29. Ngalahin Cewek Yang Lagi PMS
Imbang menyelimuti Ayna yang tengah tidur meringkuk. Cukup lama Imbang mengusap perut istrinya itu hingga Ayna bisa tertidur. Tadi Imbang berencana akan membawa Ayna ke klinik tempat karyawan Kyoto biasa dirujuk. Namun istrinya itu menolak karena menurut pengakuannya ia telah ke klinik sepulang kerja tadi pagi. Dan meminta CH selama dua hari. Dan Imbang tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Mencium kening Ayna, Imbang melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Imbang membuka kancing bajunya, untuk melepas uniform yang dipakainya. Dibawah guyuran shower Imbang berpikir tentang maksud dari kata-kata Ayna tadi. Apa maksudnya dengan meminta Imbang untuk berjanji tak akan menyakiti. Tanpa dimintapun tak ada terbersit di hatinya untuk menyakiti Ayna, wanita kedua yang dicintainya, setelah Ibunya. Imbang mengusap wajahnya tanda kuatir, semoga ini bukan satu pertanda buruk, doa Imbang.
Imbang tengah menyantap makanan yang dipesannya ketika Ayna datang menghampiri. Segera Imbang menyongsong Ayna yang berjalan meringis sambil memegang perutnya. "Kenapa bangun?" Tanya Imbang, ketika telah berada disamping Ayna, membantunya berjalan menuju meja makan.
"Aku haus, lapar juga." Jawab Ayna, merebahkan kepalanya di meja.
Segera, Imbang mengambilkan segelas air putih dan memberikannya pada Ayna yang langsung diteguk habis oleh gadis itu.
"Mau makan apa? Aku cuma pesan itu aja." Tunjuk Imbang pada makanan yang ada diatas meja, cah kangkung, ikan goreng tepung, ayam lado hijau dan nasi. "Atau mau aku pesanin lagi?" Tanyanya kemudian.
Ayna menggeleng, "itu aja, tapi suapin." Rengeknya.
"Okey." Jawab Imbang antusias lalu mulai menyuapi Ayna yang malas-malasan makan.
"Udah." Tangan Ayna menahan sendok yang hendak masuk ke mulutnya.
"Baru juga empat suap Ay, sekali lagi ya." Pinta Imbang.
Ayna menggeleng sebagai jawaban, lalu merebahkan kepalanya kembali ke meja.
"Ya udah," jawab Imbang pasrah, tak mau memaksa lagi.
"Tadi dokternya ngasih obat nggak?" Tanya Imbang setelah menyingkirkan piring kotornya ke washtafel.
"Aku nggak minta obat, cuma minta CH aja." Jawab Ayna dengan suara yang teredam meja.
"Trus dokternya ngasih gitu aja."
"Ya enggaklah, kasih lihat buktinya dulu." Ayna sudah mengangkat kepalanya dan menyadarkan disandaran kursi.
"Bukti?" Tanya Imbang tidak mengerti. Dia tahu kalau di Kyoto memang ada CH yang diberikan pada karyawan wanita yang sedang datang bulan. Biasanya karyawan akan mendapat CH sehari atau dua hari tergantung dokter yang memeriksa.
"Kasih lihat ke dokternya kalau kamu sedang datang bulan. Yeaah, you know ..."
"Tadi dokternya cewek atau cowok." Imbang langsung memotong ucapan Ayna.
"Cowok, kenapa?" Ayna menatap Imbang tidak mengerti.
"Bulan depan nggak usah CH-CH lagi kalau yang memeriksa cowok." Ucap Imbang meninggalkan Ayna begitu saja.
"Loh, kok?" Ayna menatap punggung Imbang yang menjauh. "Rugi dong kalau aku nggak ngambil CH." Ucap Ayna tanpa didengar Imbang.
***
Seminggu telah berlalu, namun Imbang masih ngambek dengan Ayna gara-gara CH. Dan Ayna tidak tahu lagi harus berbuat apa. Padahal Ayna ingin menjelaskan bahwa dokter itu tidak melihat apa-apa, toh waktu CH ada perawat yang memeriksa benar tidaknya karyawan tersebut berhalangan. Tapi dasar Imbang yang cemburuan dan tidak mau mendengarkan Ayna. Jadi ngambeknya ngalah-ngalahin cewek yang lagi PMS.
"Mbang," Ayna duduk disamping Imbang yang tengah sibuk dengan laptop nya. Jarang-jarang suaminya itu membawa pekerjaan ke rumah, namun sejak ngambek hal itulah yang dilakukan Imbang, sok sibuk dengan laptop di pangkuan.
Tak ada jawaban dari Imbang, jarinya bergerak lincah diatas keyboard.
"Kamu tau nggak Mbang tujuan awal diciptakan qwerty?" Tanya Ayna tiba tiba.
Imbang tetap sibuk dengan laptop nya mengabaikan pertanyaan Ayna.
"Dulu qwerty diciptakan biar orang ngetiknya jadi lama." Jelas Ayna tanpa peduli Imbang mendengarkan atau tidak. "Eh, malah orang-orang ngetiknya jadi cepet kayak kamu itu. Dulu sebelum ada qwerty udah pada cepat juga sih ngetiknya, tapi ya gitu ..."
"Udah ngocehnya? Mending kamu tidur gih. Aku lagi banyak kerjaan." Ucap Imbang, membuat Ayna berkaca-kaca mendengarnya.
Ayna menatap Imbang tidak percaya. "Maksud kamu apa ngomong kayak gitu? Kamu nggak suka dengar aku ngomong. Kamu nggak suka aku duduk disini." Ayna bicara dengan suara tertahan lalu beranjak meninggalkan kursi menuju kamar.
Ayna menangis tersedu. Kenapa Imbang bisa jahat begitu? Kenapa pria itu bicara seperti itu? seolah -olah ia adalah pengganggu.
Ayna mengabaikan pergerakan yang terjadi disampingnya. Dia tidak peduli. Dia marah dengan Imbang.
"Ay," Imbang mengusap rambut Ayna yang tidur memunggunginya. "Aku tadi bercanda loh Ay, serius." Imbang menggeser duduknya lebih dekat pada Ayna.
"Sana kamu! Ngapain kesini!" Ayna balas mengusir Imbang.
"Ayna, tadi itu aku cuma bercanda."
"Bodo! Sana jauh-jauh!" Ayna mengedikkan bahunya yang dipegang Imbang.
Imbang tidak peduli dengan penolakan Ayna. Dibaringkan tubuhnya disamping Ayna menarik istrinya itu dalam pelukannya. "Maaf Ay, serius tadi aku cuma bercanda." Bisik Imbang pada Ayna.
"Kamu jahat. Kalau marah sama aku jangan diam aja. Ngomong apa yang bikin kamu marah. Biar aku tau salahku apa." Ayna memukul dada Imbang kesal. "Kamu itu jarang marah, sekali marah, langsung kayak tadi. Bikin aku takut. Orang kayak kamu kalau marah kan nakutin." Lanjut Ayna.
"Iya, maaf. Aku udah nggak kesal lagi sama kamu. Tadi itu aku cuma iseng. Eh, taunya bikin kamu nangis." Imbang mengecupi puncak kepala Ayna.
Imbang memang iseng saja tadi menjahili Ayna. Tapi ternyata jahilnya malah membuat Ayna menangis. Memang dia jarang marah dan itu membuat Ayna yakin dengan aktingnya tadi. "Udah ya Ay, jangan nangis lagi. Aku minta maaf." Imbang mengusap-usap punggung Ayna, menenangkan.
***
Imbang beranjak dari atas tubuh Ayna. Melepaskan penyatuan mereka. Kemudian mengecup kening Istrinya seraya mengucapkan terima kasih.
"Semoga dedeknya jadi." Doa Imbang, mengusap perut rata Ayna. Lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.
Ayna tersenyum, ia mendekat, memeluk Imbang. Sehingga tubuh mereka yang masih basah oleh keringat saling menempel. Percintaan mereka kali ini begitu panas. Mungkin karena sudah beberapa hari mereka tidak melakukannya, atau karena memang mereka sama-sama memiliki nafsu yang tinggi atas satu sama lain. Atau karena mereka habis bertengkar tadi. Entahlah. Yang pasti Ayna sangat-sangat menikmati percintaannya bersama Imbang kali ini.
Ayna mulai terlelap saat dirasakannya tangan Imbang yang nakal bermain disekitar pinggangnya, bergerak perlahan menuju bokongnya, berhenti sesaat untuk meremasnya. Kemudian bergerak lagi sampai ke paha dalamnya. Lalu Imbang mengangkat kaki Ayna hingga lutut Ayna berada dipinggul pria itu.
Ayna memukul dada Imbang pelan, "Imbang, ihh." rajuk Ayna dengan mata yang masih terpejam.
Imbang terkekeh mendengar Ayna yang merajuk, "sekali lagi ya, Ay. Bikin adeknya." Rayu Imbang.
"Masih capek, Mbang." Rengek Ayna. Bukannya Ayna tidak mau, tapi mereka baru saja beristirahat tapi sepertinya suaminya itu belum juga puas. Dan lagipula besok mereka harus bekerja.
"Ay," Imbang mengusap ringan sekitaran wajah Ayna, membuat mata Ayna yang sedari tadi terpejam langsung terbuka.
"Sekali ini ya," Ayna menatap Imbang menunggu jawaban.
"Okey," Imbang tersenyum senang lalu mendekat wajahnya hendak mencium Ayna. "Kamu diatas ya." Ucap Imbang sebelum menyatukan bibir mereka.
***
Ayna duduk dengan gelisah didalam mobil yang dikendarai Imbang. Lima menit lagi jam kerja akan dimulai. Namun mereka masih berada dijalan.
"Kamu sih minta nambah, jadinya aku telat bangun." Lagi, Ayna memgomeli Imbang yang tampak santai dibalik kemudi.
"Telat briefing iya, tapi kamu nggak akan telat scanning." Ucap Imbang fokus dengan jalanan di depannya. Mereka sudah berada dikawasan PT saat ini.
"Kalau aku telat scanning, namaku akan terpampang nyata di daily board tau." Dumel Ayna.
Di Kyoto memang ada peraturan, bahwa setiap karyawan yang telat, namanya akan ditulis di daily board area. Dan itu merupakan reputasi yang jelek. Karena itu akan mengurangi nilai absensi dan mempengaruhi terhadap grade dan bonus yang didapat. Dan Ayna tidak mau itu.
"Nah sudah sampai," ucap Imbang menghentikan mobilnya tepat didepan pagar Kyoto. Membuat Ayna, tidak jadi untuk mengomelinya.
Dengan segera Ayna turun dari mobil dan tidak lupa memberikan ciuman cepat di bibir Imbang sebagai mana kebiasaan mereka setelah menikah.
Ayna berlari menyusuri koridor menuju ruangan data entry. Menyelusup diantara teman-temannya yang sedang mendengarkan briefing yang dipimpin Didi. Ayna meringis ketika matanya bertatapan dengan Didi yang sepertinya mengetahui keterlambatannya.
Briefing berakhir lima menit kemudian. Ayna melangkahkan kaki menuju mejanya, namun langkahnya terhenti karena panggilan dari Didi.
"Ya Pak." Ayna menghampiri Didi yang telah duduk di kursinya.
"Kenapa telat?" Didi langsung bertanya alasan apa yang membuat Ayna terlambat.
"Maaf Pak, saya ketiduran." Ayna menjawab dengan kepala tertunduk karena merasa bersalah.
Didi menghembuskan nafas sebelum mengungkapkan maksudnya. "Kamu tau kan Ayna, ini sudah kali kedua kamu telat. Dan ini peringatan terakhir dari saya. Sekali lagi kamu telat namamu saya pajang di board divisi." Ucap Didi mengakhiri peringatan nya dan mempersilahkan Ayna kembali ke mejanya untuk memulai pekerjaannya.
Ayna berjalan gontai kemejanya, ini salah Imbang hingga ia mendapat peringatan. Board divisi dan board area sama saja. Sama-sama memalukan. Namun board divisi lingkupnya lebih kecil. Dan yang melihatnya hanya orang-orang yang ada di divisi data entry saja.
"Awas saja dia nanti, gerutu Ayna sambil melakukan line clearance.
CH = cuti haid atau biasa disebut juga dengan menstruasi leave (ML)
Happy reading.
Sorry for typo.
With love,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top