[Arc] Ai Part 3
Aku menatap diriku di depan cermin besar milik Kurumi. Kini sebuah gaun berwarna putih sukses terbalut menghias tubuhku. Aku memandangi diriku datar. Sedangkan Kurumi sedari tadi sibuk menyentuh rambutku dengan mata berbinar.
"Kau juga tidak kalah cantik, kok, Kurumi," ucapku. "Malah, kau itu lebih cantik daripada aku."
"Eh? Kau bisa saja, Alyn!" balas Kurumi yang langsung salah tingkah sambil memutar-mutar gaun biru langitnya.
BRAKK!! Tiba-tiba pintu kamar terbuka lebar. Memperlihatkan sosok gadis bersurai biru muda dengan wajah panik. Kemudian ia berteriak-teriak, "Ada pencuri di istana!!"
"Pencuri? Disaat seperti ini!?" Aku memekik kaget. Rasanya kesal sekali begitu mengetahuinya. Dan akan sangat menyebalkan mengejar seorang pencuri dengan dandanan seperti ini.
"Alyn, ayo!" seru Kurumi yang langsung menghilang begitu sebuah gerbang sihir berbentuk jam analog emas muncul di depannya.
Apa boleh buat. Hufft.
🌸
Aku seketika muncul di samping keempat penyihir agung lainnya. Kupandangi para penjaga istana yang seharusnya berjaga di pintu aula kini sukses tertidur dengan percikan-percikan sihir berwarna hijau di sekitar mereka. Itu mantra penghilang ingatan sementara. Benar-benar merepotkan.
Si pencuri berlari sangat kencang jauh di depan kami. Kemudian, Ame langsung meninju permukaan tanah dan seketika muncul dinding kristal di hadapan si pencuri. Kepanikan melanda wajah si pencuri kemudian ia mengacungkan tongkat sihirnya ke arah kami.
"Akan kubuat kalian mati!" serunya nanar.
Aku menghembuskan nafas lelah. Lalu dengan satu gerakan tangan, kulempar tongkat sihir si pencuri dengan sihir elemen angin. Kini si pencuri dan tongkatnya terpisah jauh.
"Lain kali jangan bikin keonaran, ya!" dengus Mizu sembari menghampiri si pencuri dan mengunci tubuhnya dengan sihir perangkap air.
Kemudian keluar lah sebuah kalung berliontin permata dari dalam perangkap air milik Mizu. Kurasa benda itulah yang si pencuri coba bawa kabur.
"Wahh, terimakasih banyak!" Tiba-tiba seorang gadis bersurai hitam dengan rambut yang diikat gaya bun-tail menghampiri dengan tergopoh.
"He? Kau? Bukankah penyanyi istana, ya?" tanya Ame terkejut.
"Kau benar. Aku kebetulan diundang kemari," jawabnya.
"Jadi benda ini milikmu?" tanyaku sambil memberikan kalung yang tadi terjatuh dari dalam perangkap air.
"Um!" balasnya sambil menerima kalung itu dengan antusias. "Kalau begitu, aku harus pergi. Sampai jumpa!"
Si penyanyi segera berlari ke aula istana. Kemudian, kuikuti langkahnya dengan berjalan pelan. Teman-temanku bertanya mengapa aku tidak menggunakan sihir teleportasi saja. Lalu aku menjawab bahwa aku sedang ingin berjalan kaki.
Sebenarnya aku tidak mau jika harus cepat-cepat sampai disana. Terlalu sakit untukku melihay Yang Mulia berdansa dengan wanita pilihannya. Yah, tapi meskipun begitu aku harus selalu mendukungnya.
"Yah, tidak begitu juga." Suara Yang Mulia terdengar samar.
Lalu aku buru-buru mendekati sumber suara itu. Aku mengendap ke balik tembok yang membatasi antara aku dan kebun belakang aula istana. Aku sedikit mengintip ke baliknya.
Disana, tepatnya dibalik sebuah gazebo perak, kulihat Yuki dan Yang Mulia sedang duduk sambil bersenda gurau. Mereka nampak bahagia dengan tawa terbahak yang menghiasi wajah masing-masing. Aku menelan salivaku. Rasa sakit terasa menggerogoti hatiku.
Ah, bukankah mereka sangat cocok?
Aku pun, langsung segera berbalik dari tempat itu.
🌸
Betapa bahagianya.
Aku yang selama ini mengagumimu bisa duduk berduaan begini denganmu.
Kau tertawa.
Aku pun tertawa.
Namun dibalik tawa itu, diam-diam hatiku menjerit sakit.
🌸
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top