Part 31
Author Pov
Pesawat Saudi Arabia Airlines mendarat mulus di Bandara Internasional King Abdul Aziz,Jeddah.
Ali menggenggam tangan Prilly erat.Setelah 9jam diudara, penerbangan dari Jakarta menuju Jeddah akhirnya sampai ketujuan dengan mulus. Udara Jeddah lumayan panas tapi tidak lembab dan tidak menyebabkan keringat yang berlebih.
Dari Jeddah rombongan mereka menuju Madinah dengan menggunakan sebuah Bis. Diperjalanan hanya terlihat gurun pasir dikanan kiri jalan dan Muthawif bernama Azis (Guide & Ziarah City Tour) mendampingi rombongan dengan bercerita mengenai jalan yang mereka lalui adalah Jalan dimana Nabi Muhammad Hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Delapan jam perjalanan yang luar biasa tidak terasa,akhirnya mereka tiba di Madinah dan check in di Al-Harram Hotel.
"Ibu dan bapak,silahkan beristirahat,besok pagi setelah sholat subuh dan sarapan kita akan berziarah ke Makam Rasullulah yang berada di lokasi Masjid Nabawi...selamat beristirahat,Assallamualaikum warahmatullahi wabarkatuh..."
Azis mengakhiri pertemuan hari ini di lobby hotel Al-haram.
"Waalaikumsalam...."
Prilly dan Ali beserta rombongan yang berjumlah 40 orang menyebar menuju kamar masing-masing.
#####
"Aku gak nyangka ya...ternyata aku sudah ada disini....di negeri asalnya Nabi kita,ketempat dimana semua muslim merindukan tempat ini...."
Prilly menerawang kelangit-langit kamar,merasa terharu kalau sekarang raganya sudah berada jauh dari negrinya.
Tangannya menggenggam tangan Ali dan mencium punggung tangannya.
Ali yang juga terbaring disampingnya menoleh dan balas mencium pelipis isterinya.Memiringkan badan menghadap Prilly.
"Makasih ya,sayang...."
Prilly memiringkan badannya menghadap Ali yang menatapnya wajahnya dengan tatapan kasih.
"Iyaaa,sama-sama,sayang..."
Ali menyisih rambut yang jatuh menutupi sebagian wajah Prilly.
"Aku mau nanya,boleh?"
Prilly menyentuh hidung Ali dengan jari telunjuknya,menggeser-geser telunjuknya turun naik perlahan.
"Nanya,apa?"
Ali menutup matanya ketika jari Prilly bergeser kematanya.Membukanya lagi ketika jari Prilly mampir dipipinya.
"Kamu cinta sama aku?"
Pertanyaan Prilly membuat Ali mengerutkan dahinya.
"Kok pertanyaannyaa....."
Belum selesai kalimat Ali,Prilly sudah mengarahkan telunjuknya kebibir Ali.
"Ssttttt....tolong jawab aja sayang,tidak usah protes...."
"Kalau ada kata yang lebih dari cinta,aku mau memakai istilah itu...."
Ali mengelus pipi isterinya.
"Artinya?"
Prilly balas mengelus pipi suaminya.
"Aku cinta sama kamu,sangat...sangat...sangat Prilly..."
"Kenapa kamu cinta sama aku?"
Ali bertambah heran dengan pertanyaan Prilly.
Ali Pov
"Kenapa kamu cinta sama aku?"
Pertanyaan Prilly terdengar aneh ditelingaku,kenapa cinta harus dipertanyakan,bukankah sudah jelas aku mencintainya? Aku tak punya alasan kenapa aku mencintainya. Yang jelas hatiku menuntun untuk nyaman bersamanya dan betah disisinya.
"Sini,sayang...."
Aku tarik isteriku mendekat,aku arahkan badannya membelakangiku,aku peluk dia miring dari belakang,aku ingin menjawab dengan membisikkan ditelinganya supaya dia mendengar dan merasakan detakan jantungku ketika mengatakannya.
"Kamu percaya takdir,sayang? Rezeki,Jodoh dan semua sudah ada yang mengatur,yang aku yakini hanyalah Allah sudah mengarahkan hatiku untukmu,tak peduli kamu itu siapa,darimana kamu berasal,keturunan manakah kamu,aku sudah nyaman bersamamu,aku betah disisimu,apakah kamu masih ragu kalau aku mencintaimu...?"
Prilly membalikkan badannya menghadapku.
Prilly Pov
Aku membalikkan badanku untuk menatap matanya. Ingin melihat matanya apakah Kalimat manisnya yang menyapu telingaku disertai hembusan nafas yang hangat menyentuh seperti menghujam jantung itu disertai ketulusan.
Iya,ada ketulusan disana.
"Banyak yang lebih baik dari aku tapi kenapa kau memilihku,aku terkadang tak berhenti memuji kebesaran Allah dengan apa yang sudah diberikan buat aku,hidupku rasanya jadi terlalu sempurna dengan kehadiranmu..."
Aku mengelus pipinya lembut.
"Kau itu bidadari surgaku,sayang...tak ada yang sempurna didunia ini,tapi kau membuat hidupku sempurna..."
Ali juga mengelus pipiku dengan kata yang membuat aku terbang.
"Jangan berlebihan yang,aku bisa terbang"
Aku menyentil hidungnya rasanya melambung tinggi terbang keawan.
"Lagian juga kamunya nanyanya aneh,yank"
Ali memencet hidungku dengan gemas.
"Aku hanya ingin kamu mengatakannya ditanah suci ini,ingin meminta keberkahan disetiap kalimat kita yang baik..aku mencintaimu,aku berdoa semoga tak ada yang dapat memisahkan kita kecuali Allah..."
Aku mencium kening suamiku.
"Aamiin..."
Ali mengamini sambil mencium keningku.
"Untuk mata yang tak ingin melihat kearah lain...." aku mencium kedua matanya.
"Untuk mata yang hanya aku yang boleh ditatapnya..." Ali balas mencium mataku.
"Untuk bibir yang harus selalu tersenyum padaku dalam keadaan apapun juga,"
Ali melanjutkan ciumannya kebibirku. Aku benar-benar tersenyum.
"Kita beribadah yuk ,yang...."
Ali menarik tubuhku hingga berada di atasnya.
“Apakah disini pahalanya lebih banyak?”
Aku mengerling memahami kalimatnya.
“Tentuuu, sayang...”
Ali menangkup pipiku dan melahap bibirku rakus mengakhiri kalimatnya.
“Apakah akan lahir anak yang sholeh jika ternyata benih yang kamu tanam saat disini berhasil...”
Aku melepas singlet yang dipakai Ali dan melemparnya ke sisi ranjang.
“Shhh...In-sha Allahhh...ahhh”
Ali menekan kepalaku ketika aku memainkan lingkaran coklat di dadanya dengan lidahku. Tangannya membantu mengangkat daster selutut yang ku pakai, membuka pengait bra danmelemparnya... Women on Top. Aku yang pegang kendali.
“Aku yang akan membawamu terbang malam ini, sayang..”
Aku menekan pinggulku, terasa sesuatu yang hangat melesak di ruang yang masih sempit, Ali meremas pinggangku dengan mata terpejam dan dagu yang terangkat, aku jatuhkan dadaku tepat di dadanya, kucecap bibirnya mengimbangi gelenyar kenikmatan di bawahku, sementara tangannya mengusap punggungku dan berakhir menekan tengkukku memperdalam ciuman dan sesekali punggungnya terangkat hingga menceceap dadaku dengan lidahnya.
Bismillah Allahumma Janibnis syaithan wa Jannibnis Syaithan ma razaqtana (Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, Jauhkanlah syetan dari saya dan jauhkannlah ia dari apa yang akan Engkau rizkikan kepada kami (anak,keturunan))
###
Assalamu’Alaika Ayyuhannabiyyu wa rahmatullahi Wabarakatuh...
Aku mengucapkan salam kepada Nabi dengan suara rendah ketika aku berdiri di depan pintu Raudhah tempat antara makam nabi dan mimbar. Aku berada disini dengan jemaah perempuan lainnya dan muthawifah atau guide perempuan bernama Raudhah yang ditugaskan mendampingi jemaah perempuan yang ingin berziarah ke makam Rasulullah.
Entah kenapa tiba-tiba aku merinding, mengingat di sinilah Nabi kami terbaring. Ziarah ke Mesjid Nabawi memang bukan termasuk syarat wajib dalam ibadah umroh, juga tidak ada ihram bagi yang ingin berkunjung. Tetapi aku merasakan sambutan yang hangat dari yang sedang kami kunjungi. Entah apa perasaan Ali saat ini, tapi perasaanku sangat terharu karena aku saat ini merasa sangat beruntung menginjakkan kaki disini.
Kulihat banyak sekali jemaah dari negara yang lain berdesakan, karena tubuhku yang kecil dibanding mereka aku bersabar saja untuk mengantri demi bisa sholat dua rakaat di mesjid ini.
Di lokasi ini juga terdapat makam Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab sahabat-sahabat nabi.
“Ya Allah, jadikan aku wanita yang bermanfaat bagi agama dan keluarga, dapat membahagiakan suamiku lahir dan batinnya, memberikan keturunan yang baik dan menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman bagi kami...”
Aku berdoa dengan khusyu setelah selesai sholat dua rakaat. Konon katanya berdoa di tempat ini Allah Swt akan mendengar doa itu dan mengabulkannya. Aamiin.
Aku sangat menikmati perjalanan umroh kami yang terjadwal 9 hari. Banyak kejadian luar biasa yang terjadi di tempat suci ini. Seperti yang banyak aku dengar saat di tanah air. Dan kita sungguh harus hati-hati bila harus mengeluarkan kata-kata bahkan membatin sekalipun.
“Selama disini, aku nggak liat ada orang jualan bakso ya, yang...”
Aku merebahkan diri di tempat tidur sambil ikut menonton tv yang ditonton Ali.
“Iya, kenapa, kamu mau makan bakso, yang?”
Ali bertanya dan aku mengangguk,
“Di sebelah sana ada restoran masakan Indonesia siapa tau ada, bedok lepasziarah aku temani kamu nyari ya...”
Ali mengelus pipiku. Aku mengangguk dengan mata lima watt, dan sebentar kemudian sudah melayang ke alam mimpi.
Besoknya saat sarapan, aku dikejutkan dengan menu yang terhidang, salah satunya adalah bakso. Ajaib ya, kaya dipesan aja itu koki. Selama di tanah suci kami disediakan catering masakan Indonesia yang menyediakan makan kami pagi siang dan malam.
Pernah juga saat sedang sholat di mesjid Nabawi bertemu teman satu rombongan di dalam, beliau hanya mengatakan:”aku naruh sendal di denpan, ga papa kok, ga hilang...”
Bu Sefty berkata sambil melirik sendal yang aku taruh dalam tas.
“Saya bingung bu tadi, takut lupa di mana naruh soalnya pintunya banyak dan tempat ini luas...”
Aku tersenyum pada Bu Sefty. Beliau mengangguk dan tersenyum.
Setelah selesai sholat Isya, saat kami keluar dari mesjid, sendal Bu Sefty sudah tidak ada di tempatnya lagi. Aku relakan sendalku padanya karena kasian Bu Sefty waktu itu tak pakai kaos kaki sedangkan aku pakai kaos kaki cukup tebal. Jadi tidak masalah jika menginjakkan kaki di aspal yang cukup terasa masih panas walaupun sudah malam. Ajaib ya, kata-kata yang keluar dari mulut kita langsung dijawab saat itu juga.
Aku lebih banyak menghabiskan waktu berdua Ali saat lepas rombongan ketika jadwal hanya memperbanyak ibadah. Ketika waktunya sholat, kami berbarengan menuju mesjid dan berpisah di depan salah satu pintu mesjid dan akan janjian disitu lagi selesai sholat.
“Ingat yaa... di pintu ini...”
Ali mengingatkan ketika magrib itu kami berpisah di depan pintu gerbang mesjid.
“Iya iya yang ingat kok, jangan kuatir...”
Aku meyakinkan. Tapi saat akan pulang setelah menunggu lama Ali tak muncul. Setelah aku lihat-lihat lagi dan mencoba berjalan ke pintu sebelahnya ternyata Ali sudah menunggu dengan wajah cemas. Hmm tak terasa bicaraku sudah sombong karena terlalu yakin tidak akan tersesat.
Kami juga berziarah ke Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Rasullulah SAW. Di hari ketiga kami di Madinah. Juga berziarah ke Mesjid Qiblatain(Mesjid dua kiblat), di mesjid ini petama kalinya Nabi Muhammad menerima Wahyu Allah untuk merubah arah kiblat dari Masjidil Aqsa di Palestina ke Masjidil Haram di Mekkah, dan juga ke Jabbal Uhud, lembah gunung tempat terjadinya Perang Uhud yakni peperangan antara umat islam dengan kaum kafir Quraisy. Tak lupa juga kami mengunjungi kebun dan pasar kurma. Di sana bermacam-macam kurma dengan berbagai macam jenis dapat dibeli sebagai oleh-oleh. Konon katanya, jika ingin segera hamil atau bagi wanita yang belum juga hamil setelah beberapa taahun menikah, makanlah buah kurma mentah yang berwarna hijau, In-sha Allah akan segera hamil.
###
Author Pov
Seteah enam jam perjalanan dari Madinah akhirnya Ali dan Prilly sampai di Mekkah senja itu. Mereka bersiap untuk melaksanakan rukun umroh di tempat suci ini.
Prilly melihat mat Ali memerah sementara Prilly sendiri merasakan matanya menghangat ketika mereka memasuki pintu utama King Abdul Aziz Masjidil Haram menuju Ka’bah. Mungkin perasaan Ali sama dengan Prilly saat ini, terharu ternyata Ka’bah yang selama ini hanya bisa mereka liat di layar kaca, sekarang berada di depan mata dan sedang mereka kelilingi sebanyak 7 kali.
Udara di Mekkah luar biasa panas sampai dengan65(C di siang hari, sedangkan di malam hari 34(C. Prilly dan Ali harus menggunakan kacamata hitam, masker dan payung ketika menuju Masjidil Haram untuk menunaikan ibadah sholat Zuhur dan Ashar walaupun jaraknya hanya 100 meter dari hotel tempat mereka menginap. Juga ketika ziarah di beberapa tempat di kota Mekkah, perlengkapan itu harus dipakai untuk menghindari teriknya sinar matahari dan sapuan angin panas yang menyentuh wajah mereka.
“Ayo sayangg, sinii...”
Ali menarik tangan Prilly membantunya menaiki Jabbal Rahmah. Jabbal Rahmah adalah tempat pertemuan antara Nabi Adam dan Hawa setelah diturunkan dari surga dan terpisah di bumi.
Menaiki gunung ini memang sedikit terjal dan bebatuan, sampai di atas terdapat batu besar berwarna hitam putih, ada yang meyakini jika menuliskan nama di batu itu maka juga akan bisa berkunjung ke tanah suci tersebut.
“Aduh...duh... capeee...!”
Prilly menyandarkan kepalanya ke bahu Ali ketika sampai di atas Jabbal Rahmah.
“Kasian sampai keringetan...”
Ali menyapu buliran keringat yang mengalir di pelipis Prilly dengan punggung tanggannya.
“Makasih, sayang... kamu juga keringetan..”
Prilly membalas melap pelipis Ali dengan telapak tangannya. Sejenak mata mereka beradu.
“Duh.. ini anak dua mentang-mentang penganten baru, ga berasa ada orang lain lagi di sekitarnya...”
Bu Sefty menggoda sembari mengambil gambar dengan kamera handphonenya adegan mesra tersebut.
“Adam dan Hawa versi Indonesia nih...”
Lanjut Bu Nitha sambil melihat hasil jepretan Bu Sefty, disambut gelak tawa Ali dan Prilly yang tersipu mali.
“Bu, boleh kami minta tolong...”
Ali menyodorkan handphonenya, Bu Sefty mengerti dua sejoli ini mau mengabadikan diri di Jabbal Rahmah.
“Ntar ibi kirimin hasil jepretan ibu tadi ya bu... ke handphone saya...” Prilly tersenyum dijawab “oke honey..” oleh Bu Sefty.
Bu Sefty memang cukup dekat dengan mereka selama perjalanan umroh ini, beliau umroh dengan suami dan dua anak laki-lakinya. Selama itu juga Bu Sefty seperti menjadi pengamat saja, setiap apa yang dilakukan Ali dan Prilly tak lepas dari pengamatannya.
Begitu juga ketika sebelumnya mereka melakukan SA’I yaitu berjalan dari bukit Shafa ke bukit Marwa dan sebaliknya selama 7x yang bermula dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa. Perjalanan dari bukit Shafa ke bukit Marwa atau sebaliknya dihitung masing-masing 1x.
“Haussss....” Prilly memegang tangan Ali dengan wajah lelah. Setelah menyelesaikan SA’I saat itu.
“Bentar ya, sinii...”
Ali menarik tangn Prilly menuju kran air zam zam yang berjejer di sisi jalan menuju bukit Shafa dan Marwa, mengantri dengan sabar untuk mengambilkan Prilly yang sedang kehausan.
“Nih... minum... sayang...” Ali mengangsurkan gelas ke mulut Prilly dan Prilly juga membagi air zam zam kepada Ali.
“Tar besok kita bawa botol air, biar bisa ambil lebih banyak untuk di hotel ya...”
Ali menuang sedikit air zam zam ketangannya danmenyapukannya ke wajah Prilly.
“Segerkan... udah nggak cape lagi...?”
Ali mengelus pipi Prilly dengan punggung tangannya.
“Ehm... nggak liat ada ibu nih di samping...”
Bu Sefty mengerling.
“Eh,ibu... kenapa bu, mau ambil air zam zam juga, mau saya bantu?”
Ali tersenyum sambil berlalu ke kran air zam zam.
“Disayang banget sama suaminya Pril, ibu seneng liatnya...”
Prilly hanya tersipu mendengar Bu Sefty mengomentari mereka. Bertemu Bu Sefty seperti menemukan ibunya sendiri jadi apapun yang dilakukan dan dikatakan Bu Sefty tak pernah membuat mereka terganggu. Sesaat Prilly teringat akan ibunya, besok dia berencana mengumrohkan ibunya dia akan meniatkan rukun umroh yang kedua atas nama ibunya.
“Siap-siap kita Tahalul, yang, ntar rambutku dipotong muthawif dulu baru rambutmu aku potong sedikit...”
Ali menggandeng Prilly menuju rombongan yang sedang berkumpul di sekitar bukit Marwa setelah memberikan botol air zam zam kepada Bu Sefty.
Mereka melaksanakan Tahalul yang artinya telah dihalalkan seorang haji/umroh melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram. Hal yang dilarang itu seperti potong kuku, memakai parfum,mengambil barang temuan, menggunakan pakaian berjahit bagi laki-laki, mengenakan kaos tangan dan cadar bagi perempuan.
Handphone merekapun kini telah banyak diisi foto perjalanan mereka di Tanah Suci termasuk di depan Ka’bah, Mesjid Quba, Mesjid Qiblattin dan Jabbal Nur. Senang sekali rasanya perjalanan bulan madu mereka sangat berharga dan romantis habis ditengah rombongan jemaah yang lain.
###
“Aku minta maaf ya semoga kita bisa menjadi lebih baik sepulang dari sini, aku berharap kita bisa menjadi suami isteri seumur hidup, yang saling memahami satu sama lain...”
Ali memeluk Prilly erat dan merasakan matanya menghangat seperti juga Prilly yang sangat terharu dalam dekapannya.
Baru saja mereka dan rombongan melakukan thawaf Wadaatau thawaf terakhir atau thawaf perpisahan dengan Ka’bah, setelah ini mereka akan melakukan perjalanan ke Jeddah karena rangkaian umroh telah selesai.
Muthawif Aziz memimpin doa perpisahan dengan khusyu, karena setelah Thawaf Wada ini, mereka tidak boleh lagi berbalik melihat ke arah Ka’bah ketika meninggalkan tempat ini. Ada perasaan sedih dan terharu ketika akan meninggalkan kiblat umat muslim ini. Harapan akan bisa kembali lagi tersisa di dalam hati mereka.
“Ibu dan bapak, boleh saling bermaafan dulu dengan sesama jemaah, dengan suami atau isterinya, karena dengan rangkaian terakhir ini kita berharap kita pulang ke tanah air dengan membawa jiwa yang baru dan bersih, dan berharap keberkahan akan selalu menyertai kita...” Muthawif Aziz tadi memberikan kesempatan kepada jemaah yang dibimbingnya untuk saling memaafkan.
Prilly hanya bisa terisak dalam dekapan Ali, teringat malam kemarin mereka sedikit bertengkar gara-gara Ali mengajaknya bercinta tapi Prilly merasa sangat kelelahan karena siang itu berjuang mencium Hajar Aswat,batu surga yang disunahkan Rasul untuk menciumnya, dan malamnya mereka keliling sekitar Mekkah untuk belanja oleh-oleh buat keluarga di Tanah Air, sehingga Prilly merasa kelelahan dan merasa tak bisa membuka matanya lagi ketika hari sudah menunjukan jam 12 tengah malam.
“Yangg...”
Ali mencium bibir Prilly pelan.
“Hmmm”
Prilly dalam keadaan yang tidak sadar menjauhkan wajah Ali dan berbalik memunggunginya.
Prilly tidakn menyangka paginya Ali menunjukkan sikap yang kurang enak dengan meninggalkannya saat waktunya sarapan. Keluar dari kamar mandi Ali sudah tidak ada lagi di dalam kamar. Tidak seperti biasa mereka selalu berdua menuju lantai tujuh Hotel tempat jemaah rombongan mereka sarapan. Di dalam lift Prilly bertemu dengan Bu Sefty dan Bu Nitha yang juga sedang menuju tempat sarapan.
“Tumben nih sendirian, yayang mana?”
Bu Nitha bertanya dengan senyum menggoda.
“Udah duluan bu, saya tadi sakit perut ke toilet dulu, Ali saya suruh duluan takut kelamaan..”
Prilly tersenyum kecut agak berbohong sedikit.
“Hmmmm...tumben...” Bu Sefty melirik Prilly dengan aneh, tapi dia pikir sudahlah.
Hari itu Prilly harus tetap berada di kamar hotel karena tiba-tiba perutnya mules dan mengeluarkan bercak darah seperti haid. Prilly menangis, begitu berdosakah menolak ajakan suami sehingga Allah langsung menegurnya dengan haid yang keluar sehingga tak dapat beribadah? Karena haidnya sedikit, setiap waktunya sholat Prilly mandi suci terlebih dahulu dan sholat di dalam kamar, badan Prilly merasa meriang karena empat kali sholat empat kali juga dia harus mandi suci.
“Kalau mau nyelakain aku buat apa kamu ajak aku kesini?”
Prilly menangis tertahan sambil meringkuk di dalam selimut merasakan badannya meriang selepas ashar itu. Prilly sudah hampir putus asa, sebab besok paginya mereka akan melakukan Thawaf Wada Thawaf terakhir sebelum mereka akan menuju Jeddah dan kembali ke Tanah Air. Itu ruku terakhir kalau dia haid semua akan gugur.
“Makanya sama suami itu jangan kasar, suami ditepis kasar seperti tidak sudi disentuh.”
Ali menyentuh dahi Prilly.
“Harusnya kamu ngertiin, aku gak sengaja, aku lagi cape, kaya gitu aja kamu jadi jengkel sama aku akibatnya aku jadi kaya gini, kamu tau sendirikan kalau isteri tidak mau melayani suamiitu dosa besar...”
Prilly menjauhkan tangan Ali dari dahinya.
“Harusnya kamu ngertin jangan sampai aku menolak,kamu harus nahan diri, jangan kamu egois Li, ini tempat suci, semuanya langsung dapat balasan jika ada yang salah, lagipula baru tadi malam aku tolak kamu selama disini,,,”
Prilly terisak kini.
Ali diam, tangannya menarik tas selempang berwarna hitam dan meronggoh ke dalam tas mencari sesuatu.
“Minum ini ya, aku tadi dikasi tau sama Bu Nitha dan Bu Sefty saat bareng ke mesjid tadi mereka nanyain kamu, aku bilang kamu haid, mereka saranin minum obat ini... supaya haidnya tertahan, jadi aku tadi mampir ke apotik setelah sholat ashar...”
Ali mengambilkan air mineral dan mengangsurkan obat ke tangan Prilly, Prilly duduk dan bersandar di kepala ranjang.
“Kamu harus maafin aku dulu, percuma minum obat ini tanpa kamu ikhlasin kesalahan aku...”
Prilly meraih tangan Ali dan mencium punggung dan telapak tangannya.
“Iya, aku juga minta maaf..”
Ali mengelus puncak kepala Prilly, sedikit menyesal denga perasaannya yang terlanjur jengkel pada Prilly tadi malam. Padahal seandainya ia memahami sedikit saja, ah, tapi memang godaan syetan mungkin lebih dulu mengganggu otaknya sehingga membiarkan kejengkelan menguasai benaknya.
Alhamdulilah, walaupun sebelum magrib dan isya Prilly tetap mandi suci, tetapi setelah habis isya malam itu ternyata haidnya tidak keluar dan malam itu bisa melayani suami dan melaksanakan Miqot dan Thawaf Wada di pagi harinya.
###
Akhirnya setelah Thawaf Wada mereka langsung menuju Airport King Abdul Aziz Jeddah untuk kembali ke Tanah Air. Di tengah perjalanan dari Mekkah ke Jeddah mereka singgah untuk berbelanja di Jeddah Shopping Center dan Mesjid terapung, dimana pada saat itu mesjid tersebut tidak terlihat mengapung karena air tidak pasang naik.
“Semoga kita bisa kembali lagi ke sini dengan membawa seluruh keluarga ya, yang...”
Ali merengkuh bahu Prilly dibalas anggukan sumringah sambil action di depan kamera handphone yang dipegang Pak Adryan salah satu jemaah di rombongan mereka.
Pesawat Saudi ArabiaAirlines, membawa mereka kembali mendarat di Bandara Soeta Jakarta, selama sembilan jam dan dua jam kemudian Garuda Indonesia terbang membawa Ali dan Prilly bertemu kembali dengan orang-orang tercinta di kotanya.
###
Prilly bergerak beraktifitas setelah sholat subuh, mengumpulkan baju-baju kotornya dan Ali yang sudah tiga hari menumpuk karena berapa hari ini kepalanya pusing dan mual, malas bergerak.
Sambil memasukkan baju kotor ke dalam mesin cuci, memeriksa kantong celana dan baju karena takut ada uang atau barang penting seperti flashdisc yang pernah tertinggal di kantong celana kerja Ali.
Pandangannya tertuju pada kemeja putih Ali yang terliht ada noda merah di daerah punggungnya.
“Lipstik?”
Prilly menautkan alis dan menggeleng pelan menepis rasa curiga yang tiba-tiba hadir.
################
Maaf ya.. jika ada bagian yang kurang berkenan, saya tidak bermaksut merusak nama baik tokoh yang ada dicerita ini tapi hanya sekedar berimajinasi.
Thanks untuk sempat membaca, dan mohon sempatkan juga untuk vote dan koment...
Salam kiss’
Me
####
Repost
Terima kasih doscastrida udah membantu membuat part ini lengkap kembali ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top