35. See!!
"Buruan! Ntar antrinya panjang lagi." Melly menarik tangan Ayna yang berjalan santai menuju kantin.
"Nyantai ajalah Mel, nggak bakalan lari juga kantinnya." Ayna menahan tubuhnya sehingga Melly tidak bisa menyeretnya.
"Ayolah Ay," rajuk Melly kemudian melangkah mendahului Ayna.
Break makan siang di kantin gedung 1 memang selalu ramai. Dan akan tambah ramai kalau para boss juga makan di sana, maka dari itulah Melly memaksa Ayna untuk cepat. Atau mereka akan antri panjang. Dan Melly tidak mau itu. Menghabiskan waktu hanya untuk antri.
"Puas!" Ayna yang antri dibelakang Melly berbisik dan dibalas cengiran puas Melly.
Akhirnya, Ayna mengikuti Melly berlari-lari kecil menuju kantin. Dan hasilnya lumayan, mereka tidak perlu mengantri panjang seperti orang-orang yang ada dibelakang mereka.
"Di sana?" Tunjuk Ayna pada gerombolan Dita, Zahara dan Nana yang telah menempati meja yang ada di sudut bagian ujung kantin.
"Enak banget ya, yang tugas di lantai 1, bell bunyi, langsung ngacir ke kantin. Nah, kita musti turun tangga dulu dari lantai 3." Cerocos Melly begitu mendaratkan pantatnya di kursi.
"Kayak kamu nggak pernah aja Mel. Pake nanya enak apa enggak." Jawab Dita diantara suapannya.
"Tul itu. Kalau nggak ada yang dulu-duluan kayak kita, kamu nggak bakalan dapet meja tau." Timpal Zahara.
"Lihat tuh, antrinya panjang banget, udah kayak ular aja. Ckkk." Decak Nana, menunjuk antrian yang cukup panjang.
"Tumben?" Sahut Ayna kemudian kembali sibuk dengan makanannya.
Dita yang duduk membelakangi antrian menolehkan kepalanya penasaran. "Ya antrilah, orang pak Imbang ada di depan." Ucapnya setelah tahu penyebab membludaknya antrian.
"Pantesan," Kompak Melly, Zahara dan Nana bersuara.
"Pak Imbang kan gitu, kalau Ayna masuk pagi suka makan di gedung 1." Beber Dita yang jarang ikut shift.
"Seriusan mbak Dit?" Tanya Melly antusias.
Dita mengangguk, "Iya, bener. Waktu Ayna masuk malam 2 minggu kemarin, mana pernah pak Imbang makan di kantin sini." Dita mengungkapkan apa yang dia ketahui.
"Kebetulan aja kali." Elak Ayna. Namun didalam hati berkata, ''Masuk pagipun nggak bakalan ngaruh kayaknya. Dua minggu yang lalu kita kan lagi berantem."
"Sengaja pun nggak pa-pa. Dan aku yakin nih, pasti pak Imbang gabung sama kita, secara dia kan lagi sendiri, nggak sama pak Dunny." Ucap Melly sok tahu.
"Nggak usah sotoy deh Mel?" kesal Ayna.
"Taruhan kita?" Tantang Melly.
"Bol ..." Ayna akan menjawab Melly, namun Dita memberi kode bahwa Imbang menuju ke meja mereka.
"Hushh, orangnya sedang berjalan ke sini tuh." Ucapnya pelan karena memang Imbang sudah berada tak jauh dari meja mereka.
Melly bereaksi lebih cepat. Dengan sengaja Melly menggeser duduknya, memberi tempat yang lebih pada Ayna dan Imbang. "See!!" Melly tersenyum mengejek, "Kamu kalah taruhan ya, Ay." Lanjutnya kemudian.
Dan dibalas kerlingan malas Ayna. Teman-temannya masih terobsesi dengan Imbang.
"Nebeng ya?" Ucap Imbang dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Kemudian menaruh tray nya di meja yang ditempati Ayna dan teman-temannya.
Tanpa peduli keengganan wanita yang duduk disampingnya Imbang memakan jatah makan siangnya dengan lahap, menu sederhana yang tidak seenak masakan wanita yang duduk disampingnya, namun wajib untuk disyukuri karena tidak semua orang bisa menikmati makan dengan porsi komplit seperti dirinya.
"Minumanmu mana Ay?" Tanya Imbang ketika dia merasa tenggorokannya seret dan butuh minum untuk mengatasinya. "Ini ya?" Tunjuknya pada botol berwarna hijau yang berisi seliter air.
"Iya." Jawab Ayna pelan seraya menganggukkan kepalanya.
Mendengar jawaban dari Ayna, Imbang langsung mengambil botol tersebut dan langsung meneguk isinya.
"Ihh, kenapa minum langsung dari botolnya sih." Sewot Ayna. "Jorok banget," omel Ayna, lupa kalau mereka sedang berada di kantin.
"Trus minum pake apa? Nggak ada gelaspun di sini." Jawab Imbang acuh, meneguk kembali air dari dalam botol. "Lagian alasan aja jorok. Lebih dari itu udah a ..." Ayna langsung mencubit pinggang Imbang gemas tahu apa yang ada dipikiran pria itu.
"Omes, pikirannya pasti nggak jauh-jauh." Omel Ayna.
"Jadi apa dong? Atau kamu takut dibully?" Ucap Imbang, matanya melirik sekitarnya, dimana banyak mata-mata penasaran mengarah ke meja tempat mereka berada.
Ayna mengikuti arah pandangan Imbang, dimana orang-orang tengah manatap mereka. Kemudian berkata, "Kayak aku peduli aja. Lagian aku udah kebal sama omongan pedes." Ucap Ayna santai. Kemudian mengambil botol minumnya, lalu melakukan hal yang sama seperti Imbang tadi meminum air langsung dari botol.
"Dasar, ngomongin orang jorok, dia sendiri juga kayak gitu." gerutu Imbang.
"Ya, situ kan bos masa minum langsung ngokop gitu. Kalau aku kan ..."
"Udah makan. Nggak usah banyak ngomong." potong Imbang yang membuat Ayna langsung terdiam. Ya, dia salah bicara. Imbang kan emang nggak suka kalau Ayna bicara seperti itu. Mengungkit masalah jabatan.
Teman-teman Ayna yang sedari tadi memperhatikan interaksi Imbang dan Ayna langsung terdiam karena perubahan suasana yang semula lucu menurut mereka, jadi mencekam setelah ucapan Imbang. Ditambah Ayna yang hanya diam menunduk seraya menghabiskan sisa makanannya tanpa selera.
"Ayna kita duluannya?" Dita yang sudah selesai makan meminta izin Ayna untuk pergi lebih dulu. Dan diikuti oleh teman-temannya yang lain.
Ayna hanya mengangguk pasrah. Tidak mungkin ia meninggalkan Imbang yang sepertinya belum berniat pergi, bisa tambah marah pria itu nanti.
Sepuluh menit Ayna duduk menemani Imbang, namun belum ada tanda-tanda pria itu untuk beranjak dari kantin, hingga akhirnya Ayna angkat suara karena jatah breaknya tinggal 15 menit lagi. "Mbang, aku udah siap. Kamu masih mau duduk di sini dulu?" tanya Ayna hati-hati.
"Ya udah," Imbang berdiri dari duduknya dan tak lupa membawa tray nya dan juga punya Ayna.
Ayna hendak melarang, tapi mengurungkan niatnya setelah mendapat tatapan dari Imbang.
"Ya sudahlah, mungkin ini waktunya orang-orang tahu," pikir Ayna.
***
"Asli serem tenyata kalau Pak Imbang marah, cuma ngomong kayak gitu aja. Apalagi kalau pake kata-kata mutiara kayak supervisor produksi marahain operatornya. Atau kayak leader yang ngelihat kita makan di area pasti dijamin makin serem." Nana bergidik ngeri membayangkannya.
"Aku dong udah pernah dimarah, dan emang serem." Ucap Melly bangga.
"Dasar gila! masa dimarahi aja bangga." Dita melempar Melly dengan tutup penanya.
"Kan Pak Imbang jarang ngomong mbak Dit, jadi biar dia ngomong ama kita, ya bikin dia marah." Ucap Melly diiringi tawa cekikikan.
Zahara yang sedari tadi duduk mendengarkan percakapan absurd teman-temannya hanya geleng-geleng kepala. Apalagi melihat tingkah absurd Melly.
"Ayna mana kok belum balik bentar lagi masuk nih." Melly melirik jam yang ada di dinding, sebentar lagi mereka masuk. Dia dan Ayna harus kembali ke area produksi karena mereka berdua sedang bertugas disana.
"Nah, panjang umur dia, baru juga diomingin." Celetuk Nana ketika melihat Ayna memasuki ruangan data entry.
Ayna mendaratkan bokongnya di kursi yang ada disamping Melly. "Bentar lagi pasti aku bakal diinterogasi fansnya pak Imbang." Ucapnya seraya menarik nafas dalam.
"Katanya tadi nggak peduli." Ledek Melly.
Ayna memutar bola matanya. Temannya itu senang sekali membuatnya kesal. "Nanti kamu bantuin ya kalau terjadi acara jambak-jambakkan." Ucap Ayna meminta dukungan, mengabaikan ledekkan temannya itu.
"Asal aku nggak di sp 3 aja." Ucap Melly, lalu berdiri dari kursinya, lalu mengulurkan tangan mengajak Ayna ikut serta. "Ayok kita harus ke produksi."
Ayna mengikuti Melly, namun tidak membalas uluran tangannya. Malas aja. Teman sablengnya itu suka glendotan dan menjahilinya seolah-olah mereka adalah pasangan.
***
Banyak mata penasaran yang memandang kearah Ayna sepanjang perjalanan dari data entry ke area produksi. Namun Ayna mengabaikannya. Tak penting baginya.
"Udah mulai terkenal nih kayaknya." Ledek Melly yang dibalas sikutan oleh Ayna. "Yaelah sensi banget sih." Melly mengusap bekas sikutan Ayna yang tak begitu sakit.
"Makanya jangan suka ngeledek." Sewot Ayna, membukakan pintu area produksi untuknya dan Melly. "It's show time." Ucap Ayna lirih, seiring kakinya melangkah masuk kedalam ruangan.
"Ngercep juga kamu ya, Ay." Seorang leader produksi line 1 menghampiri Ayna yang sedang sibuk menginput data.
"Belum juga setahun disini tapi udah berhasil dapet tangkapan besar." Lanjutnya kemudian.
Ayna mengabaikan ocehan leader tersebut. Tetap asyik dengan dokumen yang sedang ia input.
Tak berapa seorang leader dari line 3 pun menghampiri meja Ayna. "Jadi benar ya gosip selama ini kalau kamu itu mainannya bos-bos. Dan kali ini kamu jadi mainan pak Imbang." Ucapnya tanpa peduli kata-kata yang diucapkannya menyinggung perasaan orang lain.
"Ngurusin orang aja kalian. Jagain tuh anak buah, biar nggak kelolosan." Melly berdiri diantara Ayna dan dua leader produksi yang merecoki Ayna.
"Apaan sih kamu, Mel." Gerutu leader line 1.
"Si Melly di sogok banyak pasti makanya sok jadi pembela." Celetuk leader lainnya.
"Tau aja kalian kalau aku disogok." Jawab Melly tak peduli sementara tangannya mendorong dua orang itu agar menjauh dari area kerjanya dan Ayna.
Ayna menatap punggung dua orang itu menjauh. "Mel, kamu nggak takut dimarah." Ayna tidak enak aja kalau gara gara dia nanti Melly dimarah.
"Alah, cuma dua orang leader kepo juga." Jawabnya tak peduli. "Lagian ya Ay, mereka itu teman seangkatan ku yang beruntung diangkat jadi leader, jadi nggak takutlah aku sama mereka. Kecuali kalau yang aku hadapin senior leader macam Bu Rosa yang udah permanen atau si usil Pak Jo, agak takut pasti, walaupun dia bukan PIC kita, tapi ya, kalau untuk mereka azas atasan nggak pernah salah bisa berlaku. Jadi walaupun kita benar musti hati-hati juga kalau berurusan. Benar bisa jadi salah kalau sama mereka. Tapi, kalau sama yang lain mah masih berani aku." Jelas Melly.
"Jadi kalau yang kepo nanti si Jo gimana?" Tanya Ayna.
"Aku tinggal telpon mbak Dita aja, suruh dia ngasih tau pak Imbang kalau kamu digangguin pak Jo. Dan sepertinya aku harus ngelakakuin itu sekarang" Bisik Melly, lalu meninggalkan Ayna.
Melly segera melangkah menuju meja telepon. Dan mendial nomer extension data entry untuk menghubungi Dita. Tadi sebelum Ayna datang, mereka sempat berbincang-bincang tentang hal apa yang harus mereka lakukan jika melihat ancaman yang akan diterima Ayna dan menelpon Imbang adalah pilihan pertama.
"Baru juga dua minggu yang lalu kamu pepetin Bos udah dapet aja. Pasti umpannya besar ya?" Jo dengan seringaian kurang ajarnya.
Ayna menatap Jo malas, "ada berapa banyak sih Tuhan nyiptain laki macam ini? satu Nayaka aja udah bikin urut dada, nambah pula ini. Makin klop kalau dua makhluk ini kolaborasi bareng. Dijamin kalah mak-mak berdaster, pastinya." Bathin Ayna.
"Kalau nggak tau apa-apa mending nggak usah ngomong yang aneh-aneh deh Pak. Jatuhnya dosa tau." Jawab Ayna kembali sibuk dengan komputer di depannya.
"Mentang-mentang mainnya sama Bos songong ya kamu. Berani mengabaikan saya yang lagi ngomong."
"Bapak ngomingin yang nggak penting soalnya, jadi saya males ngeladenin." Ayna masih mengabaikan Jo, sibuk menginput data-nya. "Kalau masalah kerjaan pasti saya jabanin." Jawabnya.
"Saya bisa bikin kamu nggak disambung kalau sikap kamu kayak gini." Ancam Jo. Operatornya yang satu ini memang menyebalkan. Tak punya rasa takut dengan atasan.
"Nggak masalah." Jawab Ayna acuh.
Jo geram sendiri mendengar jawaban Ayna yang tidak peduli atas nasib kontraknya. "Sombong kamu ya, mentang-mentang jadi ma ..."
"Ay,"
Suara panggilan seseorang membuat Jo menghentikan kata-kata yang akan diucapkannya. Jo menoleh ke samping, dia mendapati Imbang tengah berdiri menatapnya dan juga Ayna.
"Pak Imbang." Sapa Jo kikuk. Berharap Imbang tidak mendengar ucapan tadi.
Imbang mengangguk sebagai jawaban. "Oh ya Jo, saya ada perlu sebentar dengan Ayna, boleh saya izin sebentar." Izin Imbang, walaupun dia adalah atasan tetap saja dia harus menghargai Jo sebagai PIC di area itu.
Jo tersenyum, memberikan izin. "Iya, Pak. Silahkan." Ucapnya.
Imbang memberikan kode pada Ayna agar mengikutinya keluar area produksi. Namun sebelum langkahnya menjauh, Imbang berkata pada Jo. "Oh ya Jo, Ayna ini istri saya, jadi kamu nggak usah berpikiran yang aneh-aneh tentang kami." Ucap Imbang, lalu berbalik meninggalkan Jo dengan ekspresi terkejutnya.
Ayna yang berjalan dibelakang Imbang menoleh kearah Jo yang masih terkejut mendengar ucapan Imbang. "See!!" Ucap Ayna dengan senyum mengejeknya.
Hai AynaImbang update yaaa. Sorry untuk cerita yang makin ngawur dan typo yang masih merajalela. Hahaha.
With love,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top