Part 21

Ali Pov

"Tolong jangan tinggalkan aku yang,bila kamu mati,aku juga bisa mati"

Aku mengusap wajah kasar.Jika terjadi sesuatu dengan Prilly,ini bukan hanya salah ibunya tapi juga salahku.

Sudah sejak hari minggu malam dia tak dapat kuhubungi tapi kenapa aku tidak bisa peka? Aku hanya mengira dia tidak bisa memegang handphone karena sedang bersama ibunya dan mengabaikan perasaanku yang tidak enak karena hari minggu itu aku sibuk menemani mama pulang ke tabunganen menengok anak-anak yatimnya.

"Yang,ikut ketabunganenkah? Mama mengajak kerumah yatim disana..."
Aku mengiriminya sms pagi itu.Tabunganen berjarak satu jam dari Banjarmasin dengan menggunakan klotok air(klotok itu adalah kendaraan air seperti perahu tapi bermesin).Sedangkan kalau melalui darat dengan menggunakan mobil atau motor sekitar dua jam.

"Maaf yang ,aku tak bisa , aku sibuk bantuin ibu pagi ini...maaf ya..."

"Ya,ga papa yang lain kali kamu harus ikut ya..."

"In-sha Allah yang kalau ada langkah..."

"Aku pergi dulu ya,disana susah sinyal,aku balik mungkin udah malam banget,kalau aku ga bisa hubungi kamu,kamu jangan kuatir ya yang"

"Ya hati-hati,sayang.."

Malamnya ketika aku sampai rumah,aku telpon dia sudah tidak diangkat tapi aku pikir dia hanya sudah tidur.

Dan setelah dikirimi sms yang ternyata bukan Prilly pelakunya,aku merasa bodoh ,tak mengenali cara dia biasa mengirim chatt padaku.

"Yang,aku minta maaf...."

Aku sentuh wajahnya yang pucat dipangkuanku,suhu badannya tinggi, apakah kekurangan cairan karena selama tiga hari terkurung tanpa minum ditempat yang pengap?

"Ansari Saleh aja bro lebih dekat,buruan!"

Aku menyebutkan rumah sakit terdekat dari rumah Prilly pada Aril yang menyetir didepan.

"Oke....,ente tenang aja?Tarik nafas ente,jangan panik..."

Aril mengingatkan aku.

"Aliii ..."

Aku tersentak melihat Prilly bergerak dipangkuanku dengan memanggil namaku lirih hampir tak terdengar dengan mata yang terpejam.

Ternyata dia bicara dalam keadaan tidak sadar.Aku genggam tangannya yang mulai dingin,kukecup punggung tangannya.

"Aku rela mati daripada dipisahkan sama alii..."

Aku melihat airmata jatuh dari sudut matanya yang tetap terpejam.

"Jangan mati...jangan mati,yang...." Aku berbisik sendu menunduk didekat wajahnya.

Aku merasakan mataku memanas,airmataku jatuh diwajahnya yang layu.

Memasuki halaman Rumah Sakit Ansyari Saleh,tubuh Prilly tiba-tiba kejang-kejang.

Ya Allah,apa yang harus aku lakukan,selain berteriak pada Aril untuk mempercepat sedikit arah mobil menuju ICU.

###

Author Pov

"Mohon maaf,Bapak tunggu diluar saja...."

Seorang perawat menghalangi Ali yang berusaha ikut masuk kesebuah kamar di Instalasi gawat darurat dimana ranjang rumah sakit beroda itu membawa Prilly.

Aril menepuk bahu Ali,dan mengangguk padanya agar Ali mau mengerti.

"Mereka akan melakukan tindakan medis yang sangat serius pada Prilly jadi kehadiran orang yang bukan berkaitan dengan profesi tentu akan mengganggu,ente harus bersabar,bro..."

Ali memegang kepalanya,sebentar kemudian tangan kirinya menyentuh dinding untuk menahan tubuhnya yang terasa limbung,sementara tangan kanannya bertengger dipinggangnya.

Sebenarnya Ali bukan laki-laki yang cengeng dan lemah,tetapi entahlah,perasaan takutnya dengan kondisi Prilly yang mengenaskan didepan matanya membuat Ali tak tega.

"Aliii.......!

Seorang Pria dan wanita datang menghampiri Ali dengan wajah cemas.Melihat kedua orang tersebut Ali menghambur kepelukan mereka sambil menangis.

"Apa yang terjadi?

Pria itu melepas pelukan dan menatap Ali.

"Kasian Prilly,bang,ini semua salahku...."

Hanya itu yang bisa Ali katakan,sungguh tidak ada kata lagi yang bisa terucap dari mulutnya.Yang ada hanya rasa khawatir akan keadaan Prilly.

"Sudah sini duduk dulu,kamu tenang dulu...."

Bang Fahmi,Kakaknya Ali dan Istrinya Mecca menuntun Ali untuk duduk disebuah bangku didepan ruang ICU. Ya,dua orang itu sempat dihubungi Ali saat berada dalam mobil menuju rumah sakit.Hanya mereka yang mampu Ali ingat saat itu.

"Semoga dia kuat ya,kita berdoa saja..." Kak Mecca mencoba menenangkan Ali.

"Kamu sholat dulu Li dimushola sana,kamu jamak dan qashar yang ketinggalan," Bang Fahmi menepuk bahu Ali mengingatkan kewajiban sholatnya yang tertinggal beberapa waktu.

"Saat kita sedang punya masalah,sebaiknya banyak mendekatkan diri saja pada Allah,banyak berdoa....Kakak Yakin Prilly kuat..." Kak Mecca menambahkan.

###

Author Pov

"Ya Allah selamatkanlah Prilly,selamatkanlah kekasihku,biarkan aku menebus kesalahanku dengan menjaganya seumur hidupku,berikan aku kesempatan untuk lebih lama bersamanya,kuserahkan segala kuasa hanya kepada-Mu.....Aamiin Ya Robbalalamin"

Ali mengusap wajahnya pelan.Selesai Sholat hatinya sedikit lebih tenang.

Ali kembali ke IGD dimana masih ada Bang Fahmi dan Kak Mecca sementara Aril tadi pamit pulang ingin mandi dan menjemput kekasihnya.

"Ayo Li,kita tadi dipanggil untuk menghadap dokter,abang menunggumu karena kau harus dengar sendiri dari dokternya,karena Prilly tanggung jawabmu."

Bang Fahmi menyentuh pundak Ali sambil membawanya berjalan menuju ruang dokter.

"Pasien mengalami dehidrasi akibat kehilangan cairan,makanya suhu badannya meninggi,mungkin selama tidak minum pasien berada ditempat yang panas atau pengap,dan untungnya pada malam hari mungkin keadaan lebih dingin makanya pasien bisa bertahan tanpa air selama tiga hari...."

Dokter Erwin menjelaskan keadaan Prilly yang masih dalam keadaan kritis.

"Pasien juga mengalami kelaparan tingkat tinggi ditandai dengan halusinasi dan kejang-kejang dan detak jantung yang tidak beraturan." Dokter Erwin melanjutkan diagnosanya.

"Tapi pada dasarnya orang lebih bisa bertahan tanpa makanan dibanding tanpa air ,karena seseorang bisa bertahan hidup hingga beberapa minggu tanpa makanan tapi jika tak ada air hanya bisa bertahan 3 sampai dengan 5hari saja..." Dokter Erwin melanjutkan lagi.

"Lalu sekarang bagaimana keadaannya,dok?," Ali bertanya tanpa hilang rasa cemas.

"Untunglah anda segera membawanya kesini...kalau terlambat sedikit saja,mungkin harapannya akan tipis,karena dengan keadaan tangan yg mulai mendingin itu akibat dehidrasi mulai tingkat tinggi..." Dokter Erwin memberi titik agak terang.

"Saat ini pasien kami berikan infus nutrisi....untuk mengatasi dehidrasinya,dan oksigen untuk kekurangan oksigen dalam tubuhnya akibat tidak cukup mendapatkan udara diruang yang tidak cukup luas..."

Dokter Erwin menjelaskan penanganannya saat ini terhadap Prilly.

"Apabila cairan tubuhnya sudah mulai kembali stabil pasti pasien akan segera sadar,Pak Ali tenang saja...."

###

ALI Pov

Kutatap tubuh yang terbaring dengan infus yang masih melekat ditangan kirinya.Selang oksigen sudah dilepas dari hidungnya.Sekarang dia sudah dipindahkan dari ruang ICU keruangan rawat inap.Aku raba dahinya yang sudah mulai normal suhunya.Aku kecup matanya yang masih terpejam.

"Maaf ya yang,karena aku,kamu harus mengalami hal seperti ini..."

Aku duduk disamping ranjangnya dan meraih tangan kanannya.Aku sentuhkan punggung tangannya kehidungku.

Tiba-tiba kurasakan tangannya yang kugenggam sedikit bergerak.Matanya juga sedikit demi sedikit membuka.Aku senang sekali melihatnya.

"Haiii,sayang...." Aku berbisik pelan membuat dia menatapku setelah sebelumnya matanya menatap langit kamar.

"Aliii....?"

Matanya menatapku dengan bingung.

"Kamu tenang aja ya kamu sekarang dirumah sakit,yang...."

###

PRILLY Pov

Antara sadar dan tidak aku merasakan sesuatu menyentuh dahiku.Mengecup mataku.

"Maaf ya yang,karena aku,kamu harus mengalami hal seperti ini.."

Kudengar suara orang yang rasanya tak asing lagi bagiku,apakah aku bermimpi,ataukah hanya berhalusinasi.

Aku mencoba menggerakkan tanganku yang hangat seperti ada yang menggenggam,mencoba membuka mata yang terasa berat,kulihat langit langit yang putih,dimanakah aku,apakah disurga?

"Haiii,sayang...."

Mataku beralih kearah suara itu.

"Aliii...?"

Aku bingung dimana aku sekarang,kenapa ada Ali,terakhir yang kuingat aku sudah tak kuat karena kehausan yang teramat sangat,tubuhku seketika memanas dan aku tak tau lagi setelahnya.

"Kamu tenang aja ya,sekarang kamu dirumah sakit,yang..."

Suaranya menyadarkan aku dimana sekarang aku berada.Kenapa aku bisa bersama Ali?

"Aku takut kamu kenapa-kenapa,apa yang kamu rasakan sekarang,ada yang bisa aku bantu,yang?

Dia menatap aku dengan tatapan kuatir,aku terharu melihatnya,rambutnya tak beraturan,kenapa dia kucel sekali?

"Makasih...."

Aku sentuh wajahnya yang kusut tapi tetaplah sangat mengagumkan dimataku.

Dia meraih kembali tanganku yang menyentuh wajahnya menyelipkan jari-jarinya dijariku.

"Aku yang minta maaf ya...aku agak terlambat menjemputmu..."

"Stttt...."kusentuh bibirnya dengan jariku."Aku yang minta maaf udah ngerepotin kamu,maafin aku ya..." Aku sentuh wajahnya yang menatap lembut dan dalam dengan pandangan bersalah.

"Sudah kewajiban aku jagain kamu,kalau ga bisa jaga kamu,aku bukan laki-laki..."

Dia mengambil tanganku yang menyentuh wajahnya.Aku terharu,rasanya begitu beruntung memilikinya.

"Haus,yang..." Aku berucap lirih.

"Haus? Ya,ya...ayo minum...."

Ali meraih botol air mineral yang ada diatas lemari samping ranjang,membuka tutupnya yang masih disegel dan mengambil sedotan yang ada dilaci memasukkannya kedalam botol dan mengarahkan sedotan kemulutku dengan tangan kanannya,sedangkan tangan kirinya membantu menaikkan sedikit punggungku.

"Lapar?mau aku carikan makanan?Bubur ya...?"

Ali bertanya sambil melihat arlojinya...

"Jam berapa?" Aku bertanya dengan suara serak dan lirih.

"Jam dua...."

Ali bersiap pergi tapi segera aku tarik tangannya sambil menggeleng.Kasian dia kelihatan sangat lelah.Pasti dia tak tidur entah sudah berapa lama menungguiku.Apalagi ini pasti jam 2 malam bukan jam 2 siang karena suasananya hening dan terlihat tak ada cahaya dari luar jendela.Aku tak tega untuk merepotkannya lagi.

Kuisyaratkan dia untuk duduk kembali.

"Ga usah yang..." Aku menahannya.

"Kenapa?" Dia mengeryitkan keningnya.

"Aku cukup sama kamu aja..." kata-kataku membuat dia tersenyum.Tetap manis dengan wajah lelahnya.

" kamu ga tidur..."Aku melanjutkan kata-kataku lagi.

"Ga bisa tidur sebelum kamu bangun..." Ali berkata lembut sambil mengusap kepalaku.

"Sekarang aku sudah bangun,jadi kamu tidur,yang .."

"Ya,kamu tidur dulu,baru aku tidur..."

"Jangan nunggu aku,kamu harus istirahat, ntar klau kamu juga sakit aku ga bisa jaga kamu.." Aku mencium tangannya yang menggenggamku.

"I love you,yang..."
Ali meletakkan lengannya dibantal atas kepalaku,menyentuh pelipisku dengan hidungnya sambil memejamkan mata.Separo badannya ada diranjang yang aku tempati.

"Ku juga sayang..."

Aku membalas ucapannya sambil ikut memejamkan mata.

###

AUTHOR POV

"Aku akan melaporkannya kepolisi..."

Ucap Bu Cory terdengar geram.Saat itu dia,bersama Mita dan Ayu duduk diruang tengah.

Sesaat setelah kejadian,Mita datang dan mendapati Ibunya dan Ayu terduduk bingung diruang tamu.

"Ya bu,laporkan sebagai upaya penculikan atau membawa kabur anak orang..." Mita mengompori.

"Jangan gegabah,ibu lupa tadi ada orang lain yang melihat kejadian,pengacara lagi,salah-salah kita bisa masuk penjara!!"

"Kamu sebenarnya memihak ibu apa memihak dia sih,Yu..." Mita menghentakkan kakinya kelantai sambil melotot kepada Ayu.

"Ini bukan masalah memihak,lol,pake otak...jangan pake hati yang ketutup kelicikan..." Ayu berteriak.ditelinga Mita.

"Jangan sok suci ngatain aku licik,kalau aku licik ,terus kamu apa?busuk?lalu apa bedanya?" Mita balas berteriak sambil mendorong pundak Ayu.

"Hei,kenapa kalian bertengkar??? Jangan tambah membuat ibu pusing..." Bu Cory melerai Ayu dan Mita.

"Aku sedang mencari cara supaya anak itu jera dan meninggalkan Prilly...aku akan buat dia sengsara!!!

Bu Cory mengepalkan tangannya.

"Lihat saja....aku punya seribu cara.....!!!

###

Terima Kasih yang sudah baca dan kasih vote dan juga Commentnya...

###

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: