Part 18
'Lebih baik dari kamu,bukan berarti lebih baik buat aku.....'
AUTHOR POV
"Permisi...Mba Prilly-nya ada?"
Seorang wanita kira-kira 25tahun,berdiri didepan pintu dengan membawa beauty case ditangan kanannya,dan paperbag cukup besar ditangan kirinya.
"Iya,saya?ada apa ya mbak...?"
Prilly menyipitkan matanya mencoba mengenali wanita itu.
"Maaf mbak,saya Linda,saya diminta Mas Ali datang kesini untuk mendandani Mbak Prilly,kata Mas Ali kan jam 7malam dia jemput mbak makanya saya disuruh kesini jam segini..."
Wanita itu menjelaskan maksut kedatangannya pada Prilly.Prilly menepuk jidatnya,dia lupa tadi malam Ali sudah memberitahu kalau dia akan mengirim seseorang untuk mendandani Prilly sekaligus membawakan bajunya.
"Iya,iya silahkan masuk...ini jam setengah 5 ya kira kira 2jam selesai ya mba Linda?"
Prilly bertanya sambil melangkahkan kaki memasuki ruang tengah rumahnya diiringi wanita yang bernama Linda itu.
"Iya mbak,saya usahakan segera..."
###
Dua jam berlalu,akhirnya selesai juga acara berdandannya.Istimewa sekali,gaun sutra dengan nuansa pink transparan lengan panjang dan sedikit diatas lutut agar kesan tinggi ditambah dengan potongan leher yang rendah juga dipadu dengan sepatu highells bertali dengan warna senada...Prilly kelihatan elegan.
Rambut Prilly dibuat bergelombang dan dihairspray supaya tahan lama karena rambutnya kan agak tipis dan lemas.
Sekarang kuku jari-jarinya diberi cat kuku yang sekilas prilly baca berwarna granite.Untung saja sejak kemaren dia haid,jadi tidak masalah,karena dengan dandanan seperti ini dia agak susah untuk melaksanakan sholat setidaknya kalau haid dia tidak merasa berdosa tidak melaksanakannya.
"Oke mbak,selesai...."
Mbak Linda mulai membenahi alat-alat make-up dan rambutnya karena semua sudah beres.
"Terima Kasih,Mbak Linda..."
###
"Bu...saya bawa Prilly dulu ya...."
Ali pamit pada Ibu Cory ibunya Prilly.Dengan menggunakan kemeja putih dipadu dengan jas hitam dengan dasi berwarna hitam celana hitam dan sepatu hitam,Ali so cool dan elegan.
"Ya,Nak Ali..."
Ali dan Prilly berlalu dari hadapan ibu cory.
"Kemana mereka bu?"
Mita keluar dari kamarnya menghampiri ibunya dengan mata sembab.
"Keresepsi pernikahan managernya Ali..."
Ibu Cory menjawab sambil menyeret kakinya keruang keluarga dan duduk.disofa depan Tv.
Mita mengikuti duduk disamping ibunya.
"Ibu betah sekali menunggu pergerakan Prilly...ibu pikir prilly akan menuruti ibu?menurut aku tidak mungkin,bu..."
Mendengar perkataan Mita,bu cory memalingkan wajah dari tv menghadap Mita.
"Maksutmu apa?"
Bu Cory bertanya penuh selidik.
"Kalau Prilly tidak melakukan apa yang biasa aku dan ayu lakukan,selamanya ibu takkan mendapatkan apa-apa dari prilly,bu..."
Mita berkata dengan nada menghasut.
"Enak sekali prilly,tidak memberikan apa yang ibu mau tapi dia bebas pacaran dengan laki-laki itu...enak didia ga enak dikami ,bu...!
"Biarpun dia kaya raya kalau tidak bermanfaat buat kita sekarang apa gunanya?
Mita berapi-api sekali menghasut ibunya.
"Sedangkan aku, ibu tau gimana aku bu?ibu ga ngeliat mataku sembab,Managerku siDani itu lebih memilih longweekend sama keluarganya dijakarta,tanpa memikirkan perasaanku ditinggalkan walau hanya untuk sementara..."
"Tapikan bukan orangnya mit yang penting bagimu,tapi duitnya mit..."
Bu Cory menyangkal keluhan Mita.
"Justru itu bu,bukan orangnya tapi duitnya,harusnya sebelum satu bulan prilly sudah memberikan sesuatu pada ibu,tapi buktinya apa?semua buat dia sendiri,baju,sepatu,tas....prilly tak memikirkan ibu..."
Ibu Cory memijat keningnya,tiba-tiba api amarah terasa tersulut didadanya.Benar juga,sudah hampir sebulan,pergerakan prilly untuk mendapatkan sesuatu yang berharga itu tidak ada.Malah prilly keasikan dibebaskan keluar-keluar dijemput ali.
Bu Corry mengepalkan tangannya.
Awas kau,Prilly....
###
Ballroom Hotel Mercure,Banjarmasin.
Suasana didalam ruangan resepsi pernikahan Suryanata Abizar dan Nina Indriyani berjalan dengan mewah.Tata ruang yang eksklusif membuat pesta kelihatan elegan tapi santai.
Saat ini Ali dan Prilly sedang menuju pelaminan untuk memberikan selamat kepada kedua mempelai,semakin mendekati pelaminan,Ali semakin menggenggam erat tangan Prilly,menautkan jari-jarinya kejari prilly dengan posesif.Prilly sampai terheran-heran,kenapa Ali sebenarnya,sepertinya dia sedang gugup.Prilly ingin bertanya tapi terasa belum tepat waktunya.
"Mempelai cewenya cantik ya Li..."Prilly mencoba mencairkan suasana.
"Lebih cantik kamu..." sahut Ali spontan.
"Jangan muna ah,semua juga pasti akan tertawa bila ada yang dengar kamu bilang aku lebih cantik dari pengantinnya hehe..." prilly terkekeh geli.
"Ga peduli kata orang bagaimana?yang penting kata aku kamu lebih cantik,oke?
Ali berbisik ditelinga prilly diiringi senyum tipis.Prilly mengangguk-angguk tak ingin berdebat.Dilihatnya masih ada beberapa antrian tamu berfoto dengan mempelai.
Pandangan mereka masih diarah pelaminan,tak sengaja pengantin pria melihat kearah Ali dan Prilly berdiri.Pengantin pria melambaikan tangan pada seseorang dekat pelaminan,dan orang itu bergerak kearah Ali.
Seseorang yang lain menahan antrian yang sedang menunggu giliran memberi ucapan selamat dan berfoto.
"Maaf Pak Ali ya,langsung aja silahkan Pak " orang tersebut mempersilahkan Ali untuk lebih dulu menuju kepada mempelai.Ali tersenyum mengangguk sambil mengucapkan terima kasih.
Ali semakin erat menautkan jarinya ke jari Prilly...sambil sesekali menoleh kearah prilly yang berada disebelah kanannya sambil tersenyum,mereka kelihatan mesra sekali seakan tak peduli tatapan tamu-tamu lain yang menerka-nerka siapakah sejoli ini yang begitu diistimewakan,tapi sebagian ada juga yang sudah tau.karena diantaranya ada karyawan-karyawan dikantor Ali.Ali tersenyum ramah pada mereka.
"Big boss,"bisik mereka kepada yang belum tau.
"Selamat ya Pak Nata dan....Bu Nata...."
Akhirnya Ali sampai juga didepan kedua mempelai dan menyalami keduanya.
Prilly sedikit heran melihat reaksi Bu Nata yang melihat Ali.
'Seperti...melihat hantu,kaget .... eh,benarkah seperti melihat hantu...atau melihat pangeran?' Batin Prilly bertanya-tanya.
ALI POV
"Ini Pak Ali,yang aku ceritakan Nin,Direksi sekaligus ownernya PT.Abadi Jaya yang baru...."
Aku tersenyum mendengar ucapan Pak Nata,aku lihat ada kekagetan dimata Nina.Ya,sudah aku duga pasti dia kaget.
"Ini Prilly Pak,calon nyonya Ali...."
Segera aku mengenalkan Prilly pada Pak Nata.
"Senang berkenalan dengan calon nyonyanya pak...segera menyusul dong kalau begitu..." Pak Nata berkata sambil tersenyum senang saat bersalaman dengan Prilly.Prilly juga menyalami Nina yang kelihatan masih tak percaya melihatku ada dihadapannya sekarang sebagai seorang bos dari suaminya.Mungkin.
"Ya doakan saja pak,In-sha Allah menyusul dalam waktu dekat....ya kan sayang...?" Jawabku sambil memeluk pinggang Prilly,Prilly tersenyum menoleh kearahku,jarak wajah kami begitu dekat,sementara Nina terlihat syok.
"Silahkan Pak,difoto dulu...!" Fotografer yang dari tadi menonton adegan itu mengatur berdiri ku disebelah mempelai wanita,Prilly berdiri disebelah mempelai pria.Aku terasa kaku berdiri disebelah Nina,sedangkan Nina menatapku dengan pandangan yang membuat Prilly kulihat sedikit terganggu,entah kenapa sepertinya kulihat ada bara dimatanya,mungkin cemburu,tak suka dengan cara menatap Nina padaku.Apakah Prilly merasakan aura masa lalu kami?
"Sebentar pak..."hampir siap difoto tiba-tiba Prilly mengangkat tangan pada fotografer.
"Sini sayang,aku betulkan dasimu..." Prilly membetulkan dasiku didepan hidung Nina,dan menepuk dadaku pelan setelahnya.Prilly Tersenyum mesra.Kenapa dia?seperti tak biasa.Tapi aku senang dengan sikapnya yang menunjukkan perhatian padaku didepan Nina.Aku balas senyumnya,kuberikan senyum yang super duper manis.
"Nah,selesai..." Prilly tersenyum.Kamipun siap berfoto.
"Makasih,yang.." aku cubit hidungnya.drama sekali memang.
Setelah difoto,bersalaman sekali lagi,kami turun dari panggung pelaminan diiringi tatapan sendu Nina setidaknya itu yang kurasakan tapi aku mencoba tak peduli.Disebelahku ada yang lebih layak untuk dipedulikan.
###
Tak mau berlama-lama aku menarik Prilly menuju keluar dari ruangan itu,didepan pintu kulihat kak aulia dan kak fadlan dan ada Sarah juga.Kenapa dia tetap ikut?
Flashback on....
"Kakak yang mengajaknya,jadi kakak yang harus bertanggung jawab,ali minta maaf kak...Ali tetap pergi dengan Prilly..."
"Tapi apa yang harus kakak katakan padanya Li?
"Ali juga harus mengatakan apa pada prilly jika membatalkan pergi dengannya?
"Ya sudah,nanti kakak atur,kakak akan bilang kalau kamu ternyata sudah mengajak temanmu dan kakak tidak tau"
"Terserah kakak saja,yang jelas ali ga mungkin bawa dua gadis sekaligus,gak lucu, seperti orang poligami saja.."
Flashback off
PRILLY POV
"Li...."
Seseorang memanggil ketika Ali menarikku keluar dari tempat resepsi.
"Kak,ini Prilly...Pril ini kak aulia,kakak sulungku,ini suaminya kak fadlan."
Aku bersalaman sambil tersenyum menyebutkan namaku.Kak Aulia tersenyum mencium pipi kanan dan kiriku.
"Ini Sarah...Sar ini Prilly...."
Aku mengulurkan tanganku pada Sarah,aku liat dengan malas dia menyambut uluran tanganku.Kenapa dia? Lagipula siapa dia? Tadi Ali hanya menyebutkan kak aulia sebagai kakak sulung,sedangkan Sarah tidak disebutkan sebagai siapa-siapa.
Lagi-lagi Aku melihat tatapan lain dimata seorang gadis kepada Ali.Baru saja aku melihat mata seorang mempelai perempuan menatapnya dengan tatapan yang aku artikan menyimpan sesuatu yang teramat sangat dalam kepada Ali-ku. Ali-ku? Aku merasakan ketakutan yang tidak biasa,ketakutan kehilangan seperti takut kehilangan Sofia tapi lebih dari itu.
Tak bisa dipungkiri,Ali pria yang tampan,pasti punya banyak masalalu,lagipula dia seorang pria yang kaya,tentu banyak gadis yang mendekatinya.
'O my god....kenapa hatiku jadi gelisah..? Apakah aku sudah terlanjur berharap..? Sepertinya aku sudah terlanjur menganggapnya milikku'
Tiba-tiba aku menyesali kenapa status kami tidak jelas.Posisi seperti ini akan mudah bagi Ali meninggalkan aku jika ada yang lebih baik menurutnya daripada aku.Dan diluar sana lebih banyak gadis yang lebih-lebih-lebih segalanya daripada aku.
Ah,Lol Prilly...
"Yuk kita pulang,yang..." Suara Ali memutuskan lamunanku.
"Eh,iya,yang...! Kali ini aku yang mempererat genggamanku pada tangan Ali.Aku memandang Sarah dengan tatapan seperti berkata "dia milikku...."
Oh Tuhan,kenapa aku tiba-tiba menjadi posesif. Aduh...aku tak tenang.
###
"Sarah itu dulu adik kelasku...."
Ali memecah kesunyian didalam mobil,sementara kami masih terjebak macet diparkiran karena Hotel Mercure berada dimall satu-satunya yang ada diBanjarmasin.Kalau sudah malam minggu parkiran disitu memang padat merayap,yang masuk tak ada tempat untuk parkir,yang keluar harus rela menghabiskan waktunya lebih lama didalam mobil.Setidaknya itulah yang kudengar dari celotehan mita dan ayu pada ibu kalau malam minggu kebetulan ngedatenya dimall.
"Hmmm...terus?" Aku mencoba biasa saja menoleh padanya.
"Melihatku jangan kaya gitu ah..." Ali rupanya tetap merasakan kegelisahanku. Ternyata aku tak bisa menyembunyikannya. Tangan Ali mulai bergerilya menyentuh rambutku.Aku menepis tangannya.Seketika aku jengkel dengan diriku sendiri kenapa tidak bisa menahan cemburuku,padahal Ali tak melakukan apa-apa pada Sarah diBallroom tadi.Tapi aku benar-benar takut.Aku baru menyadari aku ini bukan siapa-siapa.
"Kenapa? hei....? Iya,Sarah itu dulu teman dekatku waktu SMA,tapi gak ada komitmen apa-apa sampai aku lulus dan kuliah di Jakarta,aku memang tidak niat berpacaran saat sekolah"
'Apa katanya?Teman dekat tanpa komitmen dan ditinggalkan? Lalu aku?'
Aku menghela nafas.
"Kalau Bu Nata?" Akhirnya Aku memberanikan diri bertanya tentangnya.Aku masih penasaran dengan mempelai wanita itu.
Ali kelihatan tak enak,membetulkan letak duduknya dibalik stir.
"Dekat saat kuliah....." lirih Ali menjawab dan pendek sekali,aku tak percaya hanya itu saja yang terjadi.
"Tanpa komitmen juga?" Aku memotong ucapannya.Ali menatapku ragu.
"Hmmm..."aku memiringkan kepalaku mencontek gayanya kalau aku terlambat menjawab sesuatu.
"Kenapa sih ,yang...kam...."
"Udah sih Li,gak usah yang yang lagi sama aku....." Aku potong ucapannya.Seketika aku sebal dipanggil yang olehnya.
Ketakutan ditinggalkan sepertinya lebih mendominasi perasaanku,dan aku tak mau terjebak berkepanjangan dalam lingkaran hubungan tak jelas ini.Aku takut kecewa dan aku takut semua tak seperti harapanku.
"Aneh,padahal perasaan aku tadi gak berbuat apa-apa...kenapa kamu jadi sensitif...?" Ucap Ali meremas rambutnya seperti frustasi sambil tetap fokus kedepan karena mobil bergerak pelan, depan belakang ada mobil lain yang antri untuk keluar dari area parkir.
Dia benar juga,kenapa aku jadi sensitif,ah,mungkin karena lagi haid jadi perasaanku agak sensi.Tapi hari ini aku benar-benar sensi mendapati dua wanita masalalu ali yang kusimpulkan sendiri seperti diphp.Dekat,tanpa komitmen,dan ditinggalkan....Nah,terus sekarang aku ini apa?
"Aku sempat melamar dia...." akhirnya Ali membuka mulut lagi.Aku Memegang dadaku.Sakit.Rasanya tak ingin mendengar lagi tapi aku penasaran.
"Dua tahun kami dekat tanpa komitmen,sebelum hari wisuda aku ingin mempunyai komitmen yang jelas dengannya tapi dia menolakku...." sambung Ali tanpa ekspresi,matanya menatap kedepan.Aku menutup mulutku yang terbuka mendengar itu.
"kok bisa ditolak?" Aku menatapnya tak percaya
"Katanya dia mau mencari suami yang kaya karena dia sudah miskin..."
"Bukannya kamuuu....."
"Dia tak tau itu,yang..."
Aku ingin mengatakan bukannya Ali anak orang kaya?kaya raya malahan.Tapi Ali langsung memotong ucapanku dengan mengatakan ternyata wanita itu tak tau. Apa kabar dia,setelah tau pemilik perusahaan tempat suaminya itu bekerja adalah Ali,laki-laki yang ditolaknya dulu?Pantas saja dia seperti kaget,dengan wajah nyaris tanpa darah dibalik make-up pengantinnya.
Apa kata Ali tadi? Tetap saja dia mengatakan yang lagi.
"Li,aku mohon...."
"Apalagi sih yang,bukannya sudah jelas,aku suka memanggilmu begitu,aku udah terbiasa yang..." Ali membuka kaca mobilnya menyerahkan karcis parkir, membayar biayanya dan melaju meninggalkan Mall.
"Aku hanya gak mau salah faham Li,katamu kita gak pacaran tapi kamu baik banget sama aku,care banget sama aku,kamu selalu bisa membuat aku nyaman bersamamu,aku takut terlanjur merasa memilikimu,aku gak siap jika harus kehilangan kalau kamu meninggalkan aku...."
Aku menutup wajah dengan kedua tanganku.Suaraku terdengar bergetar mengatakannya.
Ali menepikan mobilnya.Dan menarik tangan yang menutupi wajahku.
"Hei,kenapa kamu bilang begitu?kata siapa aku akan meninggalkanmu...?," Ali menyentuh pipiku dan aku menurunkan tangannya dari situ,lantas menundukkan wajahku.
"Kamu bilang waktu itu bila sudah cocokkan ,Li?Trus gimana kalau ada yang lebih baik dari aku?"
Aku mulai menangis,karena pasti ada yang lebih baik.
"Yang....." lirih dia terdengar tetap memanggil sayang .Tak tahukah dia,aku melayang dipanggil sayang seperti itu dan takut jatuh.
"Diluar sana banyak yang lebih-lebih-lebih segalanya dari aku...aku ini siapa sih?bukan siapa-siapa,gak punya kelebihan apa-apa...aku bisa apa kalau kamu mau pergi sama yang lain...?aku bisa apa kalau kamu lebih memilih yang lebih baik daripada aku..."
Aku tambah terisak membayangkan jika itu benar terjadi.
Ali menarikku kedalam pelukannya,mengelus pipiku perlahan.
"Kenapa kamu berpikiran jelek seperti itu,sayang,kamu gak percaya sama aku?kamu pikir kita ini sedang apa?Aku menyebutmu calon nyonya itu lebih dari kata pacar,kamu tau..?"
Ali melepaskan pelukannya,menatap mataku dalam-dalam.
"Lebih baik dari kamu bukan berarti akan lebih baik buat aku...kamu ngerti?
Ali menempelkan dahinya kedahiku,hidungku dan hidungnya bersentuhan.Nafas kami beradu...Aku memejamkan mata.Bibirnya yang lembut dan kenyal menyentuh bibirku.Singkat, tapi membuat darahku berdesir.
"Aku sayang sama kamu....dengar ya...aku sayang sama kamu...."
Ali menjauhkan dahinya dari dahiku, mengelus pipiku dengan ibu jarinya,aku membuka mataku dan melihat ketulusan dimatanya.
"Janji ya...kamu ga akan ninggalin aku apapun yang terjadi..."
Aku mengacungkan jari kelingkingku kearahnya.
"Janji..."
Ali mengaitkan jari kelingkingnya kejari kelingkingku.
"Bener?
"Bener.
"Sumpah?
"Sumpah.
"Sumpah demi apa?
"Demi Allah,Lillahita'ala...puas?
Aku ambil tangan kanannya yang berada dibahu kiriku.Kukecup punggung tangannya,kucium telapak tangannya
Kuraba wajahnya,kusentuh hidungnya,kuelus bibirnya...Terlalu indah.
Ya Allah,perasaan takut kehilangan ini kenapa semakin menjadi-jadi?
###
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top