05

Rakai tahu kalau ia tidak boleh egois di saat-saat seperti ini. Ia tahu nasib kerajaannya benar-benar ada di tangannya. Jika ia menyetujui perjodohan ini maka kerajaannya akan selamat. Namun jika sebaliknya, maka ia harus bersiap menyaksikan kerajaannya bisa hancur lebur sewaktu-waktu.

Sekarang ini, entah apa yang merasuki pikirannya, ia benar-benar tidak peduli tentang apa yang akan terjadi nantinya. Langkahnya sangat cepat, ia berjalan dengan tergesa-gesa. Ada satu orang yang ia cari, bahkan ia sampai rela mencarinya sendiri tanpa meminta bantuan atau menyuruh orang lain.

Kepalanya sibuk menoleh ke kanan dan kiri sampai tidak sadar ia telah menabrak seseorang. Rakai menoleh, ternyata gadis yang saat ini ia cari-cari langsung muncuk di hadapannya.

Rosa terkekeh. "Kenapa pertemuan kita selalu diawali dengan tabrakan?"

Kalau ia mempunyai waktu yang panjang, maka dengan senang hati Rakai akan menjawab ucapan gadis itu. Namun ia sedang terburu-buru sekarang. Ia langsung menyambar tangan Rosa tanpa permisi dan membawanya.

Mau tidak mau Rosa harus menyesuaikan langkahnya dengan langkah milik Rakai, atau jika tidak ia akan terseret. Ia juga tidak luput dari kebingungan, kenapa tiba-tiba Rakai membawanya dengan terburu-buru.

"Rakai, ada apa?"

"Kau akan lihat nanti," balas Rakai.

Tak lama kemudian mereka sampai pada pintu yang akan membawa mereka masuk ke dalam sebuah ruangan. Rakai membuka pintu itu dan mengajak Rosa masuk ke ruangan di dalamnya.

Mereka langsung mendapati tiga orang berdiri dengan wajah tegas di sana. Ayah Rakai, Sang Raja kerajaan sebelah, dan juga anaknya, putri Xylorina.

"Rakai—," panggil Ayahnya. Namun dengan cepat Rakai memotongnya.

"Aku tahu kalian semua bingung dan menunggu jawaban dariku. Aku di sini akan segera menyampaikan jawabanku."

Rosa langsung tahu apa maksud Rakai. Ia dijodohkan oleh Sang Raja dengan putri kerajaan sebelah. Di sisi lain, ia masih bingung, kenapa Rakai membawanya kemari?

"Maafkan aku, aku tidak bisa menerima perjodohan ini," kata Rakai, "Aku sudah mencintai gadis lain. Tidak mungkin jika aku menikahi gadis yang tidak kucintai. Dan gadis yang kucintai adalah dia," Rakai menpererat gandengan tangannya di telapak tangan Rosa.

Rosa menoleh pada laki-laki di sebelahnya dengan tatapan linglung, Rakai balik menatap Rosa. Manik matanya berkilaukan cahaya senang, serta senyumnya mengembang." Aku mencintai Rosa."

"Apa?! Kau! Beraninya kau menolak putriku yang cantik hanya demi gadis lusuh itu!"

"Maaf, gadis lusuh? Aku tidak melihat para gadis dari fisiknya, Yang Mulia. Namun aku selalu melihat mereka dari hatinya."

"Hei! Kau bilang kau mau menasehati anakmu itu? Dan inikah hasilnya?!" Ia menoleh pada Ayah Rakai.

Pria paruh baya itu tersenyum. "Yah, ini hasilnya. Dan aku menyetujui keputusan anakku, maaf kalau semuanya berakhir berantakan."

Emosi Xylorina langsung meluap. "Dasar Pangeran rendahan! Beraninya kau menyia-nyiakan cintaku padamu hanya untuk gadis buruk itu!"

"Kurasa, seorang putri tak akan berbicara sekasar itu."

Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya di lantai, lalu berlalu pergi. Sang Raja pun ikut menyusulnya dan mereka melenggang dari sana.

Rosa mengerjap. "Kenapa aku?"

Rakai tersenyum. "Sederhana saja, karena aku mencintaimu. Dan aku juga tahu kalau kau mencintaiku"

"Baiklah, baiklah. Rakai, cepat selesaikan," desak Ayahnya.

Laki-laki itu mengangguk. Ia segera berjongkok di depan Rosa. "Rosa, maukah kau menikah denganku?"

Suasana mendadak hening, namun selama apa pun itu Rakai tidak merasakannya. Karena setelah keheningan itu berlalu, Rosa menjawabnya dengan anggukan dan senyum hangat.

***

Beberapa minggu kemudian, pernikahan mereka langsung dilaksanakan. Banyak pejabat dan bangsawan di undang. Suasana romantis dan bahagia menghiasi kerajaan.

Seharian ini Rakai menunjukkan wajah yang berbinar-binar bahagia. Ia menunjukkan pada semua orang kebahagiaannya dan membaginya pada mereka juga.

Sementara Rosa, sejak tadi ia hanya diam. Tiba-tiba, "Ehm, Rakai, boleh aku pergi sebentar?"

Rakai menoleh. "Ke mana?"

Bukannya menjawab, Rosa malah tersenyum. "Aku tidak akan lama." Lalu ia segera melenggang pergi dari sana.

Dengan masih berbalut kebaya putih khas kerajaan di tubuhnya, Rosa pergi ke tempat di mana semuanya dimulai.

Danau itu tetap terlihat tenang, airnya jernih seperti yang ia lihat terakhir kali. Suasananya juga teduh.

Ia berjongkok di tepian. Perlahan, air matanya jatuh per tetes. Ia tidak menyangka kalau hidupnya akan seindah ini, bagaimana dengan kehidupannya yang sekarang? Bagaimana keadaan di sana? Pertanyaan itu terus membebani benaknya.

Tiba-tiba sebuah suara tawa tertangkap oleh telinga Rosa. Ia menoleh dan mendapati Xylorina berdiri di sana. Ia masih secantik yang Rosa lihat terakhir kali, namun tawanya miris.

"Kau sudah mengambil Rakai dariku! Dasar kau! Beraninya merebut! Kenapa kau muncul di sini?!"

Rosa bingung dengan apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba Xylorina bisa muncul di sini dan menyalahkan dirinya.

Tangan Xylorina terulur. Ia mendorong tubuh Rosa dengan sekuat tenaganya. Hal itu membuat Rosa tercebur ke dalam danau. Ia tidak bisa berenang. Tangannya mencoba menggapai sesuatu yang bisa membuatnya kembaki ke daratan, namun hasilnya nihil.

Suara terakhir yang ia dengar adalah, "Selamat tinggal, mimpi indah."

Lalu kesadarannya sepenuhnya direnggut dan berganti dengan kegelapan pekat.

***

"Uhuk uhuk uhuk!" Rosa bangun dengan terbatuk-batuk. Ia berusaha membangkitkan kesadarannya dan melihat apa yang terjadi. Ia bersyukur ia masih hidup.

Tangannya berhasil menggapai sebuah batu di sana. Ia langsung berusaha naik ke daratan. Tubuhnya basah kuyup.

Saat ia sudah berpijak di daratan, ia mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri. Bukankah tadi Xylorina ada di sini?

Mendorongnya?

Tunggu, ada sesuatu yang nihil. Rosa melihat pakaian yang kini ia kenakan, ia masih menggunakan kebaya putih yang basah itu. Raut wajahnya nanar, ia kebingungan. Langsung saja ia melangkah keluar dari area danau itu.

Dan betapa terkejutnya ia saat ia melihat gedung sekolahnya berdiri tegap di sana. Tiba-tiba tubuhnya melemas, ia jatuh terduduk sambil berlinangkan air mata.

Rosa telah kembali ke masa sekarang. Ia meninggalkan segalanya di masa lalu, meninggalkan kenangannya di sana.

Meninggalkan Rakai.


The end

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top