9. Negosiasi

Boleh ya, Mbang, aku jalan-jalan ke Pinang bareng teman-teman.

Ayna melihat chat yang sudah dua jam ia kirimkan ke Imbang. Namun tak kunjung ada balasan. Oh baiklah, jangankan dibalas dibaca pun tidak. Sepertinya Bapak Jagara Imbang yang terhormat sedang sangat sibuk sekali.

Sebenarnya Ayna tidak butuh persetujuan Imbang dalam mengambil keputusan tapi karena ia adalah pacar yang baik, maka Ayna meminta izin dari Imbang. Namun lihatlah, tak ada respon sama sekali. Jadi jangan salahkan kalau Ayna mengiyakan ajakan teman-temannya  untuk pergi ke Pinang esok hari.

"Gimana? Kamu ikut kan, Ay." Melly yang duduk disamping Ayna kembali bertanya.

"Iya, mumpung sabtu minggu kita libur. Jarang-jarang loh." Zahara ikut menimpali.

Sabtu Minggu ini memang anak anak production Kyoto off masal. Karena ada electrical chekin. Jadi akan ada perbaikan atau pengecekan konstruksi listrik maupun mesin oleh maintenance dan engineering.

Dan karena ini adalah kesempatan langka. Maka teman-teman satu team Ayna merencanakan refreshing ke pulau Pinang dan sekitarnya. Dan mengajak Ayna yang notabene masih anak baru untuk ikut berpartisipasi.

"Oke!" Akhirnya Ayna menyetujui ajakan teman-temannya. Kapan lagi dia bisa berkumpul bersama mereka. Biasanya setiap libur dihabiskannya bersama dengan Imbang dan terkadang Falsa.

"Baiklah, berarti pas dua mobil. Info selanjutnya menyusul ya." Melly mengakhiri rapat kecil-kecilan mereka. Mari kita masuk sebentar lima menit lagi kita masuk."

Segera Ayna dan teman-temannya meninggalkan kantin. Saat ini mereka sedang break sore selama 15 menit. Dan itu bisa dimanfaatkan untuk sekedar bersantai di kantin atau melaksanakan shalat ashar.

"Pak Imbang makin keren aja ya?" Zahara yang berjalan di depan Ayna tiba-tiba bersuara.

Ayna yang sedari tadi menunduk, langsung mengangkat kepalanya. Ketika mendengar nama Imbang disebut. Di kejauhan Ayna melihat Imbang beserta beberapa orang visitor berjalan keluar dari pintu penghubung antara gedung 1 dan gedung 2.

"Iya, tapi makin nggak terjamah aja tuh si Bapak." Melly menimpali.

"Kenapa?" Nana yang sedari tadi diam angkat suara.

"Gimana nggak terjamah, coba? Coolnya makin parah. Galaknya juga." Ucap Melly.

"Kalau menurut gue sih Pak Imbang itu nggak galak, tapi karena dia jarang ngobrol ama kita-kita, ditambah kalau ngomong cuma sepatah dua patah kata dan itu keluar pas kita bikin kesalahan jadinya nyelekit dihati." Jelas Zahara.

"Emang lo pernah kena marah, Ra? Tanya Nana.

"Pernah. Pas gue asal buang sampah. Botol minuman gue masukin ke limbah organik. Eh si Bapak kebetulan lewat, keluarlah itu suara emasnya."

"Dia bilang apa?" Serempak Melly dan Nana bertanya.

"Pokoknya dia ceramah tentang ISO 14000. Trus nyatet nama gue, trus besoknya gue dipanggil ke ruang training untuk di training ulang." Kenang Zahara. "Jadi lo semua pada hati-hati aja kalo ada Pak Imbang." Zahara mengingatkan.

"Eh, mereka lewat sini." Guman Melly.

Serempak mereka melihat ke arah rombongan Imbang yang terdiri dari 3 orang visitor dan 3 orang manager Kyoto berjalan mendekat ke arah mereka. Lalu ketika berpapasan tiba tiba Imbang bersuara. "Kalian lost time. Jam break berakhir satu menit yang lalu." Ucap Imbang dengan suaranya yang penuh wibawa.

Teman teman Ayna hanya menunduk ketakutan. Mereka tidak berani melakukan pembelaan bahwasanya jadwal break mereka mundur lima menit dari jadwal bel.

"Maaf Pak, tapi ..., " Ayna ingin melakukan pembelaan namun belum selesai ia berkata Imbang telah memotong ucapannya terlebih dahulu.
"Kamu," tunjuk Imbang pada Ayna. "Serahkan badge mu." Ucap Imbang, meminta ID card Ayna.

"Tapi, Pak." Ayna mencoba mencoba bernegosiasi.

"Sekarang!" Ucap Imbang dengan nada yang lebih tinggi. Segera Ayna menyerahkan ID card nya ke tangan Imbang. Ayna menatap Imbang dengan mata berkaca-kaca. Sial!! rutuk Ayna.

***

"Nanti kita bantu kamu ngomong sama Pak Didi." Melly mengusap lengan Ayna menenangkan.

"Iya, biar Pak Didi bantu minta ID mu ke Pak Imbang." Nana ikut bersuara.

Mereka telah kembali ke ruangan data entry. Setelah mendapatkan ID card Ayna, Imbang dan rombongan berlalu meninggalkan Ayna yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Sorry, Ay, kayaknya kamu jadi tumbal kita-kita." Zahara ikut prihatin.

"Iya. Padahal kita semua salah. Tapi mata Pak Imbang jeli banget, tau aja sama anak training." Ucap Melly.

"Pokoknya nanti kita bantu bilang ke Pak Di ..." belum selesai Nana berbicara pintu ruangan data entry terbuka dan menampilkan Didi supervisor mereka.

"Ayna, kenapa bisa ID card mu ada di tangan Pak Imbang." Didi mendekati meja Ayna.

"Tadi itu ..." mengalir lah cerita dari mulut Ayna bagaimana ID nya sampai di tangan Imbang.

"Okey. Nanti sebelum pulang kamu ke ruangan Pak Imbang dulu. Tadi beliau sudah kasih tau kalau ID mu ditahan." Jelas Didi.

"Oke, Pak. Terima kasih." Ucap Ayna. Lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Ayna mengetuk pintu ruangan Imbang. Tadi didepan ia bertemu dengan Buk Yani asisten Imbang. Dan Buk Yani mempersilahkan Ayna untuk masuk.

"Maaf Pak, saya Ukrayna. Tadi Pak Didi berpesan kalau Bapak memerintahkan saya untuk datang ke kantor untuk mengambil ID card saya kembali." Ucap Ayna ketika telah berdiri didepan meja Imbang.

Imbang menghentikan kegiatannya yang tengah megetik entah apa di komputer yang ada di depannya. Menatap Ayna yang tengah berdiri dengan tangan yang saling bertaut.

"Kamu tahu salahmu apa?" Tanya Imbang tanpa mempersilahkan Ayna duduk.

"Nggak!" Jawab Ayna spontan.

"Kamu mencuri waktu. Coba kamu kalikan kalau satu menit bisa menyelesaikan satu komponen. Dan ada 4 orang seperti kalian tadi yang mencuri waktu. Berarti ada empat komponen yang tidak terselesaikan. Dan satu komponen itu penentu untuk komponen lainnya. Jadi kamu bisa bayangkan gara-gara kamu, pekerjaan yang lain tertunda. Dan pastinya target tidak tercapai. Dan itu artinya kerugian bagi perusahaan." cecar Imbang tanpa mendengar penjelasan Ayna terlebih dahulu.

"Ya, Pak saya tahu. Kalau lost time itu merugikan. Tapi seharusnya Bapak tanya dulu alasan saya kenapa sampai telat." Ayna mulai mengajukan pembelaannya. "Jam break saya itu mundur 5 menit dari waktu bel berbunyi. Otomatis saya juga telat masuknya." Jelas Ayna.

"Kamu berani kayak gini bukan karena aku itu pacar aku kan, Ay." Imbang merubah gaya bicaranya yang tadinya tegas, menjadi seperti biasa saat ia bicara dengan Ayna.

"Maksudnya?" Tanya Ayna tidak mengerti.

"Kamu bicara tanpa takut, mengemukakan apa yang ada di pikiran mu. Seringnya karyawan disini akan diam saja ketika mereka disangkakan melakukan kesalahan. Mereka akan terima konsekuensi yang perusahaan berikan." Terang Imbang.

"Itukan mereka, bukan aku. Lagipula, aku nggak akan diam saja kalau disalahkan. Kecuali kalau aku benar salah aku akan terima."

"Great! Itu baru pacarku." Imbang tersenyum.

"Nggak usah sombong deh! Nggak jadi pacarmu pun aku tetap seperti ini."

Imbang berdecak sebal, "Ckk! Mulai lagi deh."

"Iya, iya. Karena aku pacar kamu." Ayna tersenyum tidak enak. "Ya udah balikin ID ku, aku mau pulang." Ayna mengulurkan tangannya meminta Imbang mengembalikan ID.

Imbang mengabaikan Ayna, ia kembali sibuk dengan komputernya. "Duduk dulu. Kamu pulang bareng aku aja." Ucap Imbang kemudian.

"Nooo! Aku nggak mau cari mati. Dibully sama fans mu dan juga Bu Anita."

"Kenapa lagi si Anita?" Imbang menghentikan pekerjaannya. Menatap Ayna yang duduk menyandarkan di kursi di depanya.

Ayna menarik nafas kemudian menceritakan kejadian kemarin kepada Imbang. Ketika ia melihat Anita memarahi beberapa orang karyawan yang tengah bergosip tentang Imbang.

"Nah begitu ceritanya." Ayna mengakhiri ceritanya.

Imbang hanya menggelengkan kepala mendengar cerita Ayna. "Dasar sableng itu si Anita." Ucapnya.

"Makanya aku nggak mau pulang bareng kamu. Bisa kelam hari-hariku." Ucap Ayna dengan gaya mendramatisir.

"Lebay! Banyak jalan menuju Sekupang, Ay. Kamu tunggu aja didepan. Nanti aku samperin." Imbang memberikan usul.

"Nggak mau! Masih banyak orang-orang yang nunggu angkutan didepan." Ayna menolak mentah-mentah usul Imbang.

"Ya udah, kalau kamu nggak mau, aku nggak balikkan ID card mu. Dan besok kamu nggak boleh pergi." Ucap Imbang kemudian kembali sibuk dengan pekerjaannya.

"Kalau kamu nggak kasih ID ku, ya udah, aku tinggal lapor leader ku. Dan lagi, form OT ku kan udah naik, jadi aku udah di list hadir hari ini." Ucap Ayna enteng.

"Astaga, Ay! Kenapa sih, kamu jago banget ngeles nya. Pokoknya kita pulang bareng hari ini. Aku mau ambil jatah 2 hari ku." Akhirnya Imbang pasrah. Ia memang selalu kalah kalau berdebat dengan Ayna. "Tunggu aku di pujasera." Putus Imbang akhirnya. Lalu menyerahkan  ID card Ayna.

Mengahadapi Ayna memang harus ekstra sabar. Semakin Imbang keras, semakin Ayna membantah. Namun disanalah tantangan bagi Imbang. Gadisnya itu memang jinak-jinak merpati.

Holaaa aku update Gaess. Semoga kalian suka dengan kisah Ayna-Imbang.

Typo masih bertebaran. Jadi hati-hati aja. Penulisannya tidak sesuai EYD. Jangan komplain, okeyy!!

Sabtu-Minggu aku libur update yaa gaess, jangan rindukan aku, kayak ada yang nyariin aja :(

With love,





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top