40. Ini Bukan Mesum!

"Dari tadi aku perhatiin kamu kok sering bengong. Kenapa?" Imbang mulai bertanya.

Saat ini mereka berdua sedang duduk berhadapan diatas ranjang bersiap-bersiap untuk tidur. Sedari tadi ia telah menunggu Ayna untuk bercerita, namun istrinya itu tetap bertahan, mengatupkan mulutnya, menyimpan sendiri masalahnya. Padahal jelas sekali terlihat diwajahnya kalau ada sesuatu yang tengah mengganggu pikirannya. Karena Imbang sudah tahu tabiat Ayna yang suka menyimpan segala sesuatu sendiri. Jadi untuk ketenangan rumah tangganya ia harus memaksa Ayna bicara. Karena belum tenang tidurnya sebelum melihat istrinya itu kembali seperti sedia kala. Menjadi istri yang manis dan bawel. Tidak seperti saat ini yang kalaupun tersenyum tak sampai pada matanya.

"Nggak kenapa-kenapa." bohong Ayna. Ayna tahu pasti Imbang merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan. Ingin sebenarnya Ayna menceritakan apa yang ada dipikirannya namun Ayna tidak mau Imbang over reaction nantinya.

"Bohong!" Aku yakin pasti ada apa-apa." bantah Imbang. "Atau jangan-jangan kamu galau karena Nayaka mau dipindah tugaskan." ucap Imbang. Mungkin dengan mengalihkan topik, nantinya Ayna akan terbuka dengan sendirinya. Pikir Imbang.

"Emang Nayaka dipindah tugaskan?" tanya Ayna balik. Ia benar-benar tidak tahu-menahu tentang berita itu. "Lagian nggak penting juga Nayaka itu dihidupku. Mau dia dipindah tugaskan ke Alaska dan dijadikan umpan beruang Grizzly pun aku nggal peduli." jawab Ayna acuh.

"Di pindah ke Singapura dia." beritahu Imbang. Ia melepaskan rangkuman tangannya di wajah Ayna.

"Yaaah, kok deket sih." reflek Ayna menjawab. Ia kecewa mengetahui Nayaka dipindah hanya ke Singapura yang jaraknya hanya sekejap mata dari Batam.

"Emang bagusnya ke mana?" Tanya Imbang, menarik Ayna agar duduk lebih dekat dengannya.

"Ke Alaska. Kayak yang aku bilang tadi." jawab Ayna tega.

"Alaska? Emang Kyoto punya cabang disana?" tanya Imbang.

Ayna menggelenggkan kepalanya, "Nggak tahu." jawabnya kemudian.

Imbang terkekeh mendengar jawaban Ayna. "Kyoto nggak ada di Alaska. Ketahuan banget kalau kamu nggak pernah baca company profile." jawab Imbang, mengacak rambut Ayna gemas.

"Ishh, kusut lagi ntar!" Ayna menepis tangan Imbang yang masih bertengger manis di kepalanya. Mengacak rambutnya dengan sepenuh hati.

"Galak banget sih." Goda Imbang. "Padahal aku sering bikin rambutmu lebih parah dari ini kamu nggak pernah marah." ucapnya sebelum menjauhkan diri dari dari Ayna. Waspada akan cubitan maut si Nyonya.

Ayna menatap Imbang galak. Kesal karena mendengar godaan suaminya itu.

"Walaupun dia comel dan nyebelin, tapi aku no hard feeling lah sama orang seperti tu." Ucap Ayna kemudian merebahkan dirinya di ranjang. Membiarkan Imbang yang menjauh darinya. Takut dicubit pasti!

"Baik banget sih istriku ini." Imbang kembali mendekati Ayna, berbaring disamping istrinya itu. Membawa Ayna dalam pelukannya. "Jadi apa dong yang bikin kamu bengong bin galau dari tadi?" kembali Imbang mengajukan pertanyaan yang tadi sempat ia lontarkan.

"Bilang aja kamu masih kepo sama apa yang ada dipikiranku. Jangan muter-muter, sok cerita-cerita tentang Nayaka." Ayna merapatkan pelukannya pada Imbang, melingkarkan tangannya di pinggang suaminya itu. Memang sepantasnyalah ia bercerita pada pria yang menjadi suaminya ini. Orang yang memang harus ia percayai.

"Iyalah, kamu itu nggak bakal mau cerita kalau aku nggak ngajak muter-muter dulu." Imbang mengecup puncak kepala Ayna sayang. "Ingat ya Ay, aku itu selalu ada buat kamu. Jadi apapun yang menganggu pikiranmu kamu harus cerita padaku. Yang ada disini nih!" Ucap Imbang menyentil kening Ayna pelan.

Ayna menarik nafas dalam. Ia memang seharusnya berbagi tentang masalah ini dengan Imbang. Karena Imbang dipastikan memiliki solusi untuknya. Terlepas dari apa reaksi yang akan diberikan Imbang nantinya.

"Kamu ingat Aini nggak?" Ayna memulai ceritanya. "Teman satu angkatanku. Dulu sering makan bareng pas training." lanjut Ayna. Matanya menatap Imbang yang terlihat sedang berfikir, sepertinya sedang menggali ingatan tentang siapa yang dia maksud.

"Okey, aku ingat. Lanjutkan." perintah Imbang setelah ia bisa mengingat siapa Aini. Gadis yang sering bersama Ayna dan kemudian di tempatkan di production area.

"Ternyata dulu, dia yang menyebar gosip kalau aku hamil. Dan tadi, ketika aku ke training room untuk membahas kontrak dia kembali mengacamku."Ayna berhenti sesaat. Kemudian melanjutkan lagi ceritanya. "Katanya, kalau aku tidak membantunya, dia akan kembali menyebar gosip yang pastinya akan membuat aku malu." jelas Ayna.

"Membantu seperti apa?" tanya Imbang. Ia tahu apa yang akan dikatakan Ayna, tapi mendengar langsung dari mulut istrinya itu akan lebih baik.

"Aku harus bujuk kamu agar bisa bikin kontraknya dilanjut."

"Emang dia tahu kontraknya tidak diperpanjang?" tanya Imbang.

"Mungkin? Aku nggak tahu." jawab Ayna.

"Teman kamu aneh. Kalau dia ingin kontraknya diperpanjang tidak seharusnya dia bersikap seperti itu. Seharusnya dia bekerja dengan baik, pasti PT mempertimbangkannya untuk dilanjut."

"Memang aneh. Tapi kamu tahu nggak alasan lain dia bully aku dengan menyebar gosip busuk itu." lanjut Ayna.

"Apa?" Imbang menatap Ayna penasaran, menanti apa yang akan diberitahu istrinya itu.

"Dia iri padaku karena jadi istri kamu. Dia fansmu." jelas Ayna.

"Lah aneh. Iri kok ngancam-ngacam" ucap Imbang tidak percaya. "Lagian Ay, kamu yang istriku aja kalau nggak disambung kontraknya nggak akan aku bantu, apalagi dia orang yang tidak aku kenal sama sekali. Jadi mau dia iri seperti apapun, aku tidak akan peduli."

Benar, Imbang tak akan membantu jikalau PT tidak mau melanjutkan kontrak Ayna. Cukup dulu ia membuka jalan untuk istrinya itu. Ia tak akan ikut campur lagi sesudahnya. Kinerja istrinyalah yang akan membuat ia bertahan di Kyoto bukan karena campur tangannya. Apalagi orang lain dan orang itu telah menyakiti Ayna nya. Ia tambah tidak peduli.

"Jadi gimana dong? Nanti dia nyebar gosip aneh lagi. Trus orang-orang pada bully aku lagi." tanya Ayna. Ia heran melihat reaksi Imbang. Pikirnya suaminya itu akan bereaksi berlebihan ketika ia menceritakan ini. Tahunya Imbang menanggapinya dengan santai.

Imbang mengusap lengan Ayna menenangkan. "Tumben kamu takut dibully?" tanya Imbang. "Lagian ya Ay, nggak semua orang bisa dihasut. Orang yang punya akal pikiran pasti akan mencari tahu kebenarannya dulu, baru percaya sama omongan yang dilontarkan orang lain. Dan lagi orang Kyoto itu pintar-pintar nggak akan mudah percaya omongan nggak mutu."

"Bukan takut, tapi malas. Ntar aku khilaf. Ku datangi orang yang bully itu terus ku tabokin satu-satu. Nah, kalau kayak gitu, kan bikin malu kamu juga." ucap Ayna. Ia kan manusia biasa juga. Masih labil pula, egonya masih tinggi. Kalau sering-sering dibullykan capek juga.

"Hahaha, preman dong kamu." Imbang tertawa mendengar kata-kata Ayna. "Lagian dalam hidup, kita butuh orang jahat untuk jadi tolak ukur, apakah kita berlaku baik pada orang-orang disekitar kita. Kalau tidak ada orang-orang yang menjahati kita, maka kita akan selalu merasa apa yang telah kita lakukan itu sudah benar, sudah cukup."

"Iya tahu, tapi kalau sering-sering dibully bosan juga kali, bisa khilaf juga. Aku kan bukan malaikat."

"Iya-iya, nanti aku urus. Udah, mending sekarang kita tidur," ajak Imbang. "Kalau kamu belum mau tidur dan masih aja kepikiran teman kamu yang aneh itu, aku bisa bantu mengalihkannya dengan hal yang jauh lebih berguna." ucap Imbang diantara kantuknya.

Ayna menghentikan gerakan tangannya di dada Imbang. Menengadah, sehingga ia bisa menatap Imbang yang sudah memejamkan matanya. "Kamu ngantuk-ngantuk tetep aja kalau masalah itu cepet ya." ledeknya.

"Yahh, dari pada kamu ngabisin waktu buat mikirin hal-hal yang nggak penting, mending aku ajakin ngelakuin hal penting buat masa depan kita." jawab Imbang dengan mata tetap terpejam. "Mau ya?" tanya Imbang. Ia membuka matanya, dan tersenyum mesum kearah Ayna.

"Emang aku boleh nolak?" tanya Ayna dengan wajah yang dibuat sok datar.

"Untuk kali ini nggak ada alasan kamu buat nolak." Imbang segera bergerak sehingga posisinya sudah berada di atas Ayna.

"Tapi jangan sampai kamu bikin kontrak dia nggak disambung." ucapan Ayna membuat Imbang menghentikan gerakkannya.

"Masih bahas itu?" kesal Imbang. "Aku nggak akan sejahat itu memutus rezeki orang hanya karena masalah pribadi. Jadi kalau dia tidak bekerja di Kyoto lagi, itu bukan karena kita, tapi memang kinerja dia yang tidak bagus." Imbang menatap Ayna, meyakinkan istrinya itu.

Ayna balas menatap Imbang, tersenyum pada suaminya itu. "Udah sekarang boleh dilanjut lagi." ucapnya, mempersilahkan Imbang melanjutkan kegiatan yang sempat terhenti.

"Benar ya? Nggak boleh dipause lagi." ucap Imbang menatap Ayna.

"Iya." Jawaban dari Ayna disambut Imbang dengan langsung melumat bibir istrinya itu. Malam itu, berdua mereka saling memuaskan,merengkuh nikmatnya bercinta hingga tak ada lagi tenaga, dan kantukpun menyapa.

***

"Teman kamu aneh ya?" Itu tanggapan pertama Falsa ketika ia menceritakan tentang ancaman Aini.

Ini hari minggu, dan Ayna menghabiskan minggu ini bersama Falsa dengan nongkrong di alun-alun. Kegiatan yang sering mereka lakukan dulu, sebelum ia mengenal Imbang.

"Iya aneh. Dikira dengan dia ngancam aku, trus posisi dia di Kyoto bakal aman kali." jawab ayna. "Nggak tahu aja dia kalau aku juga deg-degan." lanjut Ayna.

"Dikira si Imbang kali yang punya PT."

"Iya. Padahal dia juga makan gaji disana. Cungpret juga, tapi yaah, lebih berkelas aja."

Tawa Falsa membahana karena mendengar ucapan Ayna. "Hahaha, iya cungpret yang dipanggil bos."

"Kan bener, walaupun dia boss tetap aja kacung."

"Tapi orang mana ngerti itu. Orang-orang mikir kalau dia punya hak untuk memutuskan semua yang berlaku di Kyoto. Padahal ada orang-orang yang bertugas untuk mengurus itu."

"Nah itu, dan dikiranya Imbang mau apa ngurusin masalah kayak gitu. Orang aku istrinya aja nggak dipeduliin sama dia."

"Maksud kamu?" tanya Falsa tidak mengerti.

"Kalau PT nggak sambung kontrakku dia nggak bakal ngurusin. Jadi nasibku di Kyoto belum jelas. Tergantung dengan kinerjaku selama ini."

"Kan dia emang kayak gitu. Dulu mau bantuin kamu karena modus dan paksaan dari kita-kita. Kalau nggak ada maunya mana mau dia rekomendasiin orang."

"Iya sih." jawab Ayna. Ia ingat kalau Imbang awalnya tidak mau membantunya masuk Kyoto. Tapi karena paksaan dari teman-teman Falsa akhirnya Imbang mau membantunya. Dan siapa sangka sikap sok galaknya pada Ayna dulu hanya bohong belaka.

"Jadi udah ada tindakan mencurigakan dari temanmu itu?" tanya Falsa membuat Ayna yang tengah menatap Imbang yang sedang berlari kearah mereka menoleh pada Falsa.

"Nggak tahu." Ayna mengedikkan bahunya tidak peduli. "Lagipula biar saja dia mau bergosip apa. Semakin dia menyebar kebohongan, akan semakin terlihat jelas seberapa berkualitasnya dia." ucap Ayna kemudian menyerahkan sebuah handuk kecil ke arah Imbang.

"Cuma segitu kuatnya lo?" Falsa mencemooh Imbang yang telah duduk disamping Ayna.

Imbang menautkan alisnya tidak mengerti mendengar pertanyaan Falsa.

"Iya. Cuma berapa putaran, trus lo udah nimbrung disini."

"Ya, suka-suka gue dong. Sirik aja lo!" Imbang melempar handuk yang dipakainya ke wajah Falsa.

"Jorok, sialan!" maki Falsa kemudian melempar balik handuk tersebut ke wajah Imbang.

Selalu seperti itu, ketika dua orang itu bertemu mereka akan seperti anjing dan kucing berantem tidak jelas.

"Hahaha," Imbang tertawa karena telah membuat Falsa kesal. "Itu kan menurut lo, kalau istri gue bilang nggak jorok kok, ya 'kan Ay?" Imbang merangkul Ayna.

"Ya jelaslah, dibilang nggak jorok. Ayna kan istri lo." sewot Falsa.

"Lo sensi banget deh sama gue Fal? Kenapa?"

"Lo nyebelin banget. Udah tahu gue pengen spending time sama istri lo, lo malah ngikut aja. Jalan siang nggak bisa, alasan pengen sayang-sayangan, mau bikin ponakan buat gue. Jalan malam juga nggak boleh, alasannya cewek nggak baik jalan malam. Nah, gue jalan pagi dan itupun cuma jogging tetep aja lo intilin istri lo. Kan sialan itu namanya." gerutu Falsa dan dibalas tawa Imbang.

"Jangan salahkan gue, salahkan temen lo yang udah ngasih pelet cinta ke gue. Yang bikin gue ngelonin dia aja maunya." ucap Imbang tanpa malu. Dan mendapat sikutan dari Ayna.

"Udah jangan mesum-mesum lo disini."

"Ini bukan mesum Fal. Ini tandanya gue sayang sama istri gue. Ya 'kan Ay?" Imbang mencium cepat bibir Ayna yang membuat Falsa memakinya. Dan delikan kesal Ayna.

"Udah gue bilang jangan mesum woyyy!!"

Imbang senang sekali mengusili Falsa. Membuat temannya itu kesal seperti hiburan tersendiri untuknya.

"Susul gih laki lo ke Karimun sana." ledek Imbang. Ia kembali mendekatkan wajahnya pada Ayna bermaksud menggoda Falsa lagi.

"Sial lo!"










Typo bertebaraaaaaaan. sorry.




With love,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top