya Iru.

"Kenapa kau tidak berdansa saja dengan wanita bangsawan seperti Yuki Frezelia, misalnya? Lagipula kau harus menentukan siapa permaisurimu malam ini, kan?" tuntutku beruntun.

But darling, just kiss me slow, your heart is all I own

And in your eyes you're holding mine..

Iru terdiam sesaat. Nampaknya ia agak kebingungan. Lalu ia pun berkata, "Tapi aku sudah mendapatkannya. Aku sudah mempunyai calon permaisuri."

"Lalu kenapa kau tidak berdansa dengannya? Kenapa kau malah berdansa dengan seorang penyihir seperti aku ini?" tanyaku putus asa.

Tak ada dongeng manapun yang menceritakan akhir bahagia antara si penyihir dan pangeran.

Baby, I'm dancing in the dark... with you between my arms..

Barefoot on the grass, listening to our favorite song..

When you said you looked a mess, I whispered underneath my breath..

But you heard it, darling, you look perfect tonight..

Mendengar pertanyaanku barusan, Iru terdiam cukup lama. Ia hanya menyenandungkan lagu yang sekarang sedang terputar dan menggema di seluruh penjuru aula. Kedua matanya terpejam di balik topengnya. Nampak begitu khusyuk kulihat.

"Bukankah kau permaisuriku, Alyn?" ucap Iru dengan nada lembut. Ia menatapku penuh arti.

DEG.

"K--kau meracau!" balasku.

"Apakah kau ingat, ketika aku masih dalam pengaruh mantra tidur? Saat itu kau lah yang menciumku dan membuatku terbangun, kan?" Iru menginterogasiku.

DEG.

"J--jadi kau!?" Aku langsung terperanjat kaget.

"Iya, Alyn. Aku ingat. Saat aku terbangun, yang kulihat di ruangan itu hanya ada kamu seorang. Dan, hal itu hanya membawaku pada satu kesimpulan," lanjutnya lagi.

"Kamu lah satu-satunya gadis yang berhasil menciumku. Kau, gadis yang mengikat kontrak sehidup semati denganku lewat ciuman itu."

Aku tertegun. Semua memori akan perang tempo lalu teringat kembali. Tentang diriku yang masih belum menyadari bahwa sebenarnya aku lebih dari seorang Koizumi Alyn yang selalu ditindas di sekolah.

Aku adalah Ana Fredella, sang penyihir pengawal Raja Ebetopia.

"Kalau kau melupakannya, aku tidak keberatan untuk mengulanginya," ujar Iru.

"Hah? Maksudmu dengan meminta Kurumi untuk menggunakan sihir waktunya?" tanyaku dengan nada gemetar.

Iru menggeleng. Kemudian ia berkata, "Tidak. Tapi dengan cara ini."

Cup!

Aku terkejut bukan main. Raja Iru langsung mendaratkan bibirnya ke bibirku. Kurasakan hangat disana dan perlahan perasaanku berubah menjadi tenang. Perlahan, aku pun ikutan memejamkan kedua mataku. Sama seperti yang Raja Iru lakukan.

Dan, tanpa sadar... sedari tadi semua orang tengah memperhatikan ke arah kami dengan senyuman yang tidak dapat diartikan terhias di wajah mereka.

🌸

"Yosh!" Aku merapikan sedikit rambutku lalu berjalan seanggun mungkin ke arah Sang Raja.

"Selamat malam!" sapaku.

Namun Sang Raja hanya terdiam bisu. Pandangannya menerawang kosong ke langit malam.

"Ekhem!" Aku berdehem agak keras. Berharap ia akan segera tersadar.

"Oh, Maafkan aku!" ucapnya terlonjak kaget. "Kamu Yuki Frezelia, kan?"

Aku mengangguk.

"Kemarilah! Ayo kita duduk disini bersama!" ajak Sang Raja sembari melambaikan tangannya kepadaku.

DEG.

Jantungku pun mulai berdegup kencang. Lalu tanpa banyak basa-basi, kulangkahkan kakiku dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa Anda tidak masuk ke dalam? Pesta dansanya sudah dimulai," ujarku.

"Hmm.. yah..," gumamnya pelan.

"Jika Anda ragu-ragu, maka aku siap..," ucapku yang langsung terputus begitu kudengar Sang Raja bergumam.

"Aku benar-benar mengkhawatirkannya," gumamnya.

"Eh?" gumamku.

"Permaisuriku. Akhir-akhir ini dia aneh sekali. Bahkan pernah suatu malam kutemukan dia tengah menangis. Apa dia tidak suka jika pernikahan kami digelar secepat ini?" Ia bertanya kepadaku dengan tatapan kosong.

"Maksud Anda?" tanyaku bingung.

"Alyn--permaisuriku, dia agak aneh belakangan ini. Aku yang memang belum siap menikahinya jadi merasa tambah kebingungan. Maksudku, yah, pasti setiap orang merasakannya. Perasaan serba takut untuk melindungi orang yang dicintai," jelas Sang Raja.

Eh? Jadi begitu?

Setelahnya aku dan Sang Raja terlibat obrolan panjang mengenai Alyn. Dan darinya kutahu, bahwa mereka pernah mengikat kontrak sehidup semati sewaktu masa-masa perang di Ebetopia tempo lalu.

Jadi kusimpulkan bahwa ikatan sakral yang telah dibuat, tidak bisa dirubah.

Aku pun tersenyum di akhir pembicaraan kami.

"Yang Mulia, masuklah ke aula. Mungkin kau akan bertemu dengannya lalu ajaklah dia berdansa," ucapku.

"Eh? Baiklah, aku akan mencobanya. Kuharap ia mau bicara lagi denganku," ujar Sang Raja sambil mengenakan topeng pestanya. Kemudian ia segera berlari ke dalam aula, meninggalkan aku sendirian di gazebo.

🌸


Song : Ed Sheeran - Perfect

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top